RAMADAN Pilihan

Hasrat dan Nafsu: Akhir Nalar

12 Maret 2024   10:03 Diperbarui: 31 Maret 2024   12:23 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasrat dan Nafsu: Akhir Nalar
Ermansyah R. Hindi (DOK.PRI)

Tubuh aktual itu ada sebagaimana tubuh virtual yang nyata. Tidak ada titik akhir, kecuali perpaduan hasrat, nafsu, dan tubuh.

Pengobaran dan pergerakan. Semakin kuat hasrat dan nafsu, maka semakin muncul titik kerawanan dari tubuh. Nyatanya, tubuh yang dieksploitasi. Hasrat yang bangkit dan nafsu yang mencair juga melalui tubuh.  

Nafsu bisa mengurangi kualitas bisikan atas obyek yang disenangi. Hasrat atau nafsu yang memboncengi dinamika dan pergerakan kehidupan.

Ketika hasrat dan nafsu meluap-luap akan semakin diketahui titik celahnya. Dalam tipologi binatang rasional, dimana hasrat dan nafsu hanyalah sebuah garis demarkasi antara hal-hal yang kompleks dan sederhana. 

Tubuh berhubungan dengan penciuman dan penglihatan, buram dan tajam, bersamaan teks dan suara musik yang sebenarnya. Pada dasarnya, indera sangat peka juga melalui tubuh. 

Nalar hadir bukan untuk menjinakkan nafsu. Gejolak nafsu yang membungkan rangsangan saraf otak, mengalir dan menyelinap kedalam peradaran darah.

Tubuh berhubungan dengan siapa ia melahirkan kehidupan dan pemikiran. Kekuatannya hanya menjadi musik kehidupan. Titik paling rawan tubuh yang mandek terletak pada pikiran yang belum berpikir, bukan rangsangan syaraf. Di situlah tubuh bisa hidup dengan Hasrat dan nafsu. 

Karena itu, musik tidak berhubungan lagi dengan asal-usul penderitaan, dimana jaringan-jaringannya sesungguhnya merangsang kelahiran hasrat atau nafsu. 

Ketika kita merenung sebelum tidur di bawah kilatan cahaya siang, mengosongkan pikiran dan mengendalikan nafsu sehingga kemurnian dan kewaspadaan bercampuraduk dengan realitas.  Sebaliknya, ketika nafsu yang terkontrol berarti menyelaraskan nafsu itu sendiri dengan tubuh.

Meluap-luapnya hasrat dan nafsu bersama cahaya malam dalam kegelapan siang. Akhirnya, hasrat bertumpang-tindih dengan nafsu. Dimana ada hasrat, di situ ada nafsu. Mungkin bahaya pujian atas tubuh seakan-akan mendekati lingkaran nafsu. 

Tubuh justeru akan terancam sebagai kekuatan pinggiran karena gejolak hasrat dan nafsu yang tidak terkontrol sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun