Menelusuri Jejak-jejak Peradaban Kediri Melalui "Kediri Lintas Masa #1"
Lelah mengikuti tren dan hiruk pikuk perkembangan dunia yang semakin melesat jauh, mari sejenak menepi dan berkontemplasi membicarakan sejarah peradaban Kediri.
Pada pertengahan Maret 2023, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri menggelar seminar nasional bertajuk "Kediri Lintas Masa #1" dalam rangka hari jadi Kabupaten Kediri yang ke 1219. Acara ini diselenggarakan di Auditorium Monumen Simpang Lima Gumul lantai 6.
Seminar kultural-historis ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa, guru, budayawan, sejarawan, dan kalangan lain yang memiliki ketertarikan dan perhatian lebih di bidang sejarah-budaya.
Seminar ini begitu menarik karena menghadirkan para narasumber yang profesional di bidangnya.
Tiga narasumber tersebut yakni Kayato Hardani (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), Dwi Cahyono (budayawan dan akademisi), dan Ninie Soesanti (Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi).
PRODUK BUDAYA ZAMAN KLASIK
Kayato Hardani menjelaskan bahwa asal usul pemilihan hari jadi Kabupaten Kediri tanggal 25 Maret berasal dari Prasasti Harinjing yang ditemukan di kawasan Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Tepatnya berada di lereng Gunung Kelud.
Dalam satu batu prasasti, terdapat tiga cerita atau informasi yang berbeda. Hanya saja, ketiga cerita tersebut masih berkaitan satu sama lain.
Bagian depan prasasti diberi nama Harinjing A yang mengisahkan tentang seorang pendeta dari Culanggi bernama Bhagawanta Dhari. Ia mendapatkan hak Sima (keringanan pajak) karena telah berjasa dalam membendung sungai Harinjing. Sungai ini dimanfaatkan oleh warga lokal untuk berbagai keperluan, terutama untuk mengairi sawah. Keterangan waktu pada prasasti bagian depan ini adalah 11 Suklapaksa bulan Caitra 726 Saka (25 Maret 804 M).
Sementara itu, Prasasti Harinjing B yang terdapat di bagian belakang larik 1-23, mengisahkan bahwa Sri Maharaja Rakai Dyah Tulodhong mengakui hak-hak Pendeta Culanggi karena mereka menjaga saluran sungai Harinjing.