Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator
Meneladani Nabi Muhammad yang Tak Segan Melakukan Tugas Domestik
Memasuki sepuluh hari terakhir di bulan puasa, saya memilih banyak melakukan aktivitas yang berhubungan dengan memperdalam ilmu agama. Salah satunya membaca kisah-kisah teladan para Nabi dan Rasul.
Hari ini saya tertarik membaca bagaimana sikap Nabi Muhammad terhadap istrinya. Betapa terkejutnya saya, sungguh selama ini suami sudah banyak mencontoh Nabi tentang bagaimana cara memperlakukan saya selaku isyrinya ini. Alhamdulillah.
Pembagian Peran dalam Masyarakat Patriarki
Hidup dalam masyarakat patriarki seperti Indonesia ini, membuat saya terbiasa melihat dikotomi. Laki-laki bertanggung jawab dalam urusan publik. Perempuan bertanggung jawab dalam urusan domestik.
Maka tidak perlu heran jika banyak yang menyebutkan bahwa kodrat perempuan itu seputar dapur, sumur dan kasur. Sosialisasi seperti ini berlangsung dari generasi ke generasi. Ini yang pada akhirnya membuat para lelaki atau suami enggan melakukan tugas domestik.
"Suami sudah capek kerja cari uang, jangan dibebani dengan pekerjaan rumah tangga". Begitu kira-kira pesan dari para orang tua.
Lalu bagaimana jika istri juga ikut bekerja mencari uang? Ya tetap, urusan domestik jadi tanggung jawab istri. Makanya muncul istilah burden alias beban ganda.
Perempuan bekerja memiliki beban ganda. Selain harus bekerja mencari uang, juga tetap harus menyelesaikan urusan domestik.
Kalau dipikir-pikir tentu ini hal yang tidak adil ya. Bukankah jika istri bisa bekerja mencari uang, harusnya suami pun bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.
Nabi Melakukan Pekerjaan Domestik
Tentu hal tersebut tidak akan terjadi. Apabila masyarakat meneladani kisah Nabi. Tak akan ada pendapat yang merugikan perempuan jika para lelaki meniru akhlak Nabi.
Bagaimana Nabi Muhammad di luar kewajibannya mencari nafkah dan memimpin kaum muslimin, ternyata tetap membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Menurut Aisyah seperti diriwayatkan Bukhari, Nabi tak senggang menyibukkan diri dalam pekerjaan rumah tangga. Misalnya menjahit baju yang sobek, menyapu lantai, memerah susu kambing, belanja ke pasar, membetulkan sepatu dan kantung air yang rusak, menambat dan memberi makan hewannya. Bahkan Rasul pernah memasak tepung bersama-sama dengan pelayannya.
Nabi menunjukkan bahwa suami dan istri itu setara dan saling membantu. Rumah tangga Nabi merupakan bukti bahwa kesetaraan dan kesalingan dalam hubungan laki-laki dan perempuan merupakan hal yang penting.
Sayangnya hal itu seringkali luput diperhatikan. Tidak banyak yang mencontoh bagaimana Nabi memperlakukan istinya.
Padahal, meskipun sebagai utusan Allah, nyatanya Nabi Muhammad juga melakukan pekerjaan rumah tangga.
Dari Al-Aswad, ia bertanya pada 'Aisyah, "Apa yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?" 'Aisyah menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu salat, beliau berdiri dan segera menuju salat." (HR. Bukhari)
Beruntungnya saya, selama ini suami tak segan membantu pekerjaan domestik. Mulai dari menyapu dan mengepel lantai, mengasuh anak-anak hingga memasak spaghetti kesukaan saya.
Meski begitu tentu sebagai istri saya juga tak segan membantu suami. Membantu mencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga. Kami saling berbagi tugas.
Saya berharap, semakin banyak suami yang tak segan membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Agar tak ada lagi beban ganda yang harus dipikul perempuan.
Bukankah akan lebih damai dan bahagia bila dalam rumah tangga itu saling membantu? Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Setuju?