Mahéng
Mahéng Penulis

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Ramadan dan Olah Rasa: Menggali Makna Puasa Lewat Sastra bersama Joni Ariadinata di Sekolah Kebon

25 Maret 2024   12:52 Diperbarui: 26 Maret 2024   05:06 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan dan Olah Rasa: Menggali Makna Puasa Lewat Sastra bersama Joni Ariadinata di Sekolah Kebon
Suasana Ngopi Ramadan di Sekolah Kebon. Foto: Dokumentasi Ponpes Bil Qolam. Foto: Dokumentasi Ponpes Bil Qolam.

Sebenarnya, saya ingin berlama-lama. Masih banyak hal yang ingin saya tanyakan kepada penulis Kali Mati ini. Tapi, waktu tak bisa dibohongi. 

Sebelum bersarak, cerpenis yang telah meraih berbagai penghargaan ini menitipkan nasihat untuk saya, "Selagi masih muda, berpikirlah jadi pengusaha."

Saya mengarifi apa yang lelaki petani kopi ini maksud. Menjadi seniman atau sastrawan termasuk pegiat literasi di Indonesia memang tidak mudah. 

Penghargaannya masih minim, sehingga banyak sastrawan yang harus berjuang keras untuk hidup dari karya mereka. 

CUACA GERAH dengan suasana berpuasa tak menyurutkan semangat saya untuk menghadiri acara Ngopi Ramadan (Ngobrol Pintar) bertajuk Dunia Sastra, Mengasah Hati, dan Menebar Kebaikan yang diinisiasi oleh Pondok Pesantren ASRI Bil Qolam di Sekolah Kebon.

"Mba, maaf aku telat setengah jam ya. Aku dari Kalasan."

"Onggih mas, acara dimulai jam 4," tukas Ai Umir Fadhilah melalui pesan singkat.

Kira-kira pukul 14.50, Minggu 24 Maret 2024, saya mulai memacu sepeda motor yang belum lunas ini. Dengan kondisi kepala nanar karena jadwal bayar indekos mendekati jatuh tempo, saya menembus Jalan Solo, menuju Jalan Laksda Adisucipto yang ramai lancar.

Melewati UIN Sunan Kalijaga, Tugu Jogja, hingga akhirnya sampai di Ambarketawang. Ribuan kendaraan memadati jalan, ada yang tertib, ada yang seenaknya sendiri. 

Berdasarkan arahan Google Maps, saya kesudahannya tiba di Jalan Kertorejo dan lantas berpapasan dengan Masjid Al-Ikhlas Gamping Kidul. Melaju sedikit ke timur, saya bertemu dengan jalan ber-paving block. Tertumbuk pandangan, destinasi yang saya tuju agak menjorok ke utara.

Sekitar pukul 15.31, saya akhirnya mendarat di lokasi. Suasana masih terlihat antap. Saya sempat ragu, hingga akhirnya beberapa santriwati Ponpes Bil Qolam tampak sedang salat asar. Sebagiannya lagi ada yang nongkrong di kursi kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun