Achilles Last Stand Versi Ramadan
"Bahasa dari kedua tradisi epik ini memiliki asal-usul yang sama; jadi apakah narasi-narasinya juga memiliki asal-usul yang sama? Kebisuan Weda dan terlambatnya penurunan Mahabharata ke dalam bentuk tulisan bukanlah keberatan yang fatal. Lokasi asal usul yang sama dalam ruang dan waktu adalah masalah yang terpisah. Fokus pada struktur Kuruksetra dan Perang Troya. Dalam kedua tradisi epik, strukturnya terdiri dari lima bagian atau pentadik."
Hal senada dikemukakan Adam Nicolson dalam bukunya Why Homer Matters sebagaimana dikutip Terrence McCoy dalam More reasons why the Greek poet Homer may never have existed:
"Keberadaan Homer telah diragukan selama bertahun-tahun. Bahkan, ada bidang penyelidikan akademis yang meneliti segala sesuatu yang melibatkan Homer yang disebut 'Pertanyaan Homer.' Homer telah membingungkan hampir semua sarjana yang telah mempelajarinya karena alasan sederhana bahwa tidak banyak yang bisa dipelajari.
Tidak ada informasi sejarah yang dapat diandalkan tentang dia. 'Siapakah Homer, jika memang ada Homer?' tanya Martin West dari Universitas Oxford pada tahun 2010. 'Kapan dan di mana dia hidup? Apakah seorang penyair menghasilkan kedua epos tersebut, atau ada penyair yang berbeda untuk masing-masing epos? Atau apakah dalam setiap kasus terdapat suksesi penyair, atau sindikat penyair dan redaktur?'"
Namun, Nicolson, kutip McCoy, mengatakan bahwa jarak waktu antara saat puisi-puisi itu pertama kali muncul dan saat perkamen itu muncul sebenarnya jauh lebih luas. Dia berpendapat bahwa puisi-puisi itu sebenarnya muncul sekitar tahun 2000 SM - hampir 1.200 tahun sebelum orang lain mengira.
Ada dua elemen yang mendukung teorinya, Nicolson mengatakan kepada Washington Post pada hari Selasa pagi dalam sebuah wawancara. Banyak aspek dari karya-karya Homer yang tersebar di seluruh benua Eropa dan beberapa bagian India, kata Nicolson, dan tidak ada hubungannya dengan Yunani atau wilayah Aegea.
Hal ini menunjukkan bahwa karya-karya tersebut sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai kisah yang beredar pada saat itu. "Jadi implikasinya adalah Anda harus memiliki akar yang sama untuk semua itu. Elemen-elemen dari kisah-kisah ini dimiliki oleh banyak budaya di banyak tempat," kutip McCoy.
Nada senafas berikutnya diketengahkan Ismail Butera Vyasa: Homer Of India. Berkenaan dengan Resi Wiyasa, sang penulis Mahabharata, Butera menyatakan bahwa seperti dalam narasi kebanyakan peradaban kuno, ada unsur dunia lain yang berperan, karena dikatakan bahwa Wiyasa mendapat bantuan dari seorang apsara bernama Adrika. Apsara sendiri adalah dewi yang mengilhami manusia untuk mencipta karya di bidang sastra, ilmu pengetahuan, dan kesenian.
Adrika, menurut Butera, membantu Wiyasa dalam menyusun epos yang kemudian kita kenal sebagai Mahabharata. "Mungkin Mahabharata adalah karya dari beberapa penulis, seperti yang diyakini adalah teks-teks agama di dunia, dan kemungkinan bahwa ini adalah karya dari beberapa penulis semakin jelas pada zaman dahulu ketika kebanyakan orang buta huruf dan menulis adalah hak istimewa para elit, yang mempekerjakan para cendekiawan yang melek huruf untuk menciptakan teks-teks tersebut untuk mereka. Hubungan dengan dimensi dan alam lain merupakan fitur umum di dunia kuno, yang terjalin dalam kehidupan India, makhluk-makhluk dari langit memiliki andil dalam penciptaan teks-teks penting tersebut," ungkapnya.
Jelaslah kini mengapa kedua epos yang lahir dari dua peradaban berbeda bisa memiliki kemiripan. Alasannya tidak lain, keduanya diduga berasal dari satu sumber yang sama.
Tapi kita adalah makhluk yang gandrung akan superioritas. Maka, tidaklah aneh bila ada pihak yang berbeda klaim tentang mana yang lebih tua dan siapa yang mempengaruhi siapa. Pun demikian halnya dengan bangsa pemilik dua epos, Iliad dan Mahabharata. Misalnya, di laman Greek Influence on India diturunkan sebuah tulisan berjudul Mahabharatha and Trojan war. Di dalamnya kita membaca: