Memahami Kecewa dan Bahagia Bersama Buku "Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja"
Di sini dijelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim yang kala itu harus menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Di sana kita bisa mengambil poin penting bahwa Nabi Ibrahim lebih memilih aturan Allah SWT dibanding dengan apa yang dicintainya.
KEBAHAGIAAN YANG TELAH LAMA HILANG
Pada bab berikutnya kita punya bahasan yang lebih menarik, yaitu soal kebahagiaan. Kita pasti pernah merasa bahwa hidup kok begini ya sampai seakan tidak mengenal apa itu bahagia. Lalu melihat orang lain di sosial media yang memamerkan sesuatu, jadi buat diri ini berpikir kenapa bukan kita yang merasakan kebahagian itu?
Padahal sejatinya, hidup tidak mendadak happy ending setelah mendapat semua yang kita inginkan. Banyak sekali sesuatu yang dikotakkan bahwa kita akan bahagia setelah menikah, setelah punya anak, setelah lulus dan sebagainya.
Kenyataannya hal ini jadi sesuatu tak berujung karena bahagia tak melulu soal satu hal. Kita sendiri lah yang harus menemukan arti bahagia itu sendiri tanpa perlu melihat kebahagiaan orang lain.
Lagi pula, kita terlalu membuat standar bagi kebahagiaan yang mana ketika standar itu tak terpenuhi, otomatis kita akan kecewa. Tanpa kita sadari juga bahwa bahagia punya risiko. Misal kita sudah bahagia karena kaya raya, padahal ada risiko yang harus ditanggung.
Jauh dari keluarga, sibuk ke pekerjaan, hingga terlalu fokus saja ke satu bidang demi mendapat uang. See? Kadang ada hal yang perlu kita perhatikan di bagian belakang yang tak terlihat.
SELF LOVE
Bab terakhir yang terdiri dari 6 sub-bab ini menjadi bagian terakhir dalam buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja.
Memang rasanya pembahasan self-love sering kita jumpai juga di sosial media lain seperti instagram. Meski begitu kenyataannya masih sulit untuk mencari makna mencintai diri sendiri ini.
Di sub-bab pertama akan ada pembahasan soal influencer yang tak melulu menjadi patokan kebahagiaan, lalu berlanjut ke sub-bab lain, salah satunya yang berjudul Caraku Mencintai Diri Sendiri.
Di sini akan dibahas bagaimana cara kita untuk mencintai terlebih dulu siapa yang telah menciptakan kita, yaitu Allah SWT. Cobalah untuk memahami, mencintai, mempelajari sifat-sifat-Nya, dan mendengar kajian-kajian tentang ilmu yang membahas kebesaran-Nya.