Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Guru

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sinom Saat Berbuka, Mengapa Tidak?

28 April 2020   23:40 Diperbarui: 28 April 2020   23:51 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinom Saat Berbuka, Mengapa Tidak?
Sinom Menyehatkan, dokpribadi

“Alhamdulillah segeeer”

Itulah kalimat pertama saat kami melepaskan dahaga saat berbuka. Segelas sinom hangat sudah tersedia 30 menit sebelum azan berkumandang. Tentunya untuk menghilangkan hawa panas mendidih yang memang langsung dibuat di atas kompor yang menyala.

Sinom Favorit Keluarga

Sinom adalah rebusan daun asam muda yang disanding dengan kunyit ditambah asam jawa yang diberikan pemanis gula batu. Mengapa tak memakai gula pasir? Ah itu hanya keinginan Ibunda untuk melestarikan resepnya dari nenek moyang.

Jika ditanya, “Apakah bahannya hanya itu saja?”.

Saya kira iya tapi pastinya ada bahan tertentu yang dimasukkan ibu ke rebusannya yang sungguh saya tak telaten untuk melihat prosesnya karena saya hanya penikmat, “Bagaimana bisa menjadi turun temurun? Anak turunan macam apa saya ini?”.

Terlepas dari hal seperti itu, Ibu adalah wanita super yang menjaga “Jawa”nya dengan mengolah jamu-jamuan. Mau apa? Yang bagaimana? Seperti apa? Ada saja variasi dan kreativitasnya yang saya anggap tak hanya saya sekeluarga menerima tapi orang yang mencicipi bahkan anak murid saya saja suka.

Rasa yang ditawarkan ringan, tak pahit dan tentunya segar. Sinom terkenal dari daerah Jawa Timur yang berarti muda. Mungkin karena bahan utamanya daun asam muda jadi dibilang sinom. Biasanya disajikan dalam bentuk es atau dingin tapi dari dulu Ibu selalu mengajarkan kami untuk menyenangi minuman yang hangat agar organ dalam tak kaget, begitu katanya. “Air dingin itu enak tapi yang hangat lebih nikmat”.

Si Sinom yang Menyehatkan

Beberapa khasiat sinom yang sangat saya rasakan adalah melancarkan pencernaan alias mudah untuk buang air besar setiap hari. Saya sih tidak mensurvey tapi kebanyakan karena kalapnya gorengan, lahapnya berbagai macam olahan mie dan berbagai macam es membuat pencernaan menjadi terhambat. Perut menjadi penuh bahkan dapat menyebabkan sakit perut, “Sekali lagi saya tidak mensurvey loh”.

Menurut adik saya, sinom juga dapat menurunkan panas dalam tubuh, “Apalagi jika ditambah es, #eh”. Saat itu adik diserang demam karena terlalu banyak berjemur. Yup! Berjemur sambil main basket sendirian di teras saat matahari mencolok panasnya. “Terbayang dong paniknya demam disaat pandemi sekarang?”

Tak banyak pikir, ibu langsung meracik sinom buatannya untuk diminumkan ke adik. Tentunya tanpa es batu. Sekali lagi “Hangat sungguh menyehatkan” pesan ibu.

Setelah meneguk segelas sinom hangat adik terlelap tidur dan keesokan harinya suhu badannya normal kembali. Atas dasar itulah, menjadikan ibu untuk menyediakan minuman hangat sinom di saat berbuka puasa.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?”

Ibu selalu berpesan bahwa alam kita menyediakan obat herbal yang begitu banyak dan lengkap anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Mau apa? Pasti ada. Rempah-rempah, palawija sampai daun herbal lainnya. Rempah-rempah dengan daun sirih menghasilkan antiseptik alami. Jahe dengan sereh menghasilkan minuman hangat yang mampu meredakan radang dalam tubuh dan detoksifikasi racun. Jika dirasa suhu badan menurun dan tak enak rasanya, jahe hangat solusinya bahkan asyik jika ditambah susu, jadi deh jahe susu nikmat.

Baiklah, tak lengkap jika saya tak memberikan resep mudah kepada kalian wahai pembaca untuk membuat sinom/jamu mudah tapi bukan instan.

  • Siapkan bahan-bahan utama seperti daun asam muda, kunyit, asam jawa dan gula
  • Setelah dicuci dan dibersihkan, kunyit digeprek atau dipotong sesuai selera lalu direbus dengan daun asam muda.
  • Encerkan asam jawa dan tuang ke dalam rebusan di atas.
  • Setelah dirasa mendidih, tuang dan saring ke dalam gelas dan berikan gula agar manis.
  • Seduh dan habiskan jangan dibuang karena sayang

Kalau tidak enak, ya mungkin baru pertama kali membuatnya jadi tak apa-apa. Kalau dirasa nikmat, selamat anda bisa mewarisi resep ibu saya yang telah saya wawancarai dengan seksama untuk membuat artikel ini dengan bersahaja.

Semoga kita sehat selalu dengan bahan alami herbal yang dirindu untuk Ramadan yang syahdu….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun