Memahami Kecewa dan Bahagia Bersama Buku "Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja"
Bab 1 ini punya 14 sub-bab yang dimulai dari Akhirnya Kita Berpisah dan diakhiri dengan Adakah yang Lebih Baik Darinya?
Singkatnya, kita akan diajak mengingat momen-momen tak menyenangkan yang pernah terjadi dalam hidup. Bisa karena pasangan, atau juga karena sahabat. Penulis Alvi Syahrin bisa membawa pembacanya begitu relate dengan pembahasan di buku. Itulah kenapa saya begitu nyaman membaca dan seolah masuk ke tulisannya.
Setelah itu ada poin-poin penting yang disampaikan, seperti fakta pahit yang harus kita tahu. Dari sana pun kita akan diberikan beberapa solusi singkat dengan bahasa yang kalem tanpa menggurui. Sekilas saya bukan hanya seperti membaca, namun juga diajak ngobrol.
Salah satu yang saya suka dari kutipan buku ini adalah "Pernahkah kamu mendnegar kisah tentang hujan deras yang tak pernah mereda? Bukankah badai sehebat apapun pasti akan menenang?"
Kalimat tersebut cukup menenangkan dan membuat pembaca paham bahwa, ya hidup memang sulit dan tak adil, tapi tak akan selamanya begini terus.
LETTING GO, MELEPASKAN
Jika di bab sebelumnya merupakan proses ketika kita patah hati dan kehilangan, maka di bab selanjutnya memfokuskan pada cara kita untuk bisa lepas dari rasa sakit itu. Tentu tak akan mudah dan akan ada proses yang dilalui.
Pada salah satu sub-bab berjudul Tapi, Alam Semesta Masih Peduli dijelaskan bahwa sesedih apapun kita saat ini, alam semesta masih berjalan seperti biasa. Matahari masih bersinar, udara pun masih menyelinap lewat jendela menjadi sesuatu yang kita butuhkan untuk bernapas.
Intinya adalah kita boleh bersedih, namun jangan berlarut dalam kesedihan. A little part of this world still needs you in a way you can never understand
Sub-bab lain yang tak kalah menarik ada pada judul Aku Melepaskanmu Karena Allah yang isi di dalamnya cukup menampar.
Sebenarnya, siapa yang lebih kita cintai? Allah atau balasan duniawi-Nya?