Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331
Tolak Marah dengan Sabar dan Syukur
Allah ta'ala berfirman "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap (di dalam perut ikan) Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (Al-Anbiya' : 87).
Ingat marah, ingat marahnya Nabi Yunus sehingga ujungnya ditelan ikan. Yakin rasa marah itu pasti akan hilang. Karena salah satu pamungkas "rasa marah" adalah menjemputnya atau "menahan" dengan doa Nabi Yunus "Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin (QS. AlAnbiya': 87).
Bulan puasa atau bulan Ramadan merupakan medan latihan perang, perang melawan hawa nafsu. Bulan Ramadan juga merupakan bulan karantina kesabaran. Bulan yang melatih manusia dalam bentuk fisik atau jasmani maupun psikhis atau bentuk kesabaran jiwa atau rohani menahan godaan setan.
Hasil dari pada latihan-latihan tersebut akan menciptakan sebuah landasan kesabaran. Artinya akan menahan diri dengan tidak mengeluh atas kesusahan maupun kesedihan kepada orang lain, kecuali hanya kepada mengeluh kepada Allah Azza wa Jallah.
Sebagaimana ucapan Nabi Ya'qub a.s. :"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku...". (Q.S. Yusuf (12) : 86).
Orang yang sabar, pasti akan mendapat cobaan dan ujian yang lebih dahsyat lagi dari Allah Swt. Bukanlah sabar bila tidak di uji-coba oleh Allah Swt pada tingkat atau kelas yang tinggi derajatnya. Hanya jiwa yang sabar bisa meredam ke"marah"annya.
Maka semakin tinggi tingkat kesabaran seseorang, maka ujian dan cobaan yang memicu bisa timbulnya rasa marah akan semakin besar pula yang dihadapinya.
Menjaga kesabaran yaitu selalu disertai dengan rasa syukur. Syukur dalam arti berterimakasih atas rezeki dari Allah SWT dan berbagi atas rezeki itu pada sesama.
Seberat apapun ujian dan cobaan yang kita terima, sesakit apapun luka yang kita rasakan, pastikan untuk senantiasa sabar dan jangan pernah merasa geram dan marah apalagi dendam. Karena hanya sabarlah yang mempunyai kekuatan yang maha dahsyat.
Karena semua yang datang dan dialami itu adalah dari Allah Swt. Maka tidak ada gunanya untuk marah apalagi dendam. Marahnya orang beriman adalah diam yang disertai introspeksi.
Sadar atau tidak, sabar merupakan suatu hal dan keadaan yang bisa kita miliki kapan pun, di manapun dan saat kita bersama siapapun. Bila kondisi demikian ini bisa diatasi. Maka sungguh dahsya hadiah akan datang dari Allah Swt.
Seperti yang kita tahu, berlaku sabar merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Meski sangat sulit, bukan berarti sabar tidak bisa dilakukan.
Sesulit apapun kita untuk berlaku sabar, menerima kenyataan dengan ikhlas dan senantiasa berpikir tenang, pastilah rasa marah bisa dikendalikan dengan sempurna. Semua itu tetap bisa kita lakukan selama kita yakin bahwa kita bisa melakukannya dan pasti bisa terobati dengan doa Nabi Yunus.
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh mengagumkan sikap seorang mukmin; semua urusannya merupakan kebaikan, hal itu tidak didapati pada orang lain, kecuali pada orang mukmin. Jika ia mendapat kebaikan, maka ia bersyukur, sehingga hal itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia mendapat kesulitan dan cobaan, maka ia bersabar, maka hal itupun menjadi kebaikan juga baginya."(HR. Muslim).
Terlihat bahwa syukur dan sabar adalah dua karakter manusia istimewa yang menandai orang yang pantas mendapat ridha Allah. Sementara puasa adalah tempat melatih dan menempa dua karakter tersebut untuk orang-orang spesial yang dirahmati Allah SWT. Semoga kita termasuk dalam kelompok orang-orang spesial itu.
Dalam kaitan syukur dan sabar pada latihan di bulan Ramadan akan mendapat ujian. khususnya menyambut Idul Fitri dan bulan-bulan setelah Ramadan selesai. Karena keberhasilan atas puasa umat Islam adalah tetap konsistensi bersabar pasca Ramadan. Pada kondisi demikian, maka rasa marah bisa teratasi dengan sempurna.
Tidaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam mencari sesuatu dan diiringi dengan kesabaran melainkan ia akan membawa kemenangan.
Nabi Saw bersabda: "Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga."(HR Turmudzi).
Lapar dan dahaga identik dengan sebuah kegagalan atau kekecewaan yang bisa menyulut kemarahan. Maka satu-satunya hal yang harus dipelihara dengan baik adalah kesabaran yang selalu ditingkatkan kualitasnya dari masa ke masa.
Khususnya bulan Ramadan dan pasca Ramadan. Dimana pasca Ramadan pada 11 bulan tersebut merupakan bulan-bulan untuk menguji rasa atau kemampuan kendali pada kemarahan yang setiap saat bisa muncul Karena kesabaran memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Orang yang bersabar akan selalu diperhatikan oleh Allah Swt.
Perlu diingat dan diketahui bahwa sabar bukanlah hal yang membuat manusia pelakunya menjadi malas berfikir atau bertindak karena menganggap menerima apa adanya adalah sabar. Itu merupakan sabar yang bodoh.
Sabar tidak berarti diam dan bodoh, pada hakekatnya sabar yang tepat adalah dimana ada waktunya melakukan suatu hal dengan tepat. Bukan berarti sabar itu ada batasannya.
Dalam Islam, sabar tidak memiliki batasan. Tidak ada istilah "habis kesabaran". Karena sabar itu luas dan menyenangkan bagi manusia yang konsisten sabar. Sabar tetap selalu dipertahankan dengan terus menerus tanpa lelah.
Orang yang sabar memiliki keuntungan tersendiri. Keuntungan dari orang yang bersabar adalah memiliki harapan dan tidak putus asa karena gagal dalam urusannya.
Seperti dalam Surat Ar-Ruum ayat 60 yang artinya "Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh janji Allah itu benar dan sekali-kali jangan sampai orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau."
Namun orang yang bersungguh-sungguh menahan rasa marah dengan sabar dan syukur seperti ini jumlahnya sedikit. Semoga kita berada pada kelompok yang sedikit tersebut. Hanya sabar dan syukur yang benar-benar mampu menolak amarah. Karena dalam dalam kesabaran itu bermukim iman dan taqwa.