Mahéng
Mahéng Penulis

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menjadi Proaktif di Kompasiana: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?

18 Maret 2024   19:19 Diperbarui: 18 Maret 2024   19:23 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Proaktif di Kompasiana: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?
Jay Akhmad memandu Kelas 7 Habits. Foto: Dokumentasi oleh Siva 

Pernahkah kamu merasa seperti orang latah, terjebak dalam respon impulsif terhadap stimulus di media sosial? 

Reaktif, mudahnya kita definisikan seperti orang latah. Orang latah merespon sesuatu tanpa kesadaran, seperti "eh kucing" ketika dikagetkan, atau "eh copot" secara otomatis dan spontan. 

Hal ini sama dengan respons kita di media sosial yang mudah dipicu dan langsung merespons tanpa menonton sampai selesai.

Reaktif, dalam bahasa lainnya, adalah merespons secara otomatis terhadap stimulus atau dorongan. Menurut Covey, ini terjadi karena pengkondisian masa lalu.

Pengkondisian masa lalu ini bagaikan program lama yang tertanam dalam diri kita, seperti pada smartphone yang perlu di-instal ulang atau di-upgrade. Sebab akarnya telah tertanam dalam tiga determinasi: gen, pola asuh, dan lingkungan yang sudah saya sebutkan sebelumnya.

Agar dapat meng-instal ulang dan meng-upgrade software di otak kita, membaca buku The 7 Habits ... merupakan salah satu alternatif yang perlu dicoba.

Bagaimana Caranya Menjadi Proaktif? 

Berbeda dengan reaktif, menjadi proaktif adalah ketika kita memiliki kebebasan untuk memilih dalam merespons stimulus. Kebebasan ini didorong oleh "empat anugrah":

Kesadaran Diri (Jeda, Stop): Memberi ruang untuk berpikir sebelum bertindak.
Imajinasi (Think): Membayangkan konsekuensi dari berbagai pilihan.
Suara Hati (Evaluate): Mendengarkan bisikan hati untuk menentukan pilihan terbaik.
Kehendak Bebas (Process): Bertindak berdasarkan pilihan yang telah dipertimbangkan.

Keempat "anugrah" ini, yang dikenal sebagai STEP (Stop, Think, Evaluate, Process), merupakan hak milik setiap manusia, disadari atau tidak.

Meskipun kita memiliki "anugrah" ini, pengkondisian masa lalu masih dapat memengaruhi respon kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun