Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Penulis

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Menjaga Pola Makan Selama Bulan Ramadhan

23 April 2021   22:51 Diperbarui: 23 April 2021   23:41 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga Pola Makan Selama Bulan Ramadhan
Sumber gambar: rshappyland.com

Pada hakikatnya makan tidak terbatas hanya untuk kenyang. Makan itu kadang punya tujuan tertentu. Sehingga makan pun ada adab sendiri.

Di Indonesia, makan tidak bisa dilepas dari kebiasaan atau tradisi masyarakat, hampir semua aktivitas masyarakat/komunitas selalu dilakukan (dibuka atau ditutup) dengan aktivitas santap bersama.

Sehari-hari kita disuguhkan aneka macam model makan di Indonesia. Ada Bakar Batu di Papua, Makan Bejamba di Sumatera Barat, Makan Babarit di Jawa Barat, Makan Seruit di Lampung, Makan Megibung di Bali, Makan Patita di Maluku, dan yang lainnya.

Katika memasuki Bulan Ramadhan seperti saat ini. Sudah menjadi kebiasaan dilakukan santap bersama. Mungkin selama ini jarang makan bersama karena kesibukan. Untuk saat ini, banyak orang lebih mengutamakan kebersamaan.

Nah, ketika makan bersama seringkali kita lupa bahwa adab makan itu ya harus secukupnya. Seringkali kita justru balas dendam. Kita mencobai semua jenis makanan. Kita meningkatkan porsi makanan dari biasanya.

Biasanya kalau cara-cara seperti ini tidak dibatasi bukan nutrisi sehat yang didapat tubuh tapi tumpukan lemak jahat. Lama-lama jika dibiarkan akan menjadi obesitas. Nah, ini bisa menjadi awal munculnya berbagi macam penyakit.

Menurut tinjauan dr. Kevin Adrian sebagaimana dikutip dari halodoc. com, orang yang obesitas beresiko mengalami penyakit hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit kandung empedu, osteoartritis, sakit punggung bawah yang kronis, periodontitis atau penyakit gusi, gangguan kulit seperti infeksi atau peradangan pada lipatan kulit, penyakit lemak hati nonalkoholik: penumpukan lemak pada hati, dan sindrom metabolik yaitu perpaduan hipertensi, kadar gula tinggi, trigliserida tinggi, dan kolesterol HDL rendah.

Berpuasa sendiri pada hakikatnya bermanfaat secara medis dimana pembakaran lemak menjadi energi membantu mengurangi berat badan dan tingkat kolesterol. Penurunan berat badan akan berdampak baik untuk mengendalikan diabetes dan tekanan darah.

Berat badan memang akan turun ketika kamu tidak makan dan tidak mendapat asupan kalori selama berpuasa. Tapi, akan naik kembali begitu kamu berbuka puasa. Hal ini karena ketika berpuasa kamu kehilangan cairan, bukan berat badan substansial. Belum lagi, ketika berbuka puasa kamu justru melampiaskan nafsu makan.

Penting untuk tetap mengendalikan makan pada saat kamu berbuka. Konsumsi makanan yang mengandung cukup energi seperti serat, protein, karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang seimbang. Pola makan yang sehat dan seimbang, serta asupan cairan yang cukup akan membantu menjaga berat badanmu.

Menurut Rahmat Ali, ahli diet klinis dari Rumah Sakit Burjeel Abu Dhabi seperti dikutip dari The Asian Parent menyebutkan bahwa berpuasa akan bermanfaat bagi kesehatan hanya apabila dikalukan dengan benar. Sangat penting untuk kontrol diri ketika melihat makanan yang tidak sehat yang menggugah selera.

Nah, menurut Rahmat Ali kamu harus menghindari makanan ini jika ingin tetap sehat dan kondisi tubuh tetap terjaga. Sayangnya, makanan dan minuman yang semestinya dihindari justru sering kita temukan di meja sebagai menu bersantap.

Minuman Berkarbonasi

Minum minuman olahan dan berkarbonasi yang biasanya tinggi gula sangat beresiko terhadap obesitas dan gangguan pencernaan karena gas. Maka ganti dengan air putih atau air kelapa,

Makanan Tinggi Gula

Makanan tinggi gula harus dihindari karena tinggi kalori dan mengandung nilai gizi yang buruk. Makanan ini berkontribusi pada kenaikan berat badan dan menyebabkan masalah kesehatan jika dikonsumsi terus menerus.

Makanan Berminyak

Makanan berminyak dan goreng-gorengan harus dihindari karena penuh dengan lemak dan akan disimpan tubuh sebagai jaringan lemak. Selain itu, makanan berlemak dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada orang yang makan setelah berjam-jam puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun