Kisah Secangkir Kopi dalam Dialektika yang Panas
Dan untuk memupus euforia para pecinta kopi, al-Haytami seperti dinukil Dr. Abdul Hakim bin Abdurrahman al-'Awwad dalam Bidayatu Ma'rifatin Najdiyyin bil-Qahwah menasihatkan jalan tengahnya:
"Sebelum abad kesepuluh ini, minuman dibuat dari serbuk kopi, tanaman yang dibawa dari daerah Zaila' di Yaman. Inilah yang disebut kopi, dan perselisihan mengenai hal itu sudah berlangsung lama. Kebolehannya, kemurniannya, dan kebalikannya. Orang yang berlebihan (dalam menolaknya) memberi fatwa (bahwa kopi menimbulkan) kemabukan dan najis, karena menimbulkan tenaga dan bahaya yang berdampak pada tubuh jika ditinggalkan. Sementara orang yang berlebihan (dalam membolehkannya) memberikan fatwa bahwa meminumnya akan mendekatkan kepada Allah, di samping kebolehan dan kesuciannya, mengingat (kopi) dapat menghilangkan kelesuan dan kemalasan dalam jiwa, serta membantu seseorang untuk tetap terjaga dalam beribadah. Sesungguhnya dalam semua itu, tidak ada yang memabukkan atau bius di dalamnya, namun adalah benar juga di dalamnya ada potensi menyebabkan kerusakan atau penyimpangan pada perilaku bagi peminumnya bila melampaui batas kewajaran, menurut hukum dan adat istiadat. Dan bahkan, mungkin merugikan kesehatan mereka karena sifatnya yang dingin dan kering."
Demikianlah kisah secangkir kopi. Dan persis seperti hal yang lainnya, akan nikmat bila dinikmati secara moderat.