Dalam mengarungi perjalanan dalam hidup ini, kadang kita menghadapai jalanan yang tidak mulus, dan ada saatnya kita jatuh. sabarlah sejenak, dan coba untuk bangun lagi. Namun apabila kita sudah bangun dan jatuh, jatuh, kembali jatuh, dan jatuh lagi. Maka segeralah tengok ke belakang dan katakan "siapa sih yang dorong-dorong dari tadi?" 😀
Berkah Digital : Mengenang Ramadan di Masa Lalu Sambil Bersyukur pada Kemudahan Teknologi Saat ini
Di kalangan umat Muslim, Momen Ramadhan adalah saat yang ditunggu, terutama saat sore menjelang Adzan Magrib.
Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Sebagai seorang Muslim di Indonesia, saya telah mengalami perubahan dramatis dalam cara menjalankan ibadah Ramadhan dibandingkan saat 30 tahun yang lalu.
Dulu, Ramadhan adalah masa di mana kami menghadapi berbagai kesulitan, terutama dalam hal akses informasi, komunikasi, dan perolehan bahan makanan. Namun, hari ini, berkat kemajuan teknologi, pengalaman Ramadan telah berubah secara drastis.
Melalui cerita perjalanan pribadi, saya ingin mengeksplorasi betapa pentingnya bersyukur atas kemudahan teknologi dalam menjalankan ibadah Ramadhan.
Pada masa itu, teknologi masih sangat terbatas. Akses informasi tentang waktu buka puasa, waktu imsak, dan berita tentang hari lebaran sangat sulit diperoleh. Kami harus bergantung pada jadwal yang ditempelkan di masjid atau informasi yang tersebar melalui mulut ke mulut.
Perbedaan permulaan Ramadhan antara golongan organisasi masyarakat Muslim sudah terjadi semenjak dulu. Pada masa itu, biasanya pada waktu menjelang hari pertama Ramadan kami menyembelih ayam untuk persiapan makan sahur dan buka puasa hari pertama. Ayam satu-satunya sudah kami eksekusi. Ternyata hasil pengumuman yang kami dapat pada malam harinya dari berita di radio, tidak jadi puasa pada hari tersebut. Akibatnya, daging ayam yang sudah dimasak kami makan hari itu yang seharusnya dimakan saat makan sahur dan buka puasa hari pertama Ramadhan. Begitu juga sering terjadi pada saat setiap menjelang lebaran.
Komunikasi juga merupakan tantangan besar, karena telepon rumah saja masih langka, dan jaringan komunikasi sangat terbatas.
Ketika berbelanja untuk sahur dan berbuka puasa, kami harus ke pasar yang ada di kota yang jaraknya memakan waktu satu jam perjalanan, karena toko online atau supermarket modern waktu itu belum ada.
Dengan datangnya era teknologi modern, pengalaman Ramadan telah berubah secara signifikan. Sekarang, kami memiliki akses mudah ke informasi melalui internet dan aplikasi smartphone. Waktu shalat, waktu imsak, dan informasi terkait Ramadhan lainnya dapat diakses dengan cepat dan mudah.
Pada waktu itu, 30 tahun yang lalu, untuk bertukar informasi dengan keluarga jauh yang tinggal berbeda kota, kami hanya bisa saling berkirim surat dan sebagai hiburannya, kami bisa kirim pesan singkat melalui kartu atensi yang dibeli di radio lokal, dibaca oleh penyiar di dalam program acara “kirim-kirim salam”.
Sedangkan komunikasi Ramadan saat ini menjadi lebih lancar dengan adanya telepon pintar dan media sosial. Kita bisa berbagi pesan, salam, dan doa dengan keluarga dan teman-teman dengan mudah, meskipun mereka berada di tempat yang jauh.
Selain itu, berkat belanja online, kita dapat memesan bahan makanan untuk sahur dan buka puasa dengan hanya beberapa klik, menghemat waktu dan tenaga. Tidak makan waktu lama, barang diantarkan langsung oleh kurir ke rumah.
Pengalaman saya dalam menjalankan Ramadan dengan bantuan teknologi modern telah mengajari saya sebuah pelajaran penting tentang bersyukur. Melalui perbandingan antara Ramadhan 30 tahun lalu dengan Ramadhan hari ini, saya menyadari betapa besar nikmat yang Allah berikan kepada kita melalui kemajuan teknologi. Bersyukur tidak hanya tentang menghargai apa yang telah kita miliki, tetapi juga tentang memahami betapa besar kasih sayang Allah SWT yang memberikan kemudahan kepada kita dalam menjalani ibadah.
Dengan bantuan teknologi, Kita sekarang dapat fokus pada aspek spiritual dari ibadah Ramadan tanpa harus terganggu oleh masalah-masalah praktis. Kita dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk beribadah, membaca Al-Quran, dan merenungkan makna Ramadhan. Namun demikian, saya juga menyadari bahwa kecanggihan teknologi tidak boleh membuat kita lupa akan nilai-nilai tradisional dan spiritual yang melekat dalam ibadah Ramadhan. Kita tetap harus menghargai nilai-nilai kebersamaan, kerja sama, dan kesederhanaan yang diajarkan oleh agama kita.
Ramadhan adalah saat kita merenungkan nikmat Allah dan meningkatkan hubungan spiritual dengan-Nya. Melalui pengalaman pribadi saya dalam menjalankan Ramadhan, saya telah belajar betapa pentingnya bersyukur atas kemudahan yang diberikan oleh teknologi. Meskipun demikian, saya juga menyadari bahwa kita tidak boleh terlalu tergantung pada teknologi sehingga kita lupa akan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya menjadi inti dari ibadah Ramadhan. Mari kita terus bersyukur atas nikmat Allah, sambil tetap memelihara nilai-nilai tradisional dan spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Mari kita bersyukur atas kemudahan teknologi dalam Ramadhan tahun ini.
Kompasianer boleh berbagi cerita sedikit di sini. Pengalaman apa pada 30 tahun lalu yang masih teringat hingga hari ini.
Kepada yang berbagi di sini, dengan senang hati saya ucapkan terima kasih.