Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.
Jurus Mengatasi "Penyakit Menulis" agar Ibadah Ramadan Jalan Terus
Dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dinyatakan bahwa sakit itu merupakan penggugur dosa seperti halnya pohon yang menggugurkan daunnya.
Adapun bunyi lengkap dari salah satu hadist terkenal tersebut:
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." [HR. Bukhari dan Muslim].
Hadist tersebut tentunya untuk membesarkan hati mereka yang sedang sakit agar tidak berputus asa. Meski sakit, harus ridho dengan kondisinya dan menjalaninya dengan sabar dan tabah.
Meski begitu, bila dikaitkan dengan puasa Ramadan, semua orang rasanya ingin melewatkan hari-hari di bulan Ramadan dalam kondisi sehat. Tidak sakit.
Sebab, bila dalam kondisi sehat, kita tentu bisa lebih maksimal dalam melaksanakan ibadah Ramadan. Bukan hanya puasa, tetapi juga ibadah-ibadah lainnya. Masalahnya, sakit terkadang datang tanpa 'diundang'.
Jauh sebelum Ramadan datang, ketika masih bulan Rajab, saya sudah rajin berdoa memohon agar sekeluarga bisa berjumpa Ramadan dalam kondisi sehat bugar. Yang terjadi, sehari sebelum Ramadan, 'penyakit' saya sebagai tukang menulis, justru kambuh.
Bekerja menulis dengan tagihan deadline mingguan dan bulanan (dan target menulis harian di Kompasiana) sehingga acapkali lembur hingga tengah malam di depan laptop untuk memberesi tulisan, plus umur yang terus bertambah, membuat saya terkadang merasakan pusing.
Pusing karena gejala anemia alias kurang darah. Pusing imbas begadang sambil berpikir. Plus area di sekitar mata mendadak jadi berat. Bila sudah begitu, badan jadi tidak asyik untuk diajak beraktivitas seperti biasa.
Kata istri, saya mungkin mengalami stress dadakan yang mendadak muncul karena tuntutan harus menyelesaikan beberapa pekerjaan menulis dalam waktu hampir berbarengan.
Jurus sehat meredakan "penyakit menulis"
Sebenarnya, pusing yang saya rasakan seperti itu tidak datang setiap minggu ataupun setiap bulan. Namun, ketika memang pikiran tengah penat, ia tiba-tiba muncul. Kabar buruknya, kali ini, ia datang tepat di malam pertama Ramadan.
Saya tentu tidak ingin puasa dan ibadah Ramadan lainnya, kalah oleh 'penyakit menulis' tersebut. Bila kepala mulai pening karena akumulasi pikiran--lebih tepatnya memikirkan pekerjaan, ada beberapa 'jurus' yang coba saya lakukan untuk meredakan sakit tersebut. Ternyata hasilnya ampuh.
Cara pertama yang acapkali saya lakukan adalah dengan mandi air hangat di malam hari. Terlepas apakah mandinya memakai shower atau gayung, terpenting air hangat meresap ke kulit tubuh. Utamanya ke leher bagian belakang.
Termasuk juga memijat tanpa menekan kepala dengan tangan dibasahi air hangat. Ternyata, cara itu lumayan efektif untuk meredakan ketegangan syaraf.
Menurut penelitian, mandi air hangat bermanfaat untuk kesehatan. Dilansir dari https://www.indozone.id/health/3esDNE/sering-mandi-air-hangat-bisa-perpanjang-umur-kok-bisa/read-all, beberapa manfaat mandi air hangat diantaranya bisa membuat otot rileks, melancarkan peredaran darah dan efeknya bisa melepas hormon endorfin. Hormon ini membantu tubuh dalam menghilangkan stres dan pereda rasa sakit.
Nah, berkaitan dengan poin tersebut, hormon endorfin ini bisa meredakan stres. Sehingga, mood menjadi lebih baik dan bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Mandi air hangat sebelum tidur juga dapat membuat tubuh menjadi lebih rileks dan membuat kualitas tidur membaik.
Mengonsumsi air rebusan kacang hijau
Sampean (Anda) pastinya paham bila kacang hijau merupakan makanan sehat yang kaya nutrisi. Beberapa nutrisi baik yang terkandung dalam kacang hijau diantaranya vitamin A, vitamin C, magnesium, dan zat besi, yang semuanya baik untuk tubuh.
Nah, usai meredakan stress dengan mandi air hangat, upaya untuk mengatasi pusing karena anemia tersebut akan semakin lengkap bila menyantap segelas air rebusan kacang hijau.
Ya, ada beberapa cara untuk menikmati kacang hijau. Salah satunya dengan merebus kacang tersebut. Oleh istri, rebusan kacang hijau dan air tersebut biasanya ditambahkan jahe.
Ternyata, air rebusan kacang hijau ini memiliki manfaat sebagai asupan bergizi bagi tubuh. Diantaranya bisa menyehatkan mata karena mengandung vitamin A yang bagus untuk menyehatkan mata yang letih.
Karenanya, selain bekerja keras, ketika mata mulai lelah karena terlalu lama 'berkencan' dengan laptop, ia juga perlu mendapatkan relaksasi. Salah satunya dengan menikmati air rebusan kacang hijau.
Fakta lainnya yang membuat sari kacang hijau cocok dikonsumsi oleh 'tukang nulis' seperti saya adalah karena adanya kandungan zat besi yang ada pada air rebusan kacang hijau. Sehingga, bermanfaat bagi penderita anemia atau kekurangan darah.
Zat besi bermanfaat untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Sekadar informasi, kekurangan darah merah akan membuat seseorang mudah lelah dan pusing, sehingga akan menghambat aktivitas yang dilakukan. Karenanya, air rebusan kacang hijau bisa menjadi solusi mengatasi masalah anemia.
Berbuka puasa dengan sayur bayam
Dulu, ketika masih bekerja kantoran, salah satu momen yang paling saya rindukan ketika Ramadan adalah masa berbuka puasa di rumah. Maklum, kala itu, saya hanya mendapatkan libur sehari dalam sepekan. Praktis, selama Ramadan, hanya bisa 3-4 kali saja berbuka puasa di rumah.
Salah satu hal yang membuat saya kangen berbuka puasa di rumah adalah sayur bayam alias sayur bening. Rasanya mantab sekali mengisi perut setelah seharian berpuasa dengan sayur bayam.
Hingga kini, salah satu favorit saya untuk berbuka puasa adalah sayur bening bayam. Plus, tempe yang dikukus lantas dipenyet dengan sambal tomat. Terkadang ditambahi dadar jagung bikinan istri. Begitu saja. Sederhana dan tidak ribet memasaknya, tapi nikmatnya luar biasa.
Dan, bicara manfaat, kita tahu, salah satu khasiat bayam untuk kesehatan yang telah dikenal sejak dulu adalah kandungan zat besinya.
Ya, bayam merupakan salah satu asupan yang kaya zat besi sehingga dapat mencegah anemia. Ini karena zat besi bermanfaat untuk membantu memproduksi sel-sel darah merah.
Tentu saja, masih ada 'jurus' lain untuk mengatasi pusing karena keseringan berada di depan laptop. Selain mengonsumsi sayur bayam dan air rebusan kacang hijau serta mandi air hangat, cara paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan mengelola stress.
Sejatinya, sebagai pekerja yang bekerja di bidang tulis-menulis, kita paham beban yang kita tanggung. Bahwa kita bekerja dengan mengandalkan pikiran, bukan tenaga/fisik. Dan, pikiran acapkali butuh asupan gizi yang bahkan lebih besar dibandingkan fisik.
Nah, agar tidak stress memikirkan pekerjaan yang bisa berujung anemia dan pusing, kita harus tahu kapan waktunya untuk berhenti. Ketika memang badan dan pikiran sudah lelah bekerja, itu artinya kita perlu rehat. Bukan malah memaksakan diri untuk terus bekerja.
Pada akhirnya, di tengah wabah virus yang bisa mengancam kesehatan dan keselamatan setiap orang, semoga kita senantiasa sehat dan bugar selama Ramadan kali ini.
Sehingga, kita bisa mengisi Ramadan dengan benar. Dengan serangkaian ibadah. Tentu saja, sehat dan bugar itu tidak datang dengan sendirinya. Tetapi diusahakan. Saya punya beberapa 'jurus' seperti yang saya bagikan di atas. Sampean punya jurus sehat seperti apa? Salam
Referensi :
https://www.indozone.id/health/3esDNE/sering-mandi-air-hangat-bisa-perpanjang-umur-kok-bisa/read-all
https://doktersehat.com/kacanghijau-penyakit-oba/