Hasrat dan Nafsu: Akhir Nalar
Daripada ia menjadi sebuah racun bagi teka-teki kehidupan yang menghilang dalam nalar. Dunia intelek yang jujur tidak bisa dipisahkan dengan nafsu. Lengah sedikit, intelek direbut oleh nafsu. Hasrat dan nafsu membawa dirinya ke ‘pementasan’ melalui tubuh.
Kita bisa bayangkan, sebuah kilatan cahaya yang terbagi keluar setelah bayangan pendek terhapus dalam kegelapan. Demi mengosongkan kegelapan yang berlarut-larut, hasrat dan nafsu tertuju pada permainan cahaya dan kegelapan.
Nafsu yang terkutuk akibat asumsi-asumsi terkini memotong pergerakan tubuh. Setengah dari tipu muslihat adalah sesuatu yang berada di luar permukaan tubuh. Tetapi, “persfektif setan dekil” yang mengaburkan cahaya yang mengambang bebas di sekitar tubuh.
Tidak lebih dari sebuah mekanisme tubuh, kekuatan hasrat dan nafsu merupakan kehidupan dengan seluruh pemikiran didalamnya. Nafsu hanya bisa diketahui pergerakannya, ketika berada dalam ruang bebas dengan suatu cakrawala tersendiri.
Dalam nafsu, sisi gelap adalah efek-efek dari tubuh. Nafsu menjadi hasrat atau sebaliknya dengan bahasanya sendiri. Ia tidak lagi bagian dari emosi manusia, melainkan berdaya aktif atau terlibat langsung untuk menghancurkan segala bentuk kepalsuan, termasuk dirinya sendiri.
Semakin jauh kita melangkah dengan nafsu, maka semakin solid dan dekat dengan hasrat dan tubuh. Mengumpulkan kekuatan diri untuk menguasai sesuatu; berada di antara pemahaman tentang nafsu dan kepicikan pikiran.
Kita mesti juga memahami nafsu yang sungguh-sungguh memiliki efek yan lain. Kata lain, bahwa hasrat dan nafsu merupakan upaya abstraksi penubuhan terhadap dunia luar.
Meskipun nafsu sedalam hasrat, yang tetap terdiferensiasi dalam satu dunia yang menubuh. Hasrat untuk pengetahuan, termasuk pemikiran tentang nafsu dan tubuh.
Hasrat dan nafsu saling berinteraksi satu sama lain dengan dunia eksternal melalui tubuh. Hasrat dan nafsu, silih berganti, datang dan kembali. Kadangkala tubuh yang telah dipermainkan oleh nafsu untuk kuasa.
Tubuh dibalas dengan tubuh. Hasrat muncul sebagaimana nafsu, kecuali tubuh sudah tidak dilibatkan dalam proses pemuasan dan penyaluran.
Nafsu tidak akan terlepas dari realitas sepanjang hasrat yang bergonta-ganti dengannya dari dalam. Nafsu menggodanya (realitas sebelum menggoda hal lain karena nafsu itu sendiri sebagai realitas).