Solidaritas Saat Sulit, Implementasi Ukhuwah di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 yang sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia bahkan tanah air. Menyebarnya pandemi ini menimbulkan berbagai ancaman, tidak hanya kesehatan, tetapi juga perekonomian masyarakat. Sejak kemunculannya, sudah ada kurang lebih 2 juta orang di dunia yang terinfeksi. Sedangkan di Indonesia tercatat lebih dari 19 ribu pasien terkonfirmasi positif menderita Covid-191.
Jumlah tersebut belum termasuk masyarakat yang berstatus ODP (Orang dalam pengawasan) dan pasien dalam perawatan (PDP) yang beberapa diantaranya masih menunggu hasil swab test. Jumlah ini bisa saja terus bertambah jika masyarakat tidak mematuhi aturan yang dianjurkan pemerintah.
Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk menghentikan laju penyebaran virus. Penerapan social distancing, physical distancing hingga penerapan PSBB (Pembatasan sosial berskala besar) menjadi pilihan yang diambil pemerintah.
Sudah banyak perubahan terjadi dengan terpaksa kala pandemi menyerang. Keputusan untuk menunda berbagai rencana, kegiatan, dan impian yang turut ditangguhkan. Masyarakat mulai diselimuti ketidakpastian, rasa kecewa, dan sedih menghiasi. Mimpi buruk pun menghantui hampir setiap malam.
Salah satu dampak yang juga menjadi perhatian paling serius di tengah kondisi pandemi ini adalah perekonomian. Menurut data IMF, pertumbuhan perekonomian dalam kurun waktu tiga bulan terakhir mengalami penurunan. Ekonomi global diperkirakan mengalami resesi hingga -3% di tahun 2020.
Hal itu juga berdampak ke Indonesia, banyak perusahaan terpaksa menghentikan sementara aktivitasnya. Beberapa perusahaan pun terpaksa mengambil langkah pemotongan gaji, merumahkan sebagian karyawannya, hingga pahitnya melakukan pemutusan hak kerja.
Selain itu para pekerja informal yang menggantungkan pada pendapatan harian juga mengalami penurunan pendapatan. Sementara mereka masih harus memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk bertahan hidup.
Bagi mereka yang kehilangan mata pencaharian tentu bukanlah hal yang mudah untuk bisa bertahan. Namun, bukan berarti putus asa dalam menghadapi cobaan. Pada kondisi krisis inilah kita kembali diingatkan pada peran dan fungsi sosial untuk saling memupuk kepedulian antar sesama.
Ukhuwah Islamiyah dan Peran Masyarakat
Manusia sebagai zoon politicon atau makhluk sosial, secara naluri memiliki keinginan untuk hidup bersama. Makhluk sosial mengindikasikan bahwa antar manusia, dalam kehidupan bermasyarakat sejatinya saling membutuhkan. Saling mengenal satu sama lain, memiliki keluarga, tetangga, dan kolega atau rekan kerja.
Saling bekerjasama menyukseskan sesuatu dan pastinya saling membantu satu sama lain. Terbentuklah kemudian hubungan dalam bingkai persaudaraan, yang memiliki ragam jenis, mulai dari saudara seiman, saudara sebangsa, dan klasifikasi lainnnya.
Islam mengajarkan sebuah konsep persaudaraan antar sesama muslim atau yang lebih dikenal dengan istilah Ukhuwah Islamiyah. Secara etimologi
Ukhuwah mengandung makna persaudaraan Sementara Islamiyah adalah kata sifat yang mengandung makna sesuai ajaran Islam. Maka Ukhuwah Islamiyah memiliki arti persaudaraan yang bersifat Islami dan berpegang pada nilai-nilai Islam dalam penerapannya.
Pemaknaan Ukhuwah Islamiyah tidak hanya dimaknai sebatas hubungan persaudaraan antar sesama muslim. Namun, dapat dimaknai lebih. Kultur negara Indonesia yang terdiri atas beragam budaya, membuat istilah tersebut dapat dijabarkan sebagai persaudaraan antar sesama tanpa membeda-bedakan, persatuan, dan solidaritas kemanusiaan.
Pada dasarnya, Nabi Muhammad SAW, pun mengajarkan Ukhuwah sebagai etika persaudaraan yang bersifat universal, terbuka, toleran, dan penuh dengan nilai kemanusiaan.
Ukhuwah yang dijabarkan sebagai persaudaraan maksudnya adalah memiliki rasa empati dan simpati antara sesamanya. Persaudaraan dalam Islam bukan sekadar persaudaraan karena kepentingan. Tetapi merupakan persaudaraan yang memiliki ikatan kokoh yang berangkat dari keimanan.
Setiap orang pasti pernah mengalami kondisi suka dan duka, baik senang maupun susah. Persaudaraan disini bisa diartikan saling menghargai, menghormati, saling membantu sebagai sifat dasar kemanusiaan. Seperti yang ditegaskan dalam ajaran Islam bahwa manusia semua bersaudara, paling tidak persaudaraan kemanusiaan, kendati berbeda jenis kelamin, agama, bangsa dan suku.
Mereka semua kendati berbeda-beda diperintahkan untuk bekerja sama dalam kebajikan dan ketaqwaan dan dilarang bekerja sama dalam dosa dan permusuhan.
Bentuk Ukhuwah yang harus dijalankan antar sesama muslim pun bermacam-macam. Terdapat tiga bentuk ukhuwah yang dikenal dan penting untuk dijalankan. Pertama, Ukhuwah Islamiyah, sebagai persaudaraan yang berlaku antar sesama muslim yang terikat oleh akidah atau keimanan tanpa membedakan golongan. Kedua, Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah, sebagai persaudaraan yang berlaku universal terhadap semua manusia tanpa membedakan agama, suku, ras, dan terikat oleh rasa kemanusiaan.
Sebagai mahluk sosial kita harus bisa memposisikan serta memandang orang sekitar kita dengan penuh kasih sayang, melihat kebaikannya bukan kejelekannya. Ketiga, Ukhuwah Wathoniyah, yakni persaudaraan yang terikat jiwa nasionalisme atau jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, ras, warna kulit, adat istiadat, dan aspek lainnya.
Solidaritas dan Soliditas
Ukhuwah dapat diwujudkan dalam beragam situasi. Sebagai muslim pun kita harus berupaya mengaktualisasikan bentuk Ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih ketika sedang berada dalam masa pandemi seperti saat ini. Masyarakat, secara tidak langsung dituntut untuk tetap solid dalam menghadapi situasi yang serba sulit. Sikap solid saat sulit ini dapat berwujud dua hal besar.
Pertama, yakni solidaritas atau kepedulian yang dapat dilakukan dengan saling memberi bantuan yang bersifat penting, seperti kebutuhan pokok harian. Sebagaimana yang akhir-akhir ini menghiasi layar kaca serta kanal informasi, berbagai lembaga sosial membuka donasi, kemudian banyak warga bersedekah dengan membagikan makanan maupun sembako untuk orang-orang sekitar yang membutuhkan. Beberapa karang taruna desa, serta komunitas juga turut menggalang dana untuk di distribusikan kepada masyarakat yang terdampak.
Kedua, yakni soliditas atau keadaan kukuh yang didasari atas konsep persatuan. Implementasi soliditas ini memiliki urgensi yang sangat tinggi terhadap proses pencegahan wabah yang sedang terjadi. Soliditas dapat diwujudkan dalam tindakan personal seperti menaati aturan yang dikeluarkan pemerintah untuk social/physical distancing, urung melakukan mudik, menjaga kebersihan dan pastinya tetap tinggal di rumah.
Ketika satu orang menaati, dan diikuti dengan yang lain dan semakin banyak, maka soliditas yang terbentuk akan berdampak besar dalam menghentikan penyebaran wabah.
Solidaritas dan soliditas di tengah kondisi pandemi ini menjadi kunci utama yang bisa dilakukan, sebagai implementasi nilai ukhuwah. Tentu harapan jangka panjang, sikap ini tidak lantas pergi seiring berakhirnya wabah.
Bagaimanapun atas nama bangsa dan negara, solid merupakan kunci membangun negeri. Tolong menolong, bahu membahu, dan senantiasa saling mendukung merupakan watak dasar manusia dan kebiasaan ini tetap harus dilakukan.
Seperti sebuah hadis yang berbunyi, "belum sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri", Hadits ini dapat diartikan tentang pentingnya rasa saling mencintai serta kepedulian antar sesama. Hingga pada akhirnya adalah dengan tercapainya sebuah kemaslahatan bersama sebagai sekelompok masyarakat dan sesama warga negara.
Perlu digaris bawahi juga, bahwa bentuk solidaritas yang dapat kita bangun bersama tidak hanya sebatas bantuan materi, namun juga pikiran, tenaga, dan dukungan moral untuk meningkatkan optimisme serta saling menguatkan.