Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.
Nostalgia Ramadan Versi Generasi 90-an
Saat itu, pemahaman keluarga saya pun demikian. Imsak seperti sebuah batas tegas bahwa kami tidak boleh lagi memasukkan apapun ke dalam mulut.
Padahal aslinya, imsak adalah peringatan bahwa sebentar lagi waktu subuh. Untuk itu sewajarnya, siapapun yang sedang sahur, harus bersiap-siap untuk menyudahi aktivitas makan dan minum.
Di kemudian hari, peran ulama atau sekolah cukup berperan untuk menjelaskan keberadaan waktu imsak ini. Hingga akhirnya, saat ini saya cukup jarang mendengar musala atau masjid yang meneriakkan imsak dengan ketegasan tingkat tinggi. Suara tarhim lah yang lebih menjadi penanda bawah sebenta lagi adzan subuh akan berkumandang.
2. Saat telat sahur, disuruh tetap makan meski sudah terdengar adzan
Telat bangun sahur tapi masih tetap disuruh makan, inilah kebijakan yang dulu sering dilakukan ibu saya. Alasannya, karena saya masih kecil dan masih di masa belajar berpuasa.
3. Wudhu artinya waktu menyegarkan mulut
Kalau untuk kenakalan yang satu ini sepertinya masih dikerjakan oleh banyak anak, bahkan orang dewasa. Ya, waktu wudhu terutama saat berkumur-kumur sering digunakan sebagai kesempatan untuk membuat mulut terasa lebih segar. Bahkan jika memungkinkan, sedikit ditelan.
4. Tidak percaya kalau selesai tarawih masih boleh makan minum
Karena seringnya saya sadar kalau ibu saya terkadang membohongi saya tentang aturan puasa dengan alasan saya masih kecil dan masih belajar puasa, membuat saya jadi susah percaya. Salah satunya tentang masih bolehnya makan dan minum setelah tarawih.
Waktu itu saya kira yang namanya puasa itu waktu berbukanya hanya saat waktu maghrib hingga isya. Selanjutnya harus kembali berpuasa.
Jadi saat disuruh makan dan minum oleh ibu, saya tidak mau sama sekali. Barulah ketika teman saya menjelaskan kalau memang boleh makan dan minum setelah isya, saya baru percaya.