Lari di Bulan Ramadhan, Membuat Saya Tambah Sehat
Di Bulan Ramadhan ini, saya menguatkan niat untuk tetap berolahraga. Salah satu olahraga kegemaran saya adalah berlari. Ketika sore hari tiba, di saat para tetangga dan teman-teman lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperdalam ajaran Agama Islam baik itu di rumah dan mesjid, justru saya lebih sibuk menjalankan salah satu hobi saya, yaitu lari.
Saya sudah lama hobi lari. Setiap minggu, minimal 4 hari saya lari. 1 hari lainnya istirahat. 1 hari lagi biasanya bersepeda atau jalan kaki. Saat dulu saat masih bekerja dan sering bepergian ke luar daerah, pasti saya selalu membawa sepatu lari. Malah sepatu kerja pernah lupa dibawa.
Lari menjadi suatu kebutuhan bagi. Jika saya tidak lari, seperti ada sesuatu yang hilang dalam keseharian hidup. Tubuh merasa tidak enak. Biasanya saya tidak lari dikarenakan sakit. Tapi alhamdulillah, saya jarang sakit.
Umumnya, teman-teman pelari ada yang berhenti lari dulu selama Ramadhan. Ada berbagai alasan, ada yang mau fokus ibadah. Susah mencari waktu, dan sebagainya. Tapi kalau saya, tetap konsisten. Pokoknya harus lari.
Pilih Waktu Berlari
Jika bulan-bulan lainnya, saya biasa lari di pagi hari. Jam 6 pagi saya keluar rumah dan berlari dengan berbagai rute yang sudah direncanakan. Lari di pagi hari buat saya lebih segar karena udara masih sejuk.
Nah di Ramadhan ini, saya berlari di sore hari. Tepatnya saya keluar rumah sekitar jam 16.30. Buat saya berlari sekitar 30 hingga 45 menit sudah cukup. Lari saya sudahi sekitar jam 17.00 atau 17.30.
Jadi, saya masih punya waktu untuk beristirahat sekitar 30 menit sebelum tiba waktu berbuka puasa. Setelah badan dingin dan keringat sudah tidak keluar lagi, barulah saya mandi.
Keuntungan berlari di sore hari tersebut bagi saya adalah waktunya berdekatan dengan adzan Magrib pertanda buka puasa. Jadi rasa haus seusai lari selesai tidak akan berlangsung lama.
Namun, waktu berlari di sore hari ini, akhir-akhir ini menghadapi kendala, yaitu cuaca ekstrem berupa hujan yang turun sejak siang hingga malam hari. Di Bandung, sudah hampir seminggu ini cuacanya tidak bersahabat. Hujan terus.
Karena hujan terus, saya pilih tidak lari. Saya menggantinya dengan melakukan kegiatan senam atau mungkin yoga. Yang penting, bagi saya badan masih bisa digerakkan hingga tetap bugar.
Pilihan waktu berlari ini, harus disesuaikan yah. Karena saya sekarang ini lebih banyak di rumah, jadi saya punya banyak waktu untuk melakukannya. Entah, kalau teman-teman yang bekerja kantoran. Tapi biasanya, pulang kantor untuk para pegawai negeri sipil itu sekitar jam 15.30. Jadi masih bisa untuk berlari atau olahraga lainnya di sore hari.
Pilih Rute Berlari
Jarak lari yang saya targetkan adalah 5 km saja. Dengan jarak tersebut, saya merancang beberapa rute lari. Kenapa beberapa rute? Yah, biar nggak bosen. Dengan banyak rute, pasti ada banyak hal yang bisa dilihat.
Rute lari saya tidak jauh-jauh. Masih seputar rumah. Namun rute lari saya kadang berantakan karena ternyata ada ruas jalan yang lewati berubah total karena menjadi ajang "war takjil." Menyebalkan sekali.
Dan rutenya lain juga, saya pernah terjebak berlari di antara himpitan motor dan mobil yang macet. Padahal saya sudah memperhitungkan rute di jalan tersebut bakal aman dari kemacetan. Rupanya saya keliru. Jalan itu macet luar biasa karena menjadi alternatif pelarian para pengendara untuk menghindari kemacetan di jalan utama.
Akhirnya, rute berlari saya revisi total. Saya membuat rute lari dengan mengelilingi jalan-jalan di seputaar komplek perumahan, baik komplek saya sendiri atau komplek yang lain. Jalanan komplek biasanya lebih aman dari kemacetan dan war takjil.
Yang penting dari rute lari itu adalah agar saya bisa menempuh pelarian dengan aman dan nyaman. Serta akhirnya tiba di rumah dengan selamat dan tepat waktu sebelum tiba saatnya berbuka puasa.
Rute yang paling aman untuk lari, yang biasa saya pilih adalah berputar mengelilingi lapangan. Namun lapangan di sekitar rumah saya sudah tidak ada, diganti oleh bangunan ruko.
Pilih Outfit Lari
Lari itu jangan dilakukan asal-asalan. Begitu pesan teman yang menjadi pelatih lari. Salah satu keseriusan dalam berlari adalah dengan menggunaakan outfit lari yang membuat kita lari optimal.
Outfit lari yang saya punya tidak macam-macam. Outfitnya itu terdiri dari kaos dan celana dengan bahan kain ringan yang gampang menyerap keringat. Kaos kaki juga harus dengan bahan kain yang melindungi jemari kaki agar tidak gampang lecet.
Jam tangan menjadi salah satu aksesoris penting dalam berlari. Saya pun menggunakannya. Jam tangan ini berguna untuk mengukur denyut jantung, jumlah langkah, rute lari dengan GPS dan sebagainya. Khusus denyut jantung, saya akan memperlambat lari saya jika angka HR (Heart Rate) di jam tangan menunjukkan angka lebih dari 140. Khawatir jantung saya, jeprut.
Banyak kejadian para pelari meninggal dunia saat berlari. Hal itu umumnya terjadi karena serangan jantung mendadak yang dipicu oleh tingginya denyut jantung. Angka HR di jam itu berguna untuk pemantauan detak jantung.
Kemudian, sepatu lari. Itu outfit yang sangat penting. Sepatu lari yang dipakai, harus membuat kita nyaman saat berlari sehingga kualitas lari kita menjadi optimal. Khusus untuk lari di jalan, saya mempunyai 3 sepatu lari. Untuk lari outdoor di tanah berbatu, saya juga mempunyai 3 sepatu.
Sepatu lari dengan kualitas bagus akan sangat menunjang performa lari kita. Namun harganya pun bagus. Terus terang saya beberapa kali diomeli istri karena gara-gara sepatu tersebut.
Nah, bagi teman-teman yang ingin membeli sepatu, salah satu tips dari saya adalah jangan memberitahu terlebih dahulu pada istri. Kenapa? Yah, buat saya, soal sepatu ini ... lebih baik meminta maaf ke istri, daripada meminta izin ke istri. Paham kan? Hehehehe.
Rasa Setelah Berlari
Bagaimana rasanya setelah berlari? Capek atuh. Apalagi lari sembari puasa. Tapi saya, tidak memaksakan lari selama Ramadhan ini dengan target-target tertentu. Target saya sederhana, ingin sehat, ingin bugar. Kalau berat badan turun, itu efek kemudian.
Jadi selama lari di Ramadhan tahun ini dan juga Ramadhan tahun-tahun lalu, saya berlari dengan penuh kesadaran. Pelarian itu harus dihayati. Sebab kalau tidak dihayati, lari malah membuat tidak bahagia. Jangan sampai lari dari kenyataan.
Percayalah, lari saat puasa di Ramadhan ini akan bikin tubuh menjaadi lebih fit. Lebih segar. Oleh karena itu, investasikan waktu dan uang anda untuk kesehatan.
Menjadi sehat itu adalah pilihan. Ada banyak caranya. Lebih baik waktu dan uang kita diinvestasikan agar kita sehat, daripada waktu dan uang kita dikeluarkan untuk biaya berobat ke rumah sakit dan dokter karena kita sakit.
Yuk, kita lari. Percayalah, seseorang yang berumur 50 tahun dengan berlari setiap hari sejauh 5 km, maka selain sehat, dia telah berlari dengan jarak yang semakin jauh.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat
Kasih Bocoran Outfit Lebaran
MYSTERY CHALLENGE
Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025