Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Administrasi

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berdamai dengan Kenyataan, Target Utama Saat Ramadan

12 Maret 2024   10:53 Diperbarui: 12 Maret 2024   11:56 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdamai dengan Kenyataan, Target Utama Saat Ramadan
Berdamai dengan kenyataan, Dokpri

Target Ramadan Romantis

Mengapa selain target pragmatis saya juga memasang target romantis? Apakah saya memasang target untuk berbulan madu kedua bersama suami? Tentu tidak, target romantis yang saya maksudkan adalah romantis, "Bermesraan" bersama Allah. Sebelas bulan selain Ramadan saya sadar bahwa lebih banyak membuang waktu untuk hal yang tidak terlalu penting. Misalnya di saat sepi orderan menulis membuat saya menghabiskan waktu dengan menonton cuplikan-cuplikan video di media sosial. Maka bulan Ramadan saya telah memasang target harus lebih banyak berinteraksi dengan Allah, melalui dzikrullah dan istighfar serta membaca buku agama. 

Saya sengaja bangun lebih pagi saat dini hari agar punya waktu lebih lapang untuk berkomunikasi dengan Allah. Baru sehari saya praktekkan hati terasa lebih lapang. Banyak hal yang saya keluhkan kepada Allah. Tentang semakin menurunnya penghasilan sebagai penulis lepas dalam beberapa bulan belakangan, tentang kegagalan-kegagalan meraih kemenangan dalam lomba kepenulisan, tentang harapan mampu berziarah ke tanah suci yang tak kunjung menjadi kenyataan, tentang kesehatan tubuh yang tak lagi bisa diandalkan. 

Dan pada akhirnya saya memutuskan untuk berdamai dengan kenyataan. Bahwa rezeki telah jauh hari ditetapkan, wilayah manusia hanya ikhtiar namun hasil akhirnya Allah juga yang punya hak prerogatif untuk menentukan. Mungkin Allah belum mengizinkan saya dengan segala keterbatasan rezeki untuk bisa berziarah ke tanah suci namun bukan berarti Allah tidak cinta dan membenci. Jika saya hanya fokus kepada hal-hal yang saya impikan namun belum mampu saya raih, maka potensi terkubur dalam sifat kufur akan terbuka lebar. Maka saya memilih berdamai dengan kenyataan, merenungkan betapa banyak nikmat Allah yang telah saya terima tanpa perlu membayar agar tetap mampu memperbesar rasa syukur dan terus belajar bersabar.

Berdamai dengan kenyataan, adalah target utama saya selama Ramadan. Bukan berarti saya tak berani memasang target-target kehidupan terlalu tinggi, namun lebih kepada fokus bagaimana menentramkan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun