"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com
Tetap Tegar Berpuasa Walau Bepergian Jauh
Sebagai travellers dan sering bertugas di luar kota, tentu membutuhkan energi ekstra apalagi bila sedang bekerja di lapangan, di tengah teriknya matahari tanpa tudung dan perut terisi. Walau dalam agama masih diberi ruang untuk berbuka sebelum waktunya saat bepergian jauh, namun saya tetap berpuasa dan alhamdulillah sampai hari ini belum pernah sekalipun membatalkan puasa di tengah perjalanan jauh.
Lalu bagaimana mengatur strategi agar tetap bisa berpuasa di tengah perjalanan yang terkadang macet, cuaca panas, tenggorokan kering, badan lemas apalagi pas jam dua siang saat terik-teriknya matahari menerpa tubuh? Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat bepergian jauh di bulan puasa, antara lain:
1. Mengatur waktu keberangkatan/kepulangan
A. Menggunakan kendaraan roda empat
Kalau menggunakan kendaraan, terutama saat hendak mudik lebaran, saya biasanya berangkat tengah hari setelah dzuhur untuk jarak pendek dan menengah, misal ke Bandung atau Cirebon, dengan harapan tiba di tempat pas saat berbuka puasa. Kalaupun telat sedikit bisa tetap berbuka di jalan dan melanjutkan perjalanan.
Kalau jarak menengah seperti ke Semarang, saya upayakan berangkat malam hari setelah sholat Maghrib dan berharap tiba menjelang subuh atau setidaknya pagi hari. Untuk menghindari macet panjang, saya mencari jalan alternatif yang jarang dilalui kendaraan para pemudik lainnya. Namun seiring perkembangan teknologi, ternyata banyak juga pemudik yang menjajal jalan alternatif seperti disarankan oleh aplikasi peta seperti Google Maps atau Waze. Akibatnya jalan alternatif juga mulai dipadati pemudik.
Sekarang dengan adanya tol Trans Jawa dan aplikasi peta, perjalanan bisa dimulai siang hari dan berbuka di perjalanan dengan membawa bekal, karena biasanya rumah makan ramai dan padat pengunjung saat waktu berbuka puasa. Saya tidak menyarankan berangkat setelah sahur karena akan menghabiskan waktu lama di saat puasa dan berpotensi berbuka di tengah jalan, apalagi dalam keadaan macet parah.
B. Menggunakan pesawat
Saat menggunakan pesawat udara, saya biasanya berangkat pagi setelah sahur, atau lebih baik siang hingga menjelang sore. Untuk perjalanan udara selama 2-3 jam tidak terlalu menghabiskan energi sehingga waktunya bisa digunakan untuk bekerja di siang hari setelah mendarat, atau esok harinya bila perjalanan dilakukan sore hari. Untuk penerbangan ke arah timur, saya upayakan berangkat siang hari karena waktu berbuka lebih cepat satu hingga dua jam, lumayan mengirit waktu berbuka. Sebaliknya bila ke arah barat, sebaiknya pagi hari karena waktu berbuka lebih panjang sehingga bisa fokus untuk survei di lapangan, atau sekalian setelah berbuka puasa sehingga tidak perlu puasa di perjalanan.
2. Saat di lapangan atau di perjalanan
Saya selalu membawa sebotol air mineral, bukan untuk diminum, tapi untuk menyiram kepala atau membasuh lengan dan muka apabila suhu udara sudah sangat panas. Kalau habis saya isi lagi dengan air mentah dan digunakan kembali apabila cuaca benar-benar sangat panas, tidak ada pepohonan untuk berteduh terutama saat sedang melakukan pengukuran jalan di lapangan.
Upayakan berangkat ke lapangan di pagi hari hingga sekitar jam 11 siang, lalu istirahat sejenak menjelang Zhuhur, dan kembali ke penginapan untuk tidur siang sejenak.
Menjelang sore setelah waktu sholat Asar kegiatan survei bisa dilanjutkan kembali. Kalau terpaksa harus siang hari karena masih dalam perjalanan, saya upayakan untuk tidur sesaat di dalam kendaraan atau menepi di pinggir jalan, gelar tikar dan tidur sejenak di bawah pohon atau bangunan ruko yang kosong. Hal ini untuk membuat tubuh kembali segar setelah beristirahat sejenak tanpa harus diisi asupan makanan.
3. Mengatur menu makanan sahur
Saat sahur ketika hendak bepergian jauh, saya makan seperti biasa, tidak terlalu banyak namun juga tidak terlalu sedikit. Nasi secukupnya ditambah lauk pauk seperti ayam/ikan/telur dan sayur mayur, tapi jangan terlalu banyak sambal karena akan berpengaruh terhadap perut.
Upayakan minum secukupnya, paling tidak dua gelas, jangan terlalu banyak juga karena bisa beser di tengah jalan. Makan terlalu banyak, apalagi sambalnya numpuk bisa menyebabkan keinginan untuk BAB di perjalanan besar dan sulit mencari tempat yang nyaman untuk BAB.
4. berbuka secukupnya
Karena rasa letih setelah bepergian jauh, biasanya kita langsung balas dendam saat waktu berbuka tiba. Padahal perut masih kosong dan perlu pemanasan terlebih dahulu sebelum diisi makanan. Oleh karena itu sebaiknya berbuka dengan makanan ringan seperti kurma, buah-buahan, gorengan, atau rebusan seperti ubi atau singkong, dan minum satu-dua gelas saja.
Setelah selesai sholat Maghrib, atau malah bagusnya setelah sholat Tarawih baru kita makan besar sepuasnya. Malam hari menjelang tidur bisa juga kembali makan snack dan minum teh hangat untuk menyimpan baterai tubuh saat hendak melakukan perjalanan esok hari.
* * * *
Bagi saya bulan puasa atau tidak sama saja, karena saat bulan biasapun saya tetap berpuasa di siang hari dalam perjalanan. Jarang sekali saya makan siang atau minum di perjalanan, baru setelah tiba di tempat saya makan dan minum sepuasnya. Selain untuk berhemat, juga menghindari buang air kecil atau besar dalam perjalanan karena saya paling tidak nyaman BAK/BAB di tempat umum bila tidak benar-benar terpaksa.