Cermin | Pada Ramadan Kali Ini
Malam telah bergulir di sepertiga waktu. Heningnya menyelimuti seluruh alam. Sebagian penguni bumi telah terlelap dibuai mimpi. Kelelahan dan aktifitas untuk sementara tersandar tak berdaya di atas peraduan.
Aku terbangun di saat-saat seperti ini. Mata dan hatiku tak bisa kupicingkan lagi. Kupandangi sosok mungil yang tengah meringkuk nyenyak di sebelahku.
Nayla, anak semata wayangku yang baru berusia lima tahun dalam tidur bibirnya tersenyum sembari memeluk boneka panda kesayangannya. Kurapikan selimutnya yang tersingkap. Sentuhan tanganku membuatnya menggeliat. Dia meriyipkan matanya, menatapku.
"Mama?" panggilnya lirih. Aku mendekatkan wajah ke arahnya.
"Ya, sayang. Maaf Mama membuatmu terbangun."
Gadis mungilku itu mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya. Berulang kali.
"Nayla bobok lagi, ya, sayang. Mama mau sholat tahajud dulu," aku mengelus rambutnya perlahan.
"Nayla ikut," bocah kesayangan itu beranjak. Kaki kecilnya menerjang selimut. Aku tergugu sesaat. Kupandangi sekali lagi wajah manisnya. Lalu agak ragu kubimbing tangan mungilnya menuju kamar mandi.
Kucuran air dingin yang menyentuh pipinya sama sekali tidak menyurutkan keinginannya untuk ikut sholat malam bersamaku.
Usai mengambil air wudhu gegas kugelar sajadah di kamar sebelah. Kamar di mana aku biasa sholat berjamaah dan berdiri di belakangnya sebagai makmum.
"Ajari Nayla bacaan niatnya, ya, Ma," pinta Nayla menggugurkan lamunanku.