Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Lainnya

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

"Minta Rela", Tradisi Urang Banjar dalam Pergaulan

25 Maret 2023   13:06 Diperbarui: 25 Maret 2023   13:39 7792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Minta Rela", Tradisi Urang Banjar dalam Pergaulan
Transaksi pasar terapung juga memakai akad (dokumentasi ; pribadi)

Sebenarnya lengkapnya "Minta rela,minta halal, minta ridho", ungkapan sehari-hari masyarakat Banjar,Kalimantan Selatan.

Pagi-pagi tadi,usai mengantar anak ke sekolah dalam kegiatan pesantren Ramadhan, ban motor saya terasa kempes. Untunglah, di pinggir jalan bertemu dengan tukang pompa dan tambal ban pingir jalan..

Peralatannya terlihat sangat sederhana. Pompa buat ban juga masih manual,padahal di tempat lain biasanya sudah menggunakan mesin. Ketika saya tanya berapa biaya pompa ban depan dan belakang, dia jawab : seiklasnya saja.

Saya memberikan bayaran dan bapaknya dengan semangat mengatakan : minta rela. Bahkan lebih dari satu kali.

"Minta Rela" sebenarnya ucapan yang sangat biasa bagi masyarakat asli Banjar khususnya. Ungkapan dalam pergaulan sehari-hari yang seringkali di dengar di mana-mana.

Buat pendatang  barangkali terasa asing, ketika ketika memberi sesuatu ke orang lain, orang tersebut tak hanya berucap terima kasih, seperti yang lazim diicapkan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Tetapi akan diiringi juga oleh ungkapan "minta rela,minta halal, minta ridho". Sungguh ucapan yang kelihatannya sangat panjang dan rumit. Namun, maknanya sebenarnya sederhana. Si penerima barang atau jasa, ingin ada unsur keikhlasan dari si pemberi barang atau jasa.

Ungkapan ini sekaligus bentuk permintaan maaf dan ucapan terima kasih dari penerima barang/jasa atas keikhlasan.

"Minta rela,minta halal,minta ridho" sekilas memang terlihat ungkapan yang rumit. Namun karena sudah terbiasa, hal itu mudah saja dan otomatis diucapkan ketika menerima suatu barang, pemberian atau sesuatu yang berharga.

Penggunaan ungkapan ini sebenarnya mengandung nilai moral, nilai pendidikan, nilai sosial dan nilai religius.

Nilai moral dan pendidikannya antara lain terciptanya sikap rendah hati untuk meminta maaf terlebih dahulu dan meminta yang memberi agar ikhlas atas pemberiannya.

Sedangkan nilai sosialnya tentu saja tercipta keakraban antar masyarakat, bahkan dengan seseorang yang baru pertama kali ketemu.

Unsur saling ikhlas memang memegang peranan penting dalam ungkapan khas masyarakat Kalimantan Selatan ini.

Terakhir, soal nilai religius. Masyarakat Banjar terkenal dengan masyarakat yang cukup religius.tergambar dari ramainya pengajian yang dihadiri masyarakat .bahkan hampir seminggu penuh, jadwal pengajian di berbagai mesjid dipenuhi masyarakat. Bulan Ramadhan seperti sekarang, pengajian biasanya ditiadakan karena sudah tergantikan dengan pengajian subuh dan pada saat sholat tarawih.

Masyarakatnya juga mengutamakan sekali berbagai ibadah semisal haji dan umroh. Walau antrian haji kalsel bisa sampai 30 tahun- an. Umroh juga laris manis diminati masyarakat Banjar sebagai refleksi kehidupan yang religius. Selain kedua hal tersebut, ibadah spritual  ziarah wali/ulama juga sangat diminati masyarakat.

Berbagai ungkapan semisal "umur kada bebau" (umur tidak ada baunya/tidak diketahui) juga peribahasa yang umum. Menandakan  masyarakat sangat menyadari kematian sesuatu yang sudah pasti. Sehingga permintaan maaf kepada orang lain dalam bentuk "minta halal ,minta ridho" juga diungkapkan setiap hari,baik kepada keluarga dekat maupun siapa saja.

Harapannya,ya ketika kematian tiba-tiba datang, kelapangan yang akan diperoleh dalam menempuh jalan kehidupan selanjutnya di alam baqa kelak.

Pergaulan dalam perdagangan

Ungkapan minta rela, minta halal dan minta ridho juga tergambar dalam urusan perdagangan.

Selain ucapan tersebut biasanya ada akad jual beli dalam masyarakat Banjar, yang maknanya lagi-lagi bentuk keikhlasan antara pembeli dan penjual.

Tak heran, di pasar tradisional, mini market, pom bensin dan berbagai tempat lainnya  kita akan menemui ungkapan akad jual beli yaitu  " jual" yang diucapkan si penjual dan akan dijawab "tukar (artinya : beli) oleh si pembelinya. Kalaupun ada ucapan terima kasih, biasanya sebagai pengikut saja.

Akad jual beli ini kadang-kadang juga disertai dengan "Minta rela,minta halal, minta ridho"atau " jual seadanya" dan " tukar seadanya" Bila semua sudah dilakukan, jual beli bukan hanya dianggap sudah sah tetapi juga ada unsur keikhlasan dan ketenangan di dalamnya.

Semoga dengan Ramadhan 2023 menjadi  bulan perenungan bagi kita semua. Bukan hanya memaknai dan mempertahankan tradisi yang baik tetapi juga ajang mengingat kematian yang pasti suatu hari akan menghampiri. #

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun