Saat Ramadan, Mekkah dan Jakarta Sama Ramainya
Usai menunaikan ibadah umrah, penulis merasa tergaket-kaget dengan suasana ibukota Jakarta pada saat Ramadan ini lantaran secara fisik kondisi lalu lintas sama parahnya dengan keadaan kota Suci Mekkah.
Namun tak kalah hebatnya adalah dari sisi non-fisik, yaitu ramainya "mulut harum" yang keluar lantaran melaksanakan ibadah puasa.
Sudah menjadi "adat", macet mewarnai kota suci itu lantaran berbagai ruas jalan dipenuhi pejalan kaki menuju dan kembali ke Masjidil Haram. Ketika penulis meninggalkan kota itu, demikian banyaknya jemaah dari berbagai negara menunaikan ibadah umrah. Kondisinya, pengalaman penulis, tak jauh beda dengan ketika puncak haji berlangsung.
Yang menarik dari keramaian di Jakarta itu, yang penulis baca dan rasakan dari omongan teman-teman, tetangga sekitar dan berita melalui media massa adalah peristiwa-peristiwa seputar kerusuhan aksi pada 22 Mei 2019 silam dan kelanjutannya.
Jakarta (sekarang) menjadi ramai karena rasa cintanya publik kepada para tokoh unjuk rasa. Sebut saja tokoh yang kita cintai itu adalah Amien Rais, Kivlan Zen, Eggi Sudjana. Masih ada lagi, seperti Ratna Sarumpaet yang menanti putusan pengadilan.
Jakarta jadi ramai karena hadirnya rasa cinta tadi dalam diri manusia. Kalau pun kemudian ada yang punya rasa benci, kita harapkan kembali pada fitrah jati dirinya. Pada Ramadan ini, eloknya kita bicara yang baik-baik sajalah. Dan, dengan logika waras, karena kita cinta kepada Amien Rais, misalnya, mana mungkin awak media mau mengutip pernyataannya yang oleh sebagian orang dianggap kontroversial itu.
Jakarta jadi ramai lantaran adanya penangkapan orang-orang yang bekerja dan mendukung Kubu 02, Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno. Termasuk penunggang gelapnya yang membuat rusuh itu. Dalam berita disebut, pegiat media sosial sekaligus Koordinator Relawan IT Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mustofa Nahrawardaya, ditangkap pihak berwajib.
Ia diduga melontarkan ujaran kebencian berdasarkan SARA dan/atau menyebarkan hoaks melalui Twitter.
Jakarta ramai juga terkait berita ancaman terhadap pembunuhan terhadap tokoh nasional oleh oknum polisi yang menyamar saat aksi 22 Mei. Mereka mengenakan baju antipeluru dan membawa senjata laras panjang. Polisi telah menangkap dan tengah menyelidiki siapa pelaku di belakangnya.
**
Di Mekkah, di tengah keramaian orang menunaikan ibadah umrah, shalat tarawih di Masjidil Haram, masih ada orang memberi tausiyah, memberi sedekah kepada para tamu Allah.
Di Jakarta, di tengah keramaian polisi mengamankan teroris, menangkapi orang yang diduga sebagai pengacau, warga Jakarta juga ternyata tak banyak terpengaruh untuk melaksanakan ibadahnya. Di masjid masih ada yang terawih, shalat berjamaah subuh dan tidak takut ada gangguan gerakan pengacau masjid.
Patut kita bersyukur, keramaian kota suci Mekkah masih menginspirasi orang-orang beriman di Jakarta. Sebentar lagi Ramadan berakhir, penulis cuma berharap, mari rebut kemenangan di pekan terakhir ini.
Selamat menjalani puasa Ramadan.