Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Administrasi

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Mengubah Tradisi Lebaran Menjadi Lebih Hemat, Bagaimana Caranya?

15 Maret 2025   08:49 Diperbarui: 26 Maret 2025   12:08 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengubah Tradisi Lebaran Menjadi Lebih Hemat, Bagaimana Caranya?
ilustrasi mengatur finansial (Sumber: Pexels/olia danilevich)

Di setiap negara memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan hari lebaran. Pun di Indonesia yang sarat akan tradisi selama bulan ramadan hingga lebaran tiba. 

Mulai dari tradisi menyambut datangnya bulan ramadan yang biasa disebut punggahan, tradisi berziarah, tradisi memasak daging, tradisi kue lebaran, tradisi beli baju baru untuk lebaran, tradisi pulang kampung atau mudik hingga tradisi bagi-bagi angpau atau amplop THR.

Tidak ada yang salah dalam sebuah tradisi, karena memang masing-masing memiliki esensi dan nilai budaya yang tinggi. Namun, apakah tradisi-tradisi di bulan ramadan itu masih relevan di era saat ini? Apakah tradisi-tradisi tersebut tidak bisa digeser mengikuti perkembangan zaman?

Tidak dapat dimungkiri, untuk bisa memenuhi tradisi-tradisi tersebut dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Memahami hal ini, salah satu upaya pemerintah dan perusahaan adalah dengan memberikan tunjangan hari raya atau yang biasa kita sebut THR pada setiap pekerjanya.

THR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai modal perputaran roda perekonmian pasar Indonesia. Geliat pasar akan berputar dengan sangat cepat dan tentu saja ini bisa menjadi salah satu indikasi perekonomian yang aktif dan sehat.

Namun, sekali lagi, jika ini tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran finansial yang tepat, bukan tidak mungkin pasca lebaran justru berbalik pada kondisi lesunya pasar akibat adanya ledakan tradisi konsumtif ketika ramadan dan lebaran.

Lantas bagaimana menyikapi hal ini? Bagaimana agar tradisi lebaran sebisa mungkin tetap dilestarikan namun tidak mengganggu stabilitas finansial yang ada?

Pertama, ubah pola pikir. Hal paling mendasar untuk bisa mengubah sesuatu itu ada pada kerangka berpikir atau pola berpikir seseorang. 

Mulai ubah mindset kita tentang makna dan nilai ramadan dan lebaran itu sendiri. Bulan ramadan itu adalah bulan yang penuh dengan ibadah sehingga harusnya fokus kita adalah ibadah, bukan mengikuti tradisi.

Kedua, berani skip tradisi yang memang tidak relevan. Ingat, tidak semua tradisi sesuai dengan keadaan kita. Jika demikian, kenapa tidak coba skip saja tradisi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

29 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY TOPIC

Ramadan Berlimpah Berkah bersama wondr by BNI

wondr by BNI  BNI46  blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 27 
30 Mar 2025

Surat Cinta untuk Ramadan Tahun Depan

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 28
31 Mar 2025

Lebaran Minimalis

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 29
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun