Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Administrasi

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Bukan Tradisi, Siapkan Mental dan Hati untuk Sambut Ramadan Itu yang Utama

1 April 2022   16:26 Diperbarui: 2 April 2022   11:52 2293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan Tradisi, Siapkan Mental dan Hati untuk Sambut Ramadan Itu yang Utama
Ilustrasi beribadah di bulan Ramadan. Foto: Antara Foto/Muhammad Arif Pribadi via Kompas.com

"Tradisi itu perlu tapi bukan yang utama. Keutamaan ibadah adalah bagaimana mempersiapkan diri untuk ikhlas dan tawakal selama menjalankan ibadah..." --- begitulah nasehat mbah saya yang kini telah tiada.

Ramadhan sudah di depan mata. Puasa akan segera dijalani selama sebulan. Bulan nan fitri penuh ampunan. Rasanya sangat merugi jika kita melewatkannya tanpa kesungguhan hati. Mengapa ? karena bulan ramadhan akan datang setiap tahun namun usia kita tiada yang tahu.

Orang-orang sibuk memperbincangkan menyambut bulan puasa. Ada yang bingung hendak memasak apa di sahur pertama. Ada yang sibuk mengadakan tradisi punggahan untuk menyambut puasa. Ada yang berbondong-bondong untuk berziarah. Ada juga yang sudah mengirimkan pesan-pesan bernada ramadhan di media sosial. Ramai sekali antusias mereka dengan datangnya bulan berkah ini.

Namun semuanya hanya tradisi. Hal utama yang harus disiapkan sebenarnya bukanlah itu semua, melainkan bersihnya hati dan keikhlasan serta tawakal menjalani ramadhan. Tradisi hanya salah satu media agar kita lebih bersemangat menyambut ramadhan, namun bukan esensi yang sesungguhnya.

Meski terlihat sederhana dan mudah, namun nyatanya membersihkan hati, ikhlas dan tawakal bukan perkara yang mudah. Butuh kesabaran dan pemahaman yang utuh tentang makna beribadah di bulan ramadhan. Meyakini sepenuhnya bahwa bulan ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan ampunan, sehingga tentu saja nilai ibadah di bulan ini akan dilipatgandakan dibandingkan hari-hari biasa. Itulah mengapa kita harus benar-benar mampu menahan hawa dan nafsu agar dapat memeroleh rahmat di bulan suci ini.

Barangkali saya adalah salah satu yang tidak melakukan ritual tradisi apapun jelang ramadhan. Bukan anti tradisi, tapi memang saya lebih fokus menyiapkan mental untuk ibadahnya. Ini penting sekali dan tidak mudah. Bagaimana tidak ? saya yang biasa suka marah-marah kalau ada pekerjaan yang tidak selesai, tiba-tiba harus mampu menahan emosi. 

Saya yang biasa suka lapar sebelum jam makan siang tiba-tiba harus menahan lapar dan haus hingga waktu berbuka. Atau saya yang biasa bangun di jam subuh tiba-tiba harus bangun di jam sahur. Perubahan-perubahan ini tentu saja sedikit banyak memengaruhi kondisi mental saya. Jika tidak dipersiapkan secara matang, bukan tidak mungkin saya akan menjalani ibadah puasa dengan hati yang kurang ikhlas, seperti mengeluh, dongkol, malas, dll.

Jika keikhlasan dan kesiapan mental menghadapi puasa sebulan tidak didapat, sudah dipastikan kita akan menjadi manusia yang paling merugi. Sudah berpuasa menahan lapar dahaga dan hawa nafsu, tapi tidak mendapat pahala apa-apa karena ketiadaan rasa ikhlas tadi. Sayang sekali bukan ? meski pahala dan dosa adalah urusan mutlak Tuhan, namun manusia dibekali akal dan pengetahuan agar bisa berupaya mengejar rahmatNya.

ilustrasi ibadah (sumber: popbela.com)
ilustrasi ibadah (sumber: popbela.com)

Lantas, apa yang harus dilakukan agar mental dan keikhlasan serta tawakal itu bisa didapat selama bulan ramadhan?

Pertama, fokus dan tetapkan dalam diri hingga ke sanubari bahwa ramadhan datang untuk kita sambut dengan sukacita. Yakini sepenuhnya bahwa ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan sehingga kita akan merugi jika menyia-nyiakan kedatangannya

Kedua, mulai latih perbanyak merenung diri setelah beribadah (sholat). Mendekatkan diri kepada Tuhan adalah cara agar kita senantiasa diberi kelembutan hati untuk menjalani hari-hari.

Ketiga, perbanyak sedekah dan berbuat baik terhadap sesama. Sedekah bukan hanya dapat mendatangkan rezeki tapi juga dapat melapangkan hati sehingga kita jauh dari sifat-sifat emosional

Keempat, jaga kesehatan dan stamina tubuh. Di dalam raga yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Nampaknya pepatah tersebut cukup relevan, sebab ketika raga kita sehat, stamina kita prima, maka kita akan cenderung selalu berpikir positif serta memiliki kesiapan mental dalam menghadapi tantangan hidup.

Kelima, jangan terlalu euforia yang berlebihan jelang ramadhan. Euforia yang berlebihan akan menambah beban pikiran sehingga dapat memengaruhi kekhusyukan dari ibadah puasa itu sendiri

Keenam, tetap tenang dan jalani hari dengan kebiasan-kebiasaan baik seperti biasa. Jika bekerja ya tetaplah bekerja dengan baik. Jika menulis maka tetaplah menulis kebaikan. Jika hobi berolahraga tetaplah berolahraga dengan mengatur pola yang disesuaikan dengan pola bulan puasa, dsb.

Ketujuh, tidak ada salahnya memperbanyak membaca sejarah-sejarah atau kisah-kisah keislaman agar pengetahuan kita bertambah dan tentu saja membantu lebih mendalam dalam beribadah

Kedelapan, latih kesabaran dengan banyak berempati terhadap sesama kita. Membantu orang lain akan memberi kebahagiaan tersendiri bagi kita

Kesembilan, upayakan untuk beribadah di awal waktu. Hal ini sesungguhnya untuk menjaga keimanan kita yang setiap saat dapat goyah. Dengan selalu menyegerakan ibadah maka penjagaan keimanan kita juga akan senantiasa disegerakan.

Kesepuluh, istirahat yang cukup agar pikiran dan tubuh kita tetap fresh

Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan mental kita menghadapi bulan suci ramadhan. Hadapi bulan puasa dengan hati yang ikhlas dan gembira. Percayalah bahwa apapun yang telah ditetapkan Tuhan tidak ada satu pun yang sia-sia.

Yuk, sambut bulan penuh berkah ini dengan benar-benar ikhlas dan tawakal menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Selalu berprasangka baik pada Tuhan dan benar-benar khusyuk menjalani ibadah. Semoga kita semua mendapat kemenangan di hari nan suci ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun