Nur Terbit
Nur Terbit Jurnalis

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jawaban Lucu Saat Lebaran, Nikah Kami Ala Sitti Nurbaya

5 April 2024   23:44 Diperbarui: 6 April 2024   00:04 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jawaban Lucu Saat Lebaran, Nikah Kami Ala Sitti Nurbaya
Foto pernikahan 1987 di Kota Makassar Sulsel (dok Nur Terbit) 

Jawaban Lucu Saat Lebaran, Nikah Kami Ala Sitti Nurbaya - Oleh : Nur Terbit

Assalamu'alaikum. Jumpa lagi dengan Bang Nur melalui tulisan di Kompasiana ini, dengan cerita yang lain setiap hari dalam program menulis secara maraton. 

Semoga cerita-cerita yang sudah dimuat sebelumnya, bisa membawa manfaat bagi kita semua terutama pembaca dan Kompasianer selama sebulan penuh tanpa bolong. 

Nah pada edisi Jumatn05 April 2024 ini, Bang Nur mendapatkan tantangan MYSTERY TOPIC 4 dengan topik "Jawaban Lucu Pertanyaan Lebaran" serial Ramadan Bercerita 2024 di hari ke-26 puasa. 

Lalu pertanyaan apa yang sering muncul sehingga muncul "Jawaban Lucu Pertanyaan Lebaran"? Sebagai perantau asal Kota Makassar Sulawesi Selatan, Bang Nur tentu juga punya pengalaman tersendiri. 

Yang lazim pertanyaan yang diterima para kaum "jomblo" -- istilah bagi pria-wanita yang memilih hidup sendiri dan belum mau berkeluarga -- adalah "kapan nikah?"

Pertanyaan ini tentu saja sensitif, apalagi kalau ditujukan kepada kaum "jomblo" tadi. Baik itu kaum wanita maupun kaum pria. Kenapa? Ya karena tentu masing-masing pasti punya alasan sendiri. 

Iya dong. Misalnya kalau seorang pria muda dan masih bujangan ditanya kapan nikah? Mungkin saja dia akan menjawab, "Belum ada yang cocok dijadikan istri. Kalau hanya sekedar pacar sih, ya banyak".

Sedang kaum wanita, ada jawaban khas dan standar juga. "Masih mau kuliah, masih mau mengejar karier. Kalau sudah menikah, sudah pasti gak bisa berkarier lagi. Karena itu, masih mau membahagiakan orang tua".

*****

Ini Reportase video Youtube di Channel Nur Terbit


Nah, kalau pertanyaan serupa ditujukan kepada Bang Nur, jika pumang mudik, "kapan nikah?". Ya kalau pertanyaan itu disampaikan sekarang ini, tentu akan ada jawaban lucu dan sudah terlambat. Emang mau nikah lagi? Mau nambah istri lagi? hahaha. 

Iya, karena pertanyaan "kapan nikah" itu sudah tidak relevan lagi. Pasalntmya, ada yang spesial dan istimewa kalau pertanyaan itu disampaikan sekarang. 

Masalahnya, Bang Nur tidak pernah ditanya, terutama oleh keluarga besar, kapan nikah. Tapi tiba-tiba sudah duduk di pelaminan sebagi pengantin. Loh koq? 

Iya, Bang Nur menikah karena dijodohkan oleh orang tua. Serius. Dan mungkin inilah perkawinan ala Sitti Nurbaya (novel Marah Rusli) yang terakhir di era generasi Bang Nur di keluarga besar di Makassar era 1980-an.

Setelah itu? Aman. Mereka sudah bebas bagi pria dalam memilih calon istri. Itu terjadi bagi adik lelaki dan saudara sepupu Bang Nur, sampai sekarang saat cerita ini ditulis. 

Ceritanya, 3 tahun Bang Nur di perantauan, kakek sudah mulai sakit-sakitan dan mulai udzur. Tradisi di keluarga besar, jika kakek masih hidup dan belum ada cucu lelakinya yang belum menikah, harus disegerakan untuk dipestakan. 

Nah begitulah yang terjadi di generasi Bang Nur. Mumpung kakek masih hidup, beliau maunmekihat cucu lelakinya duduk bersanding di pelaminan. Tapi apa sudah ada dan sudah siap dengan calon istri? 

Bang Nur sempat minta waktu 1 (satu) tahun ke depan untuk berfikir dan mencari jodoh untuk calon istri. Itu disampaikan ke kakek dan keluarga besar ketika mudik lebaran ke Makassar ketika itu. 

Tapi fakta berkata lain. Ya, namanya belum jodoh, Bang Nur tidak menemukannya di perantauan. Hingga batas "deadline" yang diberikan waktu menunggu dan masa pencarian jodoh sebagai calon istri berakhir, Bang Nur angkat tangan. Menyerah. 

Maka tahun berikutnya, Bang Nur harus mengutip jargon lama "jodoh di tangan Hansip" bagi pasangan yang tertangkap basah oleh Hansip. 

Tapi kali ini berbeda. Apa yang Bang Nur alami saat itu, memang agak sedikit berbeda. Bukan di tangan Hansip, tapi "Jodoh di tangan kakek dan nenek".

Dari cerita orang tua di kampung, saudara, kakak dan adik-adik, sepupu, om dan tante, belakangan Bang Nur baru tahu proses pernikahan. Semuanya diatur keluarga. Dari mulai musyawarah keluarga, proses lamaran hingga tanggal dan waktu pesta. 

Konon ceritanya, di saat Bang Nur masih di perantauan, keluarga besar audah sibuk mempersiapkan calon "Raja dan Ratu Sehari" dalam waktu singkat. 

Dimulai dari perundingan kakek dan nenek, ibu dan bapak, hingga tiba di keputusan calon istri untuk Bang Nur adalah dari anggota keluarga sendiri. Tepatnya sesama cucu berjodoh. 

Bang Nur sebagai cucu kakek, menyunting gadis dari cucunya nenek. Keren kan? Mana lebih seru proses pernikahan Bang Nur dengan cerita "Sitti Nurbaya" dalam kisah novel karya Marah Rusli yang kemudian pernah diangkat ke layar lebar untuk tontonan bioskop? 

Cover novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli (menulis.com/repro Nur Terbit) 
Cover novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli (menulis.com/repro Nur Terbit) 

Sedikit latar latar belakang, tema novel karangan Marah Roesli berjudul "Sitti Nurbaya" dianggap mempunyai tema anti pernikahan paksa atau menjelaskan perselisihan nilai timur dan barat.

Dikutip dari Menulis.com, novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu moment perjuangan pemuda pemudi yang berpikiran panjang melawan adat. 

Seperti hubungan antara Sitti Nurbaya dan Syamsul di masyarakat. Dia menegaskan bahwa novel ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan Tradisional.

Pesan utama dari novel ini dengan dialog panjang antara tokoh-tokoh dengan dikotomi moral. Cinta itu tidak dapat dipaksakan dan tidak dapt dikekang, kita tidak bisa memelihara cinta dalam ruang yang terbatas, karena hakikatnya cinta itu bebas.

Sinopsis Sitti Nurbaya karya Marah Rusli (menulis.com/repro Nur Terbit) 
Sinopsis Sitti Nurbaya karya Marah Rusli (menulis.com/repro Nur Terbit) 

Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya (istri Bang Nur pasti bangga nih jika sempat membaca tulisan ini hehe..). 

*****

Ini Reportase video Youtube yang lain di Channel Nur Terbit


Nah, ulasan di atas adalah pertanyaan keluarga di kampung jika para jomblo mudi lebaran. Lao  lagi pertanyaannya kalau seperi Bang Nur yang sudah berkeluarga seperti sekarang ini. 

"Kapan mudik? Jangan lupa bawa anak, istri, mantu dan cucu ya? ". Setelah waktu libur lebaran berakhir, akan menyusul pertanyaan lagi. "Kapan balik ke rantau? Apa belum terpikir pulang kampung dan menetap selamanya di tanah kelahiran?".

Serentetan pertanyaan di atas, tentu akan berat jawabannya dan pasti tidak bakal keluar jawaban lucu. Itu sebabnya selama sudah puluhan tahun di rantau, jarang mudik setiap lebaran karena pertimbangan cuti kerja, sekolah cucu, dan sudah pasti beratnya ongkos mudik. 

Mudik lebaran tahun 2023 lalu, Bang Nur hanya bisa mudik bertiga dengan putri bungsu dan istri, minus anak lelaki, mantu dan cucu. Berhubung karena masa libur panjang dan Bang Nur sudah pensiun sebagai wartawan koran cetak, mudiknya dipuas-puasin. 

Tidak tanggung-tanggung, empat bulan di kampung. Dua bulan sebelum puasa dan dua bulan setelah lebaran, baru deh balik lagi ke Jakarta. 

Nah demikianlah MYSTERY TOPIC 4 dengan topik "Jawaban Lucu Pertanyaan Lebaran" dari Bang Nur, memenuhi tantangan Kompasiana menulis maraton untuk program Ramadan Bercerita 2024 hari ke-26. Semoga bermanfaat. 

Salam : Nur Terbit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun