Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com
Definisi: Kejarlah Akhirat, Dunia Mengikuti
Kajian fiqih Ustadz Habib bada sholat subuh berjamaah tadi pagi mengingatkan kembali tentang fiqih puasa dan iktikaf. Kajian yang membantu jamaah memperkaya diri dengan ilmu dalam beribadah sangat besar manfaatnya sebab menjalani kehidupan, melakukan ibadah tanpa iman dan ilmu bagaikan layang-layang putus tali.
Ketika pembahasan masuk pada fiqih iktikaf, Ustdaz Habib kembali menyinggung ayat tentang keutamaan iktikaf di masjid yang memberi kesempatan bagi seorang mukmin untuk merenung, lebih fokus dalam ibadah dan berkomunikasi dengan Allah. Iktikaf di bulan Ramadan adalah berdiam di masjid untuk beribadah dalam sepuluh hari terakhir. Membayangkan meluangkan waktu 10 hari di antara 365 hari dalam setahun, hanya untuk murni beribadah rasanya sangat luar biasa. Seolah kami diingatkan kembali, seberapa serius menyiapkan bekal untuk akhirat nanti.
Ustadz Habib menyitir dua ayat dalam Al Qur'an yang menggambarkan dua jenis manusia, yaitu si pemburu dunia dan si pemburu akhirat. Saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabdikan tayangan slide beliau dan membagikan di status WA, buat pamer kalau rajin ikut kajian? Nggaklah buat apa pamer kalau kebanyakan tetangga sudah pada paham kalau saya salah satu jamaah masjid yang rajin ikut kajian hahahaha slepetttt. Bukan, dengan membagikannya dalam status WA, lalu menyimpan isi kajian dalam sebuah artikel saya berharap kecipratan pahala. Siapa tahu hanya dengan berbekal motret catatan ustadz, lalu membagikannya ke khalayak luas saya dapat bagian pahala kebaikan yang beliau ajarkan.
Lalu apa makna jenis manusia pemburu dunia dan pemburu akherat? Apakah si pemburu dunia hanya melulu menjalani hidup dengan bekerja dan bersenang-senang? Apakah si pemburu akherat hanya berdiam di masjid jungkir balik sholat, tadarus sammpai berkali-kali khatam Al Qur'an tanpa bekerja dan mencari nafkah, tanpa merawat keluarga?
Pada dasarnya, jika para ulama membahas tentang si pemburu dunia, maka artinya yang dibicarakan adalah orang yang mendahulukan dunia hingga mengabaikan akherat. Sibuk bekerja, menumpuk harta hanya untuk kepentingan dunia saja hingga lupa menunaikan kewajiban syariat. Ibaratnya begitu sibuknya cari uang sampai lupa sholat dan enggan mengeluarkan zakat. Sedangkan jika para ulama menyampaikan tentang keutamaan si pemburu akherat, bukanlah tentang orang yang kerjanya sholat, dzikir, ngaji doang. Tetapi orang yang melakukan segala sesuatu kebaikan diniatkan karena Allah. Ia yakin bahwa ada kehidupan setelah mati dan segala yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan, maka ia meniatkan semua yang dilakukan di dunia karena Allah, berharap mendapatkan rahmat dan bekal akherat.
Si pemburu akherat ini sejatinya adalah orang yang mampu menyeimbangkan caranya berinteraksi dengan sesama manusia (life) , mencari nafkah atau bekerja (work) dan beribadah. Si pemburu akherat memiliki keyakinan bahwa jika ia mendahulukan akherat maka dunia akan mengikuti. Inilah yang disebut keseimbangan. Mari kita renungkan, manusia hidup di dunia adalah kehendak Allah, rezeki, jodoh dan saat matinya manusia sebagai makhluk semua tergantung kepada takdir Allah sebagai Sang Pencipta. Jika manusia berupaya berterima kasih kepada Allah atau berupaya mendapatkan perhatianNya, karuniaNya bukankah lazimnya manusia harus melakukan hal-hal yang disukai Allah? Jika Allah sudah suka, cinta maka Dia pun akan mengabulkan permohonan kita. Bahkan dalam kenyataan hidup, orang-oramg yang tidak taat kepadaNya banyak yang masih bisa hidup dengan sehat dan bergelimang harta. Nggak mungkin Allah akan mengabaikan orang yang berusaha membuat Allah mencintainya. Andai telah berupaya menyenangkan Allah dengan segala cara tetapi rezekinya dirasa sedikit, mungkin saatnya merenung : jangan-jangan berbuat kebaikan karena tidak ikhlas, atau jangan-jangan ada hal-hal yang membuat doa serta rezeki terhalang.
Sosok yang mendahulukan akherat dibandingkan dunia memiliki keyakinan bahwa saat mendahulukan akherat maka dunia akan mengikuti. Keyakinan ini bukan imajinasi namun janji Allah secara pasti.
"Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.
" (QS. Asy-Syura : 20).
Orang yang mendahulukan akherat juga paham, bahwa arti dari kejarlah akherat maka dunia akan mengikuti bukanlah cukup dengan jungkir balik sembahyang, berdoa, berpuasa lalu rezeki datang sendiri dengan ongkang-ongkang kaki. Sebab orang yang mendahulukan akherat, meningkatkan keimanannya melalui majelis-majelis ilmu akan memahami bahwa dalam ayat-ayat Al Qur;an Allah telah memperingatkan untuk menjaga keseimbangan hidup dengan berupaya mencari karunia Alah baik berupa jodoh maupun rezeki namun tetap mendahulukan akherat sebagai yang diutamakan :
"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. "QS Al Jumuah : 10
Bagaimana cara menyeimbangkan kehidupan pribadi, mencari rezeki dan beribadah agar Allah ridho dan cinta kepada kita :
1. Perbaiki niat
Niatkan semua kegiatan dalam hidup sebagai ibadah karena Alalh semata. Mencari nafkah, mengurus keluarga dan rumah, berinteraksi dengan tetangga, mengikuti majelis ilmu, bahkan berolahraga agar tetap sehat dan berbagai kegiatan lain semua hendaknya diniatkan karena Allah. Dengan demikian tidak akan terpikir misalnya : ah aku ogah kumpul tetangga nanti terjebak ghibah, ganti mindset dengan : eh menyambung silaturahim ternyata bisa memperluas jalan rezeki baiknya aku ikut tetangga ikut taklim. Dengan meniatkan kegiatan karena Allah maka hindari berpikir : ntar kalau keasyikan nge-gym males sholat, ganti dengan pikiran yang lebih terbuka dengan : Bismillah , saya niat berolahraga sebagai sarana menjaga nikmat sehat karena dalam kondisi sehat ibadah puasa dan sholat terasa lebih nikmat.
2. Manajemen waktu
Sesuai bunyi surat Al Jumuah ayat 10, hendaknya mendahulukan sholat sebelum pekerjaan yang lain-lain. Maka sholat subuh adalah salah satu tonggak utama, sebab sholat subuh tepat waktu akan membantu seorang mukmin lebih disiplin. Bedakan dengan orang yang sering bolos sholat subuh, bangun kesiangan maka seharian ia pasti kebingungan mengatur waktu
3. Meningkatkan wawasan
Nggak bakalan rugi kok jika memperbanyak teman, apalagi jika berteman dengan orang shalih. Bahkan dengan rajin sholat berjamaah di masjid di waktu yang mampu dikerjakan bisa membantu bertemu banyak orang, potensi terbukanya rezeki bisa terbuka dengan rutin berinteraksi. Saya sendiri merasakan, kebanyakan pelanggan di toko kelontong kecil-kecilan kami adalah jamaah masjid dan majelis taklim yang karena istiqomah berinteraksi maka hubungan kami menjadi dekat layaknya sahabat dan sanak kerabat.
"Kejarlah akherat, maka dunia akan mengikuti" bukan slogan yang diartikan mentah-mentah untuk melulu mengisi hidup dengan ibadah sholat, membaca Al Qur'an, berdzikir, berpuasa sebagai bentuk ketaatan. Namun meniatkan segala aktivitas karena Allah dan berniat ibadah serta berharap kebaikan, menjaga agar hidup senantiasa dalam keseimbangan.