Gaya Hidup Sehat di Masa Pandemi, Terbiasa dengan Protokol Kesehatan dan Kojima
Tanpa terasa, 2 kali Ramadan kita harus berjibaku dengan wabah covid-19. Banyak kebiasaan kita yang harus berubah agar tetap sehat dan bertahan di tengah pandemi. Kebiasaan yang kemudian menjadi sulit untuk diabaikan atau ditinggalkan. Jika pandemi Covid-19 mereda, inilah kebiasaan-kebiasaan yang akan tetap saya lakukan.
Menjaga Pola Makan dan Konsumsi KOJIMA
Kebiasaan yang sulit berubah setelah pandemi adalah menjaga asupan dan pola makan. Gaya hidup sehat tidak hanya dengan mematuhi protokol kesehatan, namun juga dari apa yang kita konsumsi.
Konsumsi buah-buahan dan sayuran sangat penting untuk asupan tubuh, terutama saat berpuasa.
Menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh dengan rutin mengkonsumsi KOJIMA, Madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu.
Manfaat korma, jinten (habbatussauda), dan madu bisa kita dapatkan sekaligus dalam KOJIMA. KOJIMA bisa menggantikan peran gula sebagai pemanis dalam minuman dan makanan. Karena pemanisnya alami, KOJIMA tentu saja lebih sehat dari gula. KOJIMA juga bisa dikonsumsi langsung tanpa campuran apa-apa.
Kojima adalah cara praktis meningkatkan imunitas tubuh selama masa pandemi. Pada saat berpuasa di bulan Ramadan, tubuh kita membutuhkan lebih banyak asupan vitamin agar kita tetap sehat selama menjalani ibadah puasa.
Mengkonsumsi KOJIMA saat sahur bisa menjaga tubuh kita tetap bugar sepanjang hari, rutinitas pekerjaan tetap bisa kita lakukan tanpa keluhan yang berarti.
Mengkonsumsi KOJIMA saat berbuka, bisa mengganti cairan yang hilang di dalam tubuh setelah sepanjang hari kita berpuasa, kita juga tetap bersemangat saat melaksanakan ibadah shalat tarawih dan tadarus Al-Qur'an.
Memakai Masker Saat Keluar Rumah
Memakai masker akan jadi kebiasaan yang sulit diubah. Saat ini saja, kebiasaan membawa beberapa lembar masker setara dengan kewajiban memakai helm jika mengendarai motor, seperti paket lengkap yang tidak bisa lagi dipisahkan.
Memakai masker membuat saya lebih tenang saat keluar rumah. Itupun menyesuaikan tempat yang akan saya kunjungi. Saya memiliki beberapa jenis masker yang penggunaannya menyesuaikan tempat yang akan saya kunjungi.
Misalnya, jika ke tempat yang cukup ramai dan jaga jarak sulit diterapkan, saya akan menggunakan masker N-95. Meskipun pilihan utamanya adalah lebih baik menghindari keramaian yang membuat kita sulit menjaga jarak.
Membawa hand sanitizer, peralatan makan minum, dan peralatan ibadah
Membawa hand sanitizer, membawa alat makan dan minum, serta membawa alat beribadah sendiri adalah satu paket yang lengkap saat bepergian keluar rumah.
Kebiasaan yang ini sudah saya lakukan sejak tahun 2016, setelah saya mengalami sakit typus yang cukup parah. Saya menjadi paranoid dengan pemakaian alat makan dan minum bersama.
Melakukan Hobi yang Menyenangkan
Salah satu hobi baru saya saat pandemi adalah berkebun. Hobi ini tidak hanya membuat hati dan perasaan saya bahagia, terutama saat memanen hasil dari berkebun, namun juga membuat tubuh saya lebih aktif bergerak.
Hobi lain yang membuat saya bahagia adalah bermain dengan kucing-kucing peliharaan saya dan keponakan saya. Saya memiliki satu ekor kucing, dan keponakan saya punya 2 ekor kucing peliharaan. Membawa ketiga kucing itu ke kebun kecil saya, bisa membuat saya lupa dengan waktu. Sambil berkebun saya bisa bermain dengan ketiga kucing tersebut.
Bukankah hati yang bahagia juga menyehatkan jiwa dan raga?
Istirahat yang cukup
Saya termasuk pengidap insomnia, yang sulit tidur pada malam hari. Beruntung karena bukan pekerja kantoran, saya bisa tidur kapan saja saat rasa kantuk menyerang.
Saya menyadari, untuk urusan yang satu ini, bukan sesuatu yang baik buat tubuh saya. Namun, saya tetap berusaha mendapatkan tidur yang berkualitas. Saat merasa mengantuk, saya akan segera mencari tempat yang nyaman untuk tidur, dan tidak akan berusaha menahan rasa kantuknya dengan minuman berkafein seperti kopi.
Nah, kira-kira itulah hal-hal yang mungkin akan tetap saya lakukan andai pandemi Covid-19 usai. Semoga pandemi Covid-19 segera berlalu.
Elvidayanty Darkasih, Jambi.