Mahéng
Mahéng Penulis

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menjadi Proaktif di Kompasiana: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?

18 Maret 2024   19:19 Diperbarui: 18 Maret 2024   19:23 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Proaktif di Kompasiana: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?
Jay Akhmad memandu Kelas 7 Habits. Foto: Dokumentasi oleh Siva 

Seseorang yang tinggal di Yogyakarta tentu memiliki perspektif yang berbeda tentang "aku" dengan orang yang tinggal di Jakarta, Kalimantan, atau Papua.

Akan tetapi, terdapat stigma yang perlu dikritisi: anggapan bahwa satu wilayah lebih unggul dari yang lain. Stigma ini, seperti anggapan bahwa Jakarta lebih unggul dari Jayapura, sering kali terinternalisasi dalam pengetahuan kita.

Stephen Covey, dalam bukunya 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif, mendedikasikan satu sub-bab untuk membahas kesadaran diri dan sosial. Sub-bab ini menggali pertanyaan krusial: "Aku adalah...?"

Kesadaran diri tentang "aku adalah ..." menurut Covey tak luput dari pengaruh determinasi, tekanan, atau kekuatan tak terlihat yang membentuk diri kita.

Tiga determinasi utama ini bagaikan benang kusut yang menenun identitas kita:

Determinasi Genetik: Warisan gen dari orang tua tak terelakkan memengaruhi "Aku Adalah...". Sifat, bakat, dan potensi kita tertanam dalam DNA yang diwariskan.

Determinasi Psikis: Pola asuh dan pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk mentalitas kita. Pengalaman masa kecil, baik positif maupun negatif, seperti kekerasan, perundungan, dan ekstremisme agama, dapat meninggalkan bekas luka yang memengaruhi rasa percaya diri dan keberanian.

Determinasi Lingkungan: Tempat tinggal dan interaksi sosial mewarnai "Aku Adalah...". Seseorang yang terkungkung di lingkungan terbatas mungkin memiliki perspektif yang berbeda dengan mereka yang menjelajahi berbagai budaya dan bertemu banyak orang.

Tiga determinasi inilah yang membentuk "siapa aku" dan "aku adalah". Ini yang kemudian dibaca oleh Covey sebagai kesadaran diri dan "cermin sosial" kita yang seringkali tidak kita sadari.

Pernahkah kamu bertanya, "sebenarnya aku seperti ini kenapa?" Jawabannya cek aja, ketiga faktor di atas. Gennya siapa, pola didik atau pola asuhnya bagaimana, lingkungan tempat tinggal seperti apa?

Mengapa Kita Cenderung Bersikap Reaktif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun