Mengubah Tradisi Lebaran Menjadi Lebih Hemat, Bagaimana Caranya?
Di setiap negara memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan hari lebaran. Pun di Indonesia yang sarat akan tradisi selama bulan ramadan hingga lebaran tiba.
Mulai dari tradisi menyambut datangnya bulan ramadan yang biasa disebut punggahan, tradisi berziarah, tradisi memasak daging, tradisi kue lebaran, tradisi beli baju baru untuk lebaran, tradisi pulang kampung atau mudik hingga tradisi bagi-bagi angpau atau amplop THR.
Tidak ada yang salah dalam sebuah tradisi, karena memang masing-masing memiliki esensi dan nilai budaya yang tinggi. Namun, apakah tradisi-tradisi di bulan ramadan itu masih relevan di era saat ini? Apakah tradisi-tradisi tersebut tidak bisa digeser mengikuti perkembangan zaman?
Tidak dapat dimungkiri, untuk bisa memenuhi tradisi-tradisi tersebut dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Memahami hal ini, salah satu upaya pemerintah dan perusahaan adalah dengan memberikan tunjangan hari raya atau yang biasa kita sebut THR pada setiap pekerjanya.
THR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai modal perputaran roda perekonmian pasar Indonesia. Geliat pasar akan berputar dengan sangat cepat dan tentu saja ini bisa menjadi salah satu indikasi perekonomian yang aktif dan sehat.
Namun, sekali lagi, jika ini tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran finansial yang tepat, bukan tidak mungkin pasca lebaran justru berbalik pada kondisi lesunya pasar akibat adanya ledakan tradisi konsumtif ketika ramadan dan lebaran.
Lantas bagaimana menyikapi hal ini? Bagaimana agar tradisi lebaran sebisa mungkin tetap dilestarikan namun tidak mengganggu stabilitas finansial yang ada?
Pertama, ubah pola pikir. Hal paling mendasar untuk bisa mengubah sesuatu itu ada pada kerangka berpikir atau pola berpikir seseorang.
Mulai ubah mindset kita tentang makna dan nilai ramadan dan lebaran itu sendiri. Bulan ramadan itu adalah bulan yang penuh dengan ibadah sehingga harusnya fokus kita adalah ibadah, bukan mengikuti tradisi.
Kedua, berani skip tradisi yang memang tidak relevan. Ingat, tidak semua tradisi sesuai dengan keadaan kita. Jika demikian, kenapa tidak coba skip saja tradisi tersebut.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Ramadan Berlimpah Berkah bersama wondr by BNI
Surat Cinta untuk Ramadan Tahun Depan
Lebaran Minimalis
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025