Igoendonesia
Igoendonesia Petani

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan Pas Baca Buku: Perdikan Cahyana, Pusat Islam dari Lereng Gunung Slamet

27 Maret 2024   13:47 Diperbarui: 27 Maret 2024   13:59 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Pas Baca Buku: Perdikan Cahyana, Pusat Islam dari Lereng Gunung Slamet
Tokoh-Tokoh Perdikan Cahyana (Dok. Pribadi)

Ramadhan, cocoknya baca buku yang islami dongs.. hehe. Sambil ngabuburit, baca buku banyak faedahnya, ya dapat ilmu, ya nambah pahala...

Salah satu yang saya rekomendasikan ini dia nih : Buku 'Cahyana Karabal Minal Mu'minin : Pusat Penyebaran Islam di Tengah Nusa Jawa' yang ditulis oleh Gunanto Eko Saputro, pemerhati sejarah dan Agus Sukoco, budayawan dan pegiat maiyah di wilayah Banyumas.

Kalau melihat dari judulnya, prediksi saya, pertanyaan pertama yang muncul adalah apa itu Cahyana Karabal Minal Mu'minin?

Jawabannya : itu adalah nama yang disematkan oleh Sultan Fatah (Raden Fatah), pemimpin pertama Kesultanan Demak, untuk wilayah yang menjadi pusat penyebaran Agama Islam di wilayah 'Pengalasan Kilen'.

Lha kok aneh lagi Pengalasan Kilen? Di manakah? 

Menurut Babad Cahyana, wilayah itu ada di sebelah 'kilen' atau barat Demak yang merupakan daerah yang masih berhutan alias alas. Nah, pengalasan kilen yang dimaksud adalah daerah di lereng Gunung Slamet, khususnya di sisi sebelah tenggara nya.

Berikutnya, beneran Cahyana pusat penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa? Narasi umum tentang pusat penyebaran Agama Islam di Jawa ada di wilayah pesisir bukan di tengah. Pusar-nya Jawa Dwipa tak banyak dikenal karena para mubaligh biasanya sampai terlebih dulu di kawasan pesisir dan berinteraksi dengan masyarakat di sana.

Cahyana memberikan dimensi lain bahwa Islam menyebar dari titik sentral Pulau Jawa.

Lalu, siapa tokohnya? Nah, ini juga bisa jadi informasi baru dari buku ini. Kalau umumnya, penyebaran Islam di Jawa tidak mungkin akan jauh-jauh dari tokoh-tokoh yang terkenal dengan istilah Wali Sanga. Hipotesis mayoritas itu menyatakan bahwa Islam mula-mula masuk ke Jawa melalui wilayah pesisir utara pada abad ke 14. Buku Cahyana akan memberikan refereni tokoh-tokoh yang berbeda dan mungkin baru Anda dengar.

Itu ya spoiler materi yang dikupas dalam buku yang ditulis oleh Gunanto Eko Saputro, pemerhati sejarah dan Agus Sukoco, budayawan dan pegiat maiyah di wilayah Banyumas.

Buku itu banyak bersumber dari Babad Cariyosipun Redi Munggul dan Babad Cahyana Sech Jambu Karang. Referensi itu bahkan menyebut Cahyana sudah menjadi pusat penyebaran Syiar Islam jauh sebelum era Wali Sanga. Sebab, generasi kelima pemimpin Cahyana, yaitu, Syekh Makdum Wali Perkasa menerima anugerah status tanah perdikan atas Cahyana dari Kesultanan Demak karena kiprahnya dalam menyebar agama islam dan jasanya membantu pendirian Masjid Agung Demak.

Wali Perkasa merupakan gelar yang Ia sandang lantaran 'kesaktiannya' ketika menegakkan bangunan masjid yang kala itu sempat doyong atau miring dan membuat 'saka tatal' (tiang utama dari serpihan kayu) Masjid Agung Demak yang legendaris.

Serat kekancingan yang dterima Wali Perkasa bersamaan Sunan Kalijaga bertarikh 1403 Saka atau 1481 Masehi. Jadi, masa hidup Wali Perkasa satu era dengan Wali Sanga. Sultan Fatah juga memberikan Layang Kekancingan yang sama kepada Sunan Kalijaga atas Perdikan Kadilangu dan pada saat itu Wali Sanga sekaligus juga dewan penasehat kesultanan.

Nah, Syekh Wali Perkasa yang merupakan generasi kelima pemimpin Cahyana. Jika menarik mundur silsilah Wali Perkasa, Ia adalah canggah dari Syekh Jambu Karang, perintis di wilayah Cahyana yang tentunya jauh lebih awal dari era Wali Sanga.

Artikel mengenai Syekh Wali Perkasa sudah saya tulis di sini

Cahyana Menyebar Cahaya dari Tengah Nusa Jawa

Wali Perkasa jelas merupakan tokoh sejarah sebab ada serat kekacingan yang menjadi bukti sahihnya. Kalau, leluhurnya Syekh Jambu Karang sumbernya masih berdasarkan babad dan cerita rakyat yang kronologi waktunya agak sukar diprediksi.

Namun, Sir Thomas Stamford Raffles Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1811-1816) memberikan sedikit petunjuk dalam karya master piece-nya, History of Java. Berdasarkan sumber dari Kisah Kuda Laleyan yang dikutipnya, Ia menyebutkan tokoh tersebut merujuk pada anak Prabu Brawijaya Mahisa Tandreman dari Kerajaan Pajajaran yang hidup pada tahun 1112 masehi.

Sang Pangeran meletakan tahta melanglangbuana mencari jatidiri dan bertemu dengan mubaligh dari Negeri Arab dengan nama sebutan Syekh Atas angin yang meng-Islamkannya. Mereka berdualah yang membangun pondasi Cahyana dan menyebarkan cayaha dari tengah-tengah Pulau Jawa.

Dengan demikian, dari kisah ini memunculkan ragam baru mengenai asal muasal penyebaran Islam di Jawa, yaitu bahwa penyebaran Islam juga dari tengah Pulau Jawa, bukan hanya pinggir pada abad ke 12.

Para mubaligh Cahyana lebih banyak berkiprah di pedalaman dengan pusat di lereng Gunung Slamet. Mereka menjadikan tempat yang sunyi dan masyarakatnya yang lebih kental dan teguh memegang budaya leluhur, perlahan beralih keyakinan menjadi muslim yang taat.

Keturunan Syekh Jambu Karang yang menjadi penerus Cahyana menyebarkan Islam tidak hanya di seputar lereng Gunung Slamet, tetapi sampai ke wilayah Banyumas, Pemalang, Banjarnegara, Pekalongan, Tegal, Cirebon, bahkan Karimun Jawa.

Artikel mengenai Syekh Jambu Karang sudah saya tulis di sini

Legitimasi dari Kesultanan Demak Bintara kepada Cahyana sebagai wilayah bebas pajak (perdikan) merupakan pengakuan atas wilayah suci, tempat di mana ilmu agama disyiarkan secara luas. Hal ini menunjukkan bahwa keutamaan para mubaligh Cahyana mendapatkan tempat yang terhormat pada masa itu.

Meskipun sebuah perdikan yang terletak di pedalaman, Cahyana mempunyai peran penting dalam menyusun batu bata imperium Islam pertama di Nusa Jawa, Kesultanan Demak. Cahyana mendukung Demak dari wilayah pedalaman sehingga berhasil menjadikan Islam sebagai agama utama di Jawa.

Situs-situs, warisan-warisan tradisi dan budaya Cahyana masih dipertahankan hingga kini oleh masyarakat di eks Perdikan Cahyana yang ada di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Cover Buku Cahyana (Dok. Sip Publishing)
Cover Buku Cahyana (Dok. Sip Publishing)

Data Buku

Judul : Cahyana Karabal Minal Mu'minin, Pusat Penyebaran Agama Islam di Tengah Nusa Jawa

Penulis : Agus Sukoco dan Gunanto Eko Saputro

Penerbit : SIP Publishing

Tahun Terbit : Cetakan Pertama Januari 2024

Tebal : 176 halaman

* ramadhan bercerita 2024 dan ramadhan bercerita hari 17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun