"Final Destination", Pengingat Maut dan Bagaimana Menghargai Arti Hidup
Apa yang terlintas dalam benak Kompasianer apabila dihadapkan pada situasi di mana bisa melihat kematian? Tentu tampak seru ya karena nanti kita bisa mencurangi kematian itu sendiri agar tidak terjadi. Atau justru sebaliknya, itu hal menakutkan karena kita jadi tahu kapan kematian datang, entah bagi diri sendiri atau orang lain.
Kalau Kompasianer senang menonton film, pasti tahu Final Destination yang mana pertama rilis di tahun 2000, alias nyaris 24 tahun yang lalu. Berkat kesuksesannya film ini terus berlanjut hingga seri ke-5, di mana secara berurutan rilis di tahun 2003, 2006, 2009, dan terakhir di 2011.
Bahkan di tahun 2024 secara resmi telah diumumkan bahwa film ke-6 nya sedang dalam tahap produksi yang diberi judul Final Destination: Bloodlines. Ini menunjukkan bahwa semesta Final Destination memang punya peluang yang bagus di pasaran.
Film ini secara garis besar menceritakan tentang seseorang yang punya kemampuan melihat masa depan, lebih tepatnya melihat kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan besar.
Pada film pertama misalnya tentang kecelakaan pesawat, film kedua kecelakaan di jalan raya, film ketiga kecelakaan di roller coaster, film keempat kecelakaan di arena balapan mobil, dan film kelima tentang kecelakaan di jembatan.
Masing-masing tokoh utama dari 5 seri film ini akan menyelamatkan diri bersama beberapa orang lainnya agar mereka terhindar dari maut. Namun ternyata, kematian tetaplah harus terjadi. Mereka hanya selamat dalam sesaat saja tanpa tahu bahwa kedepannya ada ajal yang siap menjemput dengan kecelakaan yang tak kalah tragis.
Final Destination pertama kali saya tonton ketika zaman sekolah, mungkin SMP saat itu di tahun 2008-2009. Di situlah muncul sebuah trauma tak terdefinisi karena jadi parno akan hal-hal kecil yang dikhawatirkan justru akan jadi penyebab kematian.
Contohnya saja di Final Destination 2 di mana kecelakaan terjadi karena ada truk besar yang membawa gelondongan kayu. Namun kayu-kayu tersebut terlepas dari ikatan rantai dan menyebabkan kecelakaan beruntun kepada para tokoh utama.
Sejak itu melihat kayu yang ada di truk seperti ini jadi tak sama lagi. Sebisa mungkin menjauh dari sana untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan. Padahal ya itu tadi, kecelakaan yang saya lihat hanyalah dari sebuah film.
Meski banyak mengandung adegan berdarah, film Final Destination ini punya banyak makna yang bisa kita ambil di dalamnya, salah satunya yaitu sebagai pengingat bahwa maut bisa datang kapan saja dan di mana saja pada waktu tak terduga. Apalagi kita seringkali terlena pada urusan dunia dengan mengenyampingkan urusan akhirat nanti.
Selain itu film ini bisa membuat saya pribadi lebih menghargai arti hidup. Bahwa hidup sejatinya hanya terjadi sekali di dunia, sehingga harus sebaik mungkin kita memanfaatkannya. Beribadah kepada Sang Pencipta, hingga menjadi orang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Film ini jugalah yang secara tak langsung membuat saya tobat. Mungkin bukan tobat pada artian sesungguhnya, melainkan sebagai upaya untuk lebih berhati-hati dalam mengambil langkah atau keputusan agar ke depannya hal buruk tak terjadi.
Intinya adalah ambil sisi baik dari apa yang telah kita tonton/baca/dengar atau apapun itu. Jika memang ada keburukan di dalamnya, usahakan buang jauh.
Dengan pikiran positif niscaya hidup bisa dijalani dengan lebih tenang.
Nah itu tadi ulasan singkat tentang film Final Destination yang juga jadi pengingat bagi saya (pada khususnya) dan para pembaca (pada umumnya) bahwa kematian itu sangatlah dekat. Maka, tetap lakukan yang terbaik untuk Sang Pencipta dan orang sekitar.
Akhir kata, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!