Istiqomah
Ramadhan sudah memasuki hari ke-21. Masa-masa seperti ini biasanya jamaah tarawih mulai sepi. Alasan klasiknya, pulang kampung. Entah untuk ramadhan kali ini, ditambah ada larangan mudik karena pandemi. Akankah jumlah jamaah tarawih tetap bertahan atau justru meningkat. Semoga saja demikian. Untuk konsisten melakukan ketaatan memang butuh perjuangan.
Dahulu, Abu ' 'Amr radhiyallahu 'anhu pernah mendatangi Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam dan meminta wasiat, "Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu." Maka beliau bersabda,
,
"Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah." (HR. Muslim)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam memerintahkan Abu Amr radhiallahu anhu untuk mengatakan "Aku beriman kepada Allah" Padahal saat itu ia telah masuk Islam. Ini merupakan isyarat untuk kita agar selalu tajdidul iman, senantiasa memperbaharui iman setiap hari.
Selain terus diperbaharui, iman juga perlu dijaga (Hifdzul iman). Karena iman itu naik turun.( ).
Iman seorang hamba seringkali naik dan turun. Iman akan naik dengan ilmu dan amal sholeh. Dan akan anjlok karena jahl (kebodohan) dan kemaksiatan.
Allah ta'ala berfirman dalam Alqur'an,
"Maka tetaplah kamu (pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersama kamu. Dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kalian kerjakan (Hd: 112)
Hakekat istiqmah meliputi hal-hal berikut:
- Mentauhidkan Allh Azza wa Jalla dan tidak berbuat syirik
- Berjalan di atas kebenaran (agama yang haq).
- Melaksanakan segala perintah, baik yang wjib maupun yang sunnah, secara lahir dan batin.
- Meninggalkan segala larangan, baik yang haram maupun yang makrh.
- Teratur dalam mengerjakan ketaatan.
- Terus-menerus dalam keadaan seperti itu, tidak belok ke kanan maupun ke kiri sampai ajal menjemput.
Istiqomah itu berat dan sulit. Manusia akan selalu mengalami pasang-surut keimanan dan menghadapi berbagai macam fitnah duniawi yang sangat berpotensi melunturkan semangat beristiqomah.
Karena itu, mereka yang bisa istiqomah memiliki keutamaan-keutamaan sebagaimana firman Allah swt
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."( QS. Fussilat: 30)
"Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup." (al-Jinn:16)
Imam Ibnu Rajab al-Hambali berkata: Pokok istiqomah adalah istiqomah hati di atas tauhid. Ketika hati telah istiqomah maka semua anggota badan juga istiqomah di atas ketaatan kepada-Nya. Karena hati merupakan raja semua anggota badan, dan semua anggota badan merupakan tentara hati. Maka jika raja istiqomah, tentara dan rakyatnya juga istiqomah.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,
:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah semua tubuh, jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwasanya ia adalah hati."(HR. Bukhari Muslim).
Setelah hati, maka perkara terbesar yang juga dijaga isitqomahnya adalah lisan, karena ia merupakan penterjemah hati dan pengungkap (isi) hati. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam juga mewasiatkan untuk menjaga lisan.
:
"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga." (HR Ahmad)
Istiqomah bukanlah suatu perkara yang mudah diraih. Untuk menggapainya, menjalankan mujhadatun-nafs tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian yang selalu istiqomah.
Mujhadatun-nafs adalah proses memaksa, melatih diri dan berjuang sekuat tenaga agar jiwa bisa selalu tunduk dan taat terhadap syariat. Mujhadatun-nafs dapat dilakukan dengan harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Ibrahim: 27)
- Mengkaji Al Qur'an dengan menghayati dan merenungkannya.
"Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril)11 menurunkan Al Qur'an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (QS. An Nahl: 102)
- Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari'at Allah.
Maksudnya di sini adalah konsekuen dalam beramal dan beramal shalih. . Dari 'Aisyah radhiallahu anha, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit."
- Banyak munasabah diri dan istighfar karena manusia tidak ada yang bersih dari dosa dan khilaf.
Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka istiqomahlah (tetaplah pada jalan yang lurus) menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. (Fush-shilat:6)
- Bersama dalam barisan orang-orang shalih.
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."(Al Kahfi: 28)
- Berdoa sebagaimana diajarkan Rasulullah saw.
"Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu."
Ya Allah, Sang Pembolak-balik hati, balikkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu)." (HR. Muslim)
"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali Imran: 8)
Demak,03052021