Nilai Edukatif dalam Silaturrahim
Keempat, nilai 'ilmu (washaya). Dalam silaturrahim ada nilai 'ilmu atau wasiat kebaikan jika kita berkunjung kepada orangtua, saudara yang lebih tua, guru atau tokoh masyarakat. Ilmu yang mereka sampaikan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan.
Ada banyak pengalaman-pengalaman hidup yang telah mereka alami yang dibagi kepada kita, pengalaman itu menjadi ilmu. Terlebih jika kita berkunjung kepada guru, kita bisa menanyakan persoalan-persoalan agama yang ditemukan dan dipecahkan oleh guru kita. Itulah nilai ilmu atau wasiat dalam silaturrahim.
Dahulu, guru-guru kita setiap kali lebaran hampir semua murid-muridnya datang berkunjung dan bersilaturrahim. Tetapi hari ini, murid-murid sekarang rasanya enggan mengunjungi gurunya, atau mungkin guru hari ini tidak lagi menjadi teladan mereka, sehingga tidak terjadi silaturrahim di antara mereka.
Siapa yang salah? Oleh karena itu, silaturrahim terhadap guru ini harus diajarkan oleh kedua orang tua, bagaimana orangtua mengajarkan silaturrahim kepada guru-gurunya. Orangtua menjadi teladan dan contoh agar anak-anaknya gemar bersilaturrahim kepada guru-gurunya.
Bagi murid hari ini, nanti di sekolah juga bisa berjumpa dan bermaafan atau sekolah juga menyelenggarakan halal bihalal bisa bermaafan pada momen itu. Hal tersebut juga bagian dari silaturrahim. Tetapi silaturrahim dengan berkunjung ke rumah seorang guru adalah lebih baik daripada moment-moment yang diciptakan untuk bersilaturrrahim.
Kelima, nilai persaudaraan (ukhuwwah). Orang-orang yang bersilaturrahim pastinya menyadari bahwa dirinya adalah bersaudara, saudara sesama muslim, saudara sesama bangsa dan negara dan saudara sesama kemanusiaan. Dalam silaturrahmi nilai tersebut dipupuk.
Tanpa ia kenal nama dan alamatnya, ia mau bersilaturrahim dan berkomunikasi dengan orang lain. Nilai ukhuwwah inilah yang menjadi kekuatan dalam silaturrahim. Rasa persaudaraan sebagai sebangsa dan senegara perlu dipupuk lagi, sebab hari ini, kondisi masyarakat dengan beragama suku, bangsa, kelompok dan organisasi terkadang membawa kepada konflik di masyarakat.
Diantara mereka saling pukul sehingga jatuh korban. Kemana persaudaraan diantara mereka, bagaimana mereka bisa saling menganiaya, saling pukul dan saling menzhalimi diantara anak bangsa. Oleh karena itu, silaturrahim perlu dipupuk antar golongan yang berbeda, antar supporter sepak bola, antar pelajar, dan antar bangsa dan negara. Sehingga lahir nilai persaudaraan di antara mereka.
Keenam, nilai pertolongan (ta'awun). Seandainya telah lahir nilai kasih sayang (rahim), nilai memberi (Wahab), nilai memaafkan ('afwu), dan nilai ukhuwwah pastinya akan lahir pula nilai pertolongan (ta'awun). Semakin tinggi aktivitas silaturrahim seseorang akan semakin tinggi sifat pertolongan dan kepedulian terhadap orang lain.
Masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat yang peduli, ia tidak segan untuk membantu sesama, menghibur saudaranya yang sedang berduka dan menolong yang kesusahan. Tetapi hari ini, beredar sekelompok masyarakat yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi yang pada akhirnya mereka terjebak dengan utang yang membinasakan diri mereka.
Kemiskinan semakin tinggi, ditambah lagi rasa kepercayaan di masyarakat semakin menurun. Seorang kaya tidak lagi mau meminjamkan uangnya kepada saudaranya yang membutuhkan, seorang miskin tidak lagi menunjukkan rasa kepercayaan kepada si kaya, yang pada akhirnya si miskin datang kepada pihak renternir dan terjebak dengan bunga utang.