Eka MP
Eka MP Administrasi

Pecandu Teh dan Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengajarkan Anak Autisi Berpuasa di Bulan Ramadhan

2 Mei 2021   21:26 Diperbarui: 2 Mei 2021   21:31 1709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarkan Anak Autisi Berpuasa di Bulan Ramadhan
Doc Pribadi

Mengajari dan memberi pemahaman anak untuk berpuasa bukan hal mudah. Terlebih kepada anak Autisi. Pemahaman anak terhadap hal-hal abstrak sangat terbatas. Selain itu anak autistik memiliki kecenderungan mengikuti rutinitas sehari-hari.  

Waktu belajar, bermain dan makan sudah terjadwal. Mengubahnya secara tiba-tiba hanya untuk selama satu bulan menjadi tantangan tersendiri.

Autisme dan Masalah Komunikasi

Autisme bukanlah keadaan dimana seseorang tidak peduli terhadap lingkungan karena asyik dengan kegiatannya sendiri secara sengaja. Istilah yang sering digunakan orang-orang secara serampangan untuk orang yang asyik dengan gadget atau hal lain yang sebenarnya lebih cocok disebut apatis.

Autisme adalah gangguan perkembangan serius yang mengganggu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Gangguan spektrum autisme memengaruhi sistem saraf.

Masalah anak autisi dengan bahasa merupakan hal yang harus terus menerus diupayakan oleh orang tua. Kendala komunikasi dua arah inilah yang harus dicari solusinya.

Setiap anak autisi memiliki karakteristik kondisi yang berbeda. Orang tua harus benar-benar memahaminya dan mencari cara untuk dapat terus berkomunikasi dengan anak. 

Saya mengalami hal ini. Tak tahu apakah anak memahami apa yang saya katakan atau tidak. Seringkali saya tidak peduli, jadi saya terus saja bicara berulang-ulang dengan harapan ada yang akan ditangkap entah kapan dan bagian yang mana. 

Seringkali orang mengira anak autisi memiliki kecerdasan yang kurang. Tentu saja pemikiran ini salah. Seperti yang saya katakan tadi setiap anak berbeda. Itulah kenapa kondisi ini disebut spektrum (rentang keadaan atau kelakuan yang luas).

Anak Autisi Berpuasa Mungkinkah?

Jika berkomunikasi saja sulit tentu mengajarkan berpuasa lebih sulit lagi. Konsep yang abstrak dimana anak dilarang makan dan minum seharian. Memberi pengertian tentang larangan makan dan minum di siang hari saja sulit apalagi konsep bersabar. 

Sesuatu yang sulit bukan tidak mungkin. Maka dengan memohon pertolongan Allah saya bulatkan tekad melatih anak berpuasa sejak dia memahami instruksi. 

Sebelum memasuki bulan Ramadhan saya sudah mulai menginformasikan kepada anak tentang puasa. Membuat sebuah"Story board" tentang berpuasa dan bagaimana melakukannya. Ada gambar jam saat sahur dan berbuka. Lalu jam di antaranya hanya berisi kegiatan tanpa ada jadwal makan. 

Saat makan sarapan atau makan siang saya selalu mengatakan, "Nanti kalau puasa tidak ada sarapan ya, makannya pas sahur saja". 

Terus-menerus saya  mengatakan hal seperti itu berulang-ulang. Entah dia paham atau tidak. 

Tantangan Hari Pertama

Hingga hari pertama Ramadhan pun tiba. Bagi kita yang sudah terbiasa puasa saja bangun sahur pertama rasanya berat. Terlebih bagi anak. Saya sengaja mengatur jadwal tidurnya lebih awal. 

Seperti sudah diduga membangunkan bukan di waktu biasanya sungguh sulit. Hampir setengah jam saya berusaha mendudukkannya sebelum menggandengnya ke meja makan.

 Dengan mata masih terpejam dia pun duduk. Saya mulai menyuapinya makan. Awalnya dia hanya diam dengan mata terpejam tak mengunyah makanan di mulutnya. Saya mulai menyolek pipinya memotivasi. 

Sahur pertama sukses dalam waktu satu jam menghabiskan seporsi nasi dan lauknya. 

Menyuruh anak minum air cukup dalam waktu pendek menjadi tantangan berikutnya. Jadi saya target setengah gelas sekali minum dibagi per lima belas menit. 

Hingga waktu subuh tiba. Puasa hari pertama dimulai. Karena masih mengantuk setelah subuh anak tidur lagi hingga sekitar pukul sepuluh. Saya biarkan saja untuk melihat pola yang baru. 

Jam makan siang pun tiba, secara otomatis dia mencari ke meja makan. Saat tak menemukan apa-apa dia mencoba peruntungan ke dapur. Kembali saya jelaskan kalau sedang puasa tidak makan dan minum sampai adzan Maghrib nanti. 

Awalnya dia marah kemudian mulai tantrum dan merengek-rengek. Kebulatan tekad saya mulai goyah. Tapi jika hari pertama saya kalah besok-besok anak akan mencari cara lain untuk membuat saya menyerah lagi. 

Demi mempertahankan status puasa anak, seharian saya melakukan pengawasan ketat. Akhirnya hari itu bisa dilalui meskipun dengan susah payah. 

Doc Pribadi
Doc Pribadi

Menu Berbuka Istimewa

Hari pertama puasa harus dirayakan dengan menu berbuka yang istimewa. Anak saya memiliki jadwal makan khusus karena ada makanan yang tidak bisa dikonsumsi. Diet ketat sejak usia empat tahun. Tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten, casein dan gula. 

Selain itu pola makannya juga menganut azas rotasi. Artinya yang dimakan kemarin tidak bisa dimakan lagi hari ini. Baru akan bertemu lagi paling cepat lima hari. Ini berlaku untuk semuanya baik jenis beras, sayur, lauk sampai bumbu.

Jadi, menu berbuka tak boleh melenceng dari pakem. Alhasil saya harus berjibaku menggali kreativitas untuk menciptakan menu khusus. 

Makanan yang harus disukainya. Jelas harus enak di lidah. Yang termudah adalah membuat bubur sumsum (dari tepung beras) agar menarik saya memakai sedikit daun Suji untuk memberi warna hijau. 

Sementara lauk untuk makan tetap sesuai jadwal. 

Detik-detik menjelang adzan Maghrib kami duduk manis di depan televisi. Tentu sudah dengan sajian berbuka puasa. Setelah seharian diawasi akhirnya anak paham untuk tidak makan dan minum sebelum diizinkan. 

Begitu adzan berkumandang saya membolehkannya minum dan makan. Tetap dengan pesan untuk makan perlahan. Dia nyaris kalap karena sudah menahan lapar seharian.

Penghargaan

Keberhasilan puasa hari pertama parut mendapatkan penghargaan. Saya memberinya satu bintang yang ditempelkan di papan. Dalam lima deret tempat bintang di ujungnya saya tempelkan gambar hadiah. Sebenarnya saya belum menemukan ide apa hadiahnya. Tapi anak sudah paham konsep reward, sehingga dia memiliki antisipasi perjuangannya akan membuahkan hasil.

Selain bintang kami sekeluarga berulang kali memujinya karena berhasil puasa. Wajahnya terlihat sumringah. 

Oh, Nak, tahukah kamu bagaimana rasanya kebahagiaanku melihatmu melalui puasa pertama ini? (Auto mewek saya)

Kebiasaan Baik Tidak Terbentuk Dalam Semalam

Benar memang menjadikan hal baik sehingga menjadi kebiasaan tidak terjadi dalam semalam. Perjuangan puasa hari-hari berikutnya tidak lebih mudah. Pengawasan melekat terus dilakukan. Pokoknya jangan kasih kendor!

Hal-hal lucu terjadi selama awal-awal puasa. Suatu siang saya bingung melihat air di sekitar dispenser. Tak ada gelas dan orang di rumah semua sedang berpuasa. Saya pikir krannya bocor. Tetapi setelah saya periksa kran tersebut baik-baik saja. 

Saya mulai mencurigai sesuatu. Hingga saat saya sholat ashar dengan mengendap-endap saya keluar kamar mencari keberadaan si anak yang tak terdengar suaranya. Benar saja dia sedang menempelkan mulutnya di bawah kran dispenser. 

Astaga.. gemas juga melihat akalnya. Tapi saya tak ingin mengejutkannya. Jadi saya pura-pura baru keluar dari kamar dengan berisik. 

Tak lama saya mendengar suara gedubrakan. Kemudian saya lihat "tersangkanya" sedang duduk manis sambil pura-pura membaca buku seolah tidak terjadi apa-apa.

Menahan tawa sungguh pekerjaan yang berat. Bocah.. bocah.. kamu kok, lucu banget. 

Aneka Kegiatan Pengisi Waktu

Sebisa mungkin selama berpuasa anak melakukan kegiatan selain kegiatan belajarnya yang rutin. Ada beberapa kegiatan yang saya tambahkan yaitu menonton Sirah Nabawiyah. Sambil memberi komentar di sana sini. 

Kemudian menjelang sore melakukan olah raga ringan. 

Dan, tak ketinggalan ngabuburit. Anak diajak berkeliling melihat situasi menjelang berbuka. Sesekali kami membelikan jajanan yang bisa dikonsumsinya dengan aman. Supaya dia merasakan seperti orang-orang lainnya. 

Anak melihat bahwa orang-orang lain juga berpuasa. Membeli makanan untuk disantap saat berbuka bukan untuk saat itu juga. 

Melatih anak autisi berpuasa berefek pada terlatihnya kesabaran. Setiap kali dia mau tantrum saya ingatkan "orang puasa tidak boleh marah". Tapi sepertinya latihan kesabaran itu terutama untuk saya sendiri. Karena seringkali banyak kejadian yang rasanya membuat emosi sampai ke ubun-ubun.

Baiklah, Nak. Mari kita sama-sama terus belajar menjadi orang yang sabar.

Salam 

Eka MP

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun