rokhman
rokhman Freelancer

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan, Tidur di Surau, dan Pintu Musala yang Digembok

10 Maret 2024   05:21 Diperbarui: 10 Maret 2024   07:17 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan, Tidur di Surau, dan Pintu Musala yang Digembok
Aktivitas membangunkan orang sahur di Pekalongan. (Dok Pemprov Jateng dipublikasikan kompas.com)

Ramadan selalu mengingatkanku di masa kecil di tahun 80-an. Di masa tak ada telepon genggam. Di masa ketika tidur di surau adalah ritual saat Ramadan.

Jadi ketika Ramadan, malamnya tidur di surau. Sebelum tidur di surau, pasti keliling main di malam hari. Ritual anak kecil di masa lalu.

Nanti kisaran pukul 02.00 WIB, bangun dan membawa tongkat kecil dan kentongan. Tentu saja untuk membangunkan orang sahur.

Sebenarnya di hati kecil, bukan untuk membangunkan orang sahur. Tapi karena anak kecil, hasratnya adalah memang ingin bergembira keliling kampung memakai suara pukulan di malam hari.

Zaman itu, wajar jika dini hari menyuarakan bunyi-bunyian di masa Ramadan. Sesuatu yang tak bakal boleh dilakukan di luar bulan Ramadan.

Nah, jika sudah keliling menyuarakan bunyi-bunyian, kami lalu sahur. Setelah itu ke surau lagi untuk salat Subuh.

Sekalipun kami tidur di surau di malam hari, tapi jika Subuh kok masih ada yang molor di surau, pasti kena marah pak kiai. Jadi boleh tidur di surau ketika memang saatnya tidur. Kalau waktu salat tapi malah tidur, tentu tak tepat.

Aktivitas di masa lalu yang sering hilir mudik ke surau membuatku akrab dengan surau. Ketika pergi merantau, tempat yang sering aku cari adalah surau.

Misalnya untuk salat, atau hanya sekadar buang air kecil, atau untuk tidur ketika terjebak di perjalanan ketika malam hari. Sebab, aku memang pernah diturunkan dari bus karena duit kurang saat malam jelang pukul 23.00 WIB. Maka aku pun mencari musala untuk numpang tidur.

Nah, di masa kini, memang ada yang terasa aneh ketika lihat fenomena. Aku pernah heran ketika kondangan di Bekasi melihat pintu musala digembok.

Padahal kala itu aku benar-benar sakit menahan mengeluarkan air kecil. Biasanya enak saja cari toilet di musala untuk buang air kecil.

Lalu aku kemudian ingat di masa diturunkan dari bus di malam hari. Bagaimana jika aku kemalaman di jalan dan tak menemukan musala yang dibuka karena semua pintu digembok?

Tentu semua orang memiliki alasan mengapa pintu musala atau masjid digembok. Dan alasan itu pasti sesuai dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.

Tapi situasi menggembok pintu musala atau masjid itu tak pernah sama dengan sejarah hidupku. Sebab menurutku, rumah Tuhan harusnya selalu terbuka. Jika rumah Tuhan digembok di waktu genting,  khawatir orang-orang akan terjebak di rumah setan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun