Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Meski Ada Kenaikan, Harga Pokok Masih Terjangkau Banyak Kalangan
Musim pandemi covid-19 yang menghantam negeri ini benar-benar menjadi momok bagi banyak orang. Selain banyak PHK yang terjadi, kenaikan bahan pokok pun jadi hal yang ingin sekali dihindari. Nyatanya, harga bahan pokok pun mulai naik perlahan mengikuti permintaan pasar terutama menjelang puasa Ramadan.
Apesnya, lantaran takut tertular penyakit covid-19 dan ada klaster baru yang muncul di sekitar rumah saya daerah Mergan Malang, kegiatan berbelanja di pasar dadakan yang dulu sering saya lakukan pun menjadi jarang. Saya pun lebih sering mengunjungi supermarket yang memiliki aturan ketat bagi pengunjung.
Dari beberapa kali berbelanja, ada beberapa harga pokok yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Gula pasir adalah bahan pokok yang mengalami kenaikan signifikan tersebut. Hingga awal puasa Ramadan, gula pasir sempat menyentuh angka 18.000 hingga 18.500 per kg. Ada juga pedagang yang bahkan menjual gula hingga 19.000 per kg. Tingginya harga gula pasir ini disebabkan karena dampak covid-19 dan pabrik gula sedang tidak pada musim giling yang biasanya dimulai pada awal Mei. Namun untungnya, menuju pekan kedua Ramadan ini, harga gula mulai turun perlahan hingga di kisaran 17.000 hingga 17.500 rupiah per kg.
Beras pun juga mengalami kenaikan. Jika sebelum covid-19 beras bengawan berada di kisaran harga 11.000 rupiah, maka kini menjadi di atas 12.000 rupiah per kg. Bahkan, saat saya membeli beras bengawan di sebuah supermarket, harga beras per kg mencapai 13.000 per kg.
Hampir di seluruh pasar, baik pasar tradisional seperti Pasar Mergan atau pun Pasar Modern, harga minyak goreng berada di kisaran 23.500 hingga 24.000. Awal Ramadan kemarin saya sempat menemukan sebuah supermarket yang menjual minyak goreng dengan harga 23.000 rupiah per kemasan 2L.
Namun, pembeli hanya dibatasi untuk membeli satu kemasan minyak goreng sesuai Surat Edaran Walikota Malang Nomor 6/2020 tentang Kesiapsiagaan Dunia Usaha Dalam Menghadapi Covid-19. Penonton pun kecewa. Namun, saya paham pembatasan ini dilakukan demi kebaikan bersama agar tidak terjadi penumpukan barang yang berpotensi disalahgunakan. Makanya, saya pun membeli di tempat lain dengan harga 24.000 rupiah per liter sebanyak 15 buah untuk dibagikan.
Telur ayam ras pun dijual di kisaran harga 21.000 hingga 22.000 per kg. Kemarin saya membeli seperempat kg telur ras seharga 5.500 rupiah. Untuk daging ayam boiler, sebelum Ramadan kemarin sempat mencapai 30.000 rupiah per kg. Kini sudah turun di kisaran 27.000-28.000 rupiah per kg. Harga ayam ini memang unik dari tahun ke tahun karena penurunan atau kenaikannya bisa sangat drastis mengikuti permintaan pasar. Ibu saya, yang sudah malang melintang membeli ayam potong bahkan memprediksi harga ayam potong akan bisa tembus di atas 30.000 ribu pada penghabisan Ramadan nanti.
Bagaimana dengan harga sayur-mayur?
Mengingat saya tidak berbelanja langsung sayur-mayur, jadi saya tidak mengetahui persis kondisinya. Menurut ibu saya, memang ada kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan. Harga wortel yang sempat dibeli oleh ibu saya sekitar 11.000 rupiah per kg. Harga cabai rawit berada di kisaran 25.000 hingga 30.000 ribu per kg. Kenaikan cukup tinggi justru terjadi pada bawang putih yang mencapai kisaran harga 30.000 rupiah. Padahal, sebelumnya hanya di kisaran 25.000 hingga 27.000 rupiah per kg. Untuk bawang merah sendiri, satu kg dihargai antara 33.000 hingga 38.000 per kg.
Beberapa hari yang lalu, sempat terjadi sedikit kepanikan di pasar tradisional dadakan dan pasar tradisional lain di dekat rumah saya. Alasannya, ada seorang pedagang Pasar Induk Gadang yang positif covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Untungnya, belum ada konfirmasi apakah pedagang tersebut positif atau tidak. Semoga hasilnya negatif. Namun, ini tidak membuat harga barang menjadi melambung karena hampir semua pedagang tradisional di dekat rumah saya membeli barang dagangannya di Pasar Induk Gadang.
Oh ya, di tengah pandemi ini, ada fenomena unik yang terjadi berupa banyaknya pedagang tisu dadakan yang berjualan di pinggir jalan. Rata-rata, mereka adalah korban PHK yang mencari pekerjaan baru dengan berjualan. Selain tisu, tentu masker, hand sanitizer, kembang api, dan petasan juga mereka jual. Kalau dibandingkan dengan harga tisu di supermarket, harga tisu yang mereka jual ternyata jauh lebih murah. Tisu kotak ukuran besar yang biasanya seharga 11.000 rupiah di supermarket merek jual 3 buah seharga 20.000 rupiah.