Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com
Tiga Keseimbangan dan Bijaknya Pola Makan: Kunci Hidup Sehat Selama Ramadan
Sepuluh hari pertama Ramadan telah kita lalui. Sepuluh hari yang layaknya ditinjau kembali. Adakah kita telah meraih banyak kebaikan atau malah merugi? Ditinjau dari keberhasilan puasa, seseorang dikatakan meraih keuntungan selama Ramadan jika terjadi perubahan yang mendasar dalam dirinya. Termotivasi untuk menambah amalan sunnah, jiwanya lebih tenang tidak mudah marah, hatinya lembut dan tergerak untuk membantu sesama adalah beberapa pertanda keberhasilan berpuasa yang berpengaruh secara psikologis. Namun keberhasilan puasa bisa juga ditinjau dari sisi medis.
Secara medis, berpuasa berfungsi layaknya proses detoksifikasi, yaitu pembersihan tubuh dari racun akibat makanan dan minuman yang kita konsumsi. Ketika fase berpuasa, tidak makan dan minum selama kurang lebih 12 jam terjadilah proses detoksifikasi. Lambung, usus halus, usus besar, pankreas dan hati bisa beristirahat, sel-selnya beregenerasi dan usai berpuasa organ-organ tubuh akan berfungsi lebih baik.
Idealnya, puasa yang menyehatkan akan menyebabkan metabolisme tubuh lebih lancar, kelebihan lemak dibakar. Ditinjau dari sisi medis, gula darah turun, tekanan darah stabil, kadar kolesterol jahat berkurang serta berat badan mengalami penurunan adalah dampak positif puasa bagi tubuh.
Sepuluh hari puasa Ramadan berlalu, mari kita tinjau sisi fisik dan psikologis. Apakah bisa berpuasa dengan aman dan tidak mengalami gangguan kesehatan? Apakah hati lebih tenang? Apa kabar berat badan? Nah poin yang terakhir ini perlu dipastikan jika berat badan turun, apakah disebabkan oleh pembakaran timbunan lemak atau jangan-jangan hanya karena berkurangnya cairan atau hilangnya massa otot dalam tubuh?
Massa otot berkurang disebabkan karena kekurangan protein. Akibatnya berat badan mungkin tampaknya turun, tetapi akan cepat kembali naik sebab penurunan massa otot berpengaruh pada metabolisme tubuh yang melambat. Jika berat badan turun karena kekurangan cairan, akibatnya tubuh mengalami dehidrasi. Lemas, pusing, sulit berkonsentrasi adalah gejala dehidrasi. Maka, idealnya menakar penurunan berat badan akibat puasa, selain memperhatikan berat badan, juga mempertimbangkan berkurangnya lingkar perut dan paha sebagai tolak ukur terjadinya pembakaran lemak selama berpuasa.
Jadi, bagaimana caranya agar bisa menjalankan puasa yang sehat, dan berpengaruh pada penurunan berat badan? Kuncinya adalah pada tiga keseimbangan. Yaitu menyeimbangkan kebutuhan kalori dengan kegiatan, menyeimbangkan asupan gizi dan nutrisi serta menyeimbangkan waktu beraktivitas dengan masa rehat.
Keseimbangan Kebutuhan Kalori dan Aktivitas
Kelebihan kalori dalam tubuh bisa menyebabkan obesitas, hipertensi, penyakit jantung hingga stroke. Agar bisa berpuasa secara sehat maka dianjurkan untuk menyeimbangkan kebutuhan kalori dengan aktivitas. Jika selama berpuasa melakukan intensitas aktivitas fisik yang tinggi, disarankan untuk memperbanyak mengonsumsi makanan tinggi kalori. Sebaliknya jika selama berpuasa hanya menghabiskan waktu di belakang meja dan aktivitas fisik berkurang, maka lebih baik mengurangi makanan berkalori tinggi. Sumber-sumber makanan berkalori tinggi adalah: makanan berlemak, mentega, kacang-kacangan, alpukat, makanan yang digoreng
Keseimbangan Asupan Gizi dan Nutrisi
Untuk hidup sehat, tubuh memerlukan keseimbangan asupan nutrisi yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang diperlukan.