Maafkan Jika Diri Hanya Mengenal Allah SWT di Bulan Ramadhan Saja
Maafkan Jika Diri Hanya Mengenal Allah SWT di Bulan Ramadhan Saja
Mengenal Allah SWT bukan dari istilah nama karena kalau hanya sekedar nama anak kecilpun sangat fasih. Saat ditanya siapa yang menciptakan alam jagad raya maka spontan anak kecil pasti menjawab Allah SWT tetapi mengenal Allah lebih terhadap implementasi ibadah amal-amal sholeh yang diperintahkan Allah SWT dan praktek atas perintah-nya nampak begitu semarak terlhat di bulan Ramadhan.
Maklum saja karena jika kita ibaratkan bulan suci Ramadhan itu laksana kebun yang penuh dengan aneka tanaman buah-buahan yang sudah ranum dan siap dipanen maka orang bisa mengambilnya sebanyak yang diinginkan.
Begitulah bulan suci Ramadhan di dalamnya banyak sekali limpahan pahala yang siap diunduh oleh siapa saja yang memiliki spirit beribadah oleh sebab itulah moment bulan suci Ramadhan menjadi kesempatan emas untuk mendulang pahala dengan memperbanyak ibadah.
Hanya persoalannya seringkali spirit marak ibadah hanya terlihat di awal-awal bulan Ramadhan akan tetapi semakin lama semakin menyusut baik kuantitas dan kualitasnya demikian dinamika yang sering kita jumpai. Saat Ramadhan di awal bulan begitu ramai masjid menjadi penuh namun zamak terjadi memasuki fase separuh bulan terakhir terlihat sudah mulai redup atau lebih tragis lagi cahayanya sudah tidak tampak lagi banyak yang lebih memilih untuk futur karena kelelahan
Namun begitu harus diakui bahwa bulan Ramadhan adalah merupakan bulan yang memiliki magnet tersendiri bagi semua umat Islam tidak terkecuali anak-anak sekalipun. Ini membuktikan betapa kedewasaan ruhani seseorang mulai terlihat meningkat melalui tebaran aroma syurgawinya dimana-mana, termasuk di pojok-pojok Masjid, Musholla , dan ditempat-tempat lainnya.
Dengan sangat mudahnya kita mendengar lantunan ayat suci terdengar merdu dari orang-orang yang sedang membaca Al-Qur'an, ada yang sedang melaksanakan sholat sunnah, berzdikir, tafakkur , begitu juga dengan ceramah-ceramah menghiasi hampir setiap malam bulan Ramadhan, bahkan tidak hanya dimasjid saja kita bisa menyaksikan orang-orang dengan mudahnya mengangkat tangannya untuk berada di posisi atas alias sebagai pemberi sedekah terhadap buruh-buruh kasar yang seringkali penulis saksikan jika melintas persis dijembatan tol Cibubur Jakarta Timur. Tiba-tiba mobil berhenti hanya untuk sekedar berbagi dengan menyodorkan lembaran demi lembaran uang sebagai bentuk kepedulian untuk membantu terhadap sesama.
Rasanya ringan sekali untuk mengajak tangan ini dalam posisi menjadi tangan yang the Power to give (kekuatan untuk memberi ) dari pada tangan meminta --minta apalagi merampas, begitu mudahnya ummat Islam mempraktekan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan "Al yadul ulya khairun minal yadis suflaa." (HR. Muslim) bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah pada akhirnya tergerak untuk membantu para kaum mustada'fin (kaum tertindas) yang memang biasa setiap bulan puasa selalu memenuhi di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan keberadaan mereka terlihat jelas dengan mata kepala sendiri sehingga kendaraan yang lalu lalang tidak tega melihat mereka dalam kesulitan, kemurungan, dan kesedihan dalam menghadapi bulan suci Ramadhan.
Belum lagi maraknya kebaikan menjelang buka bersama di Masjid dan Musholla seolah olah ada perlombaaan untuk menebar kebaikan demi kebaikan dengan memberikan sedekah dalam bentuk ta'jil terkadang berlebih membuat panitia kebingungan untuk mendistribusikan ketempat mana lagi , begitu juga saat I'tika disepuluh terakhir bulan Ramadhan. Panitia tidak usah khawatir karena jamaah sudah menjamin untuk makan sahur bersama di Masjid begitu indahnya saat mata kita memandang aroma kebaikan amal syurgawi ada dimana-mana berasal dari bunga-bunga social tangan mereka yang dengan sukarela melepas dahaga amal dengan memperbanyak jumputan amal kebaikan
Namun kini pasca bulan Ramadhan menginjak bulan Syawal suasana itu sirna tidak terlihat lagi kemanakah aromanya yang dulu wanginya menghiasi berbagai tempat , kemana suara merdu tilawah yang bulan lalu sempat menggema di Masjid dan Musholla akan kah kitab suci Al-Qur'an sebagai pedoman umat Islam kembali ditutup lalu disimpan rapi dimasukan kedalam laci lemari untuk dibuka kembali saat bulan Ramadhan yang akan datang seolah ada jaminan untuk bertemu kembali, kemanakah mereka yang dahulu meramaikan sholat berjamaah wajib maupun sunnah di masjid sampai ber shaf-shaf bahkan berjejal-jejal memenuhi hingga kebelakang Masjid seolah tidak ada ruang lagi untuk menampung jamaah , kemanakah mereka yang dahulu rajin memberikan sedekah baik dimasjid atau ditempat lainnya yang tangannya begitu ringan untuk membantu fakir miskin , kemanakah mereka yang bulan lalu rajin qiyamullail, yang rajin sholat sunnah rawatib di masjid, yang rajin sholat sunnah dhuha atau jangan-jangan kita sudah mulai kehilangan nuansa aroma kelezatan syurgawi yang sempat meramaikan dibulan suci Ramadhan kini pelitanya sudah meredu , semakin menambah keyakinan bahwa Ramadhan hanya digunakan momentum sesaat untuk mengenal Allah SWT dan setelah Ramadhan berniat untuk kembali kehabitat dengan melupakan Allah sebagai penciptanya. Mereka telah pergi entah kemana sampai-sampai seorang ulama besar sekelas Imam Ahmad Bin Hambal harus mengingatkan "bahwa seburuk buruk manusia atau orang adalah yang hanya mengenal Allah di bulan Romadhan", bahkan Ibnu Taimiyah menguatkan dengan perkataan, "Barang siapa bertekad meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan saja, tanpa bertekad di bulan lainnya, maka ia bukan seorang yang bertaubat secara mutlak, akan tetapi ia hanyalah sekedar orang yang meninggalkan perbuatan maksiat di bulan Ramadlaan"[Al-Majmu' Al-Fatawa 10/743] namun diluar bulan Ramadhan seolah mereka sudah sudah tidak lagi mengenal nama Allah SWT bahkan lebih tragis kembali kepada kubangan lumpur keruh yang membunuh kejernihan hati, sehingga getaran kamaksiatan tidak dipandang sebagai suatu kesalahan karena membungkam kelembutan hatinya
Bercermin kondisi tersebut diatas wajar kalau kita diingatkan oleh sebuah nasihat "Kun Rabbaniyyan wala takun Ramadhaniyyan" jadilah kalian sebagai hamba Allah SWT jangan jadi hamba Ramadhan" ini sebuah alarm dini pesannya sangat jelas mengingatkan kepada kita untuk tidak menjadi sebagai hamba Ramadhan kenapa ? Karena kalau hanya menjadi hamba Ramadhan maka aktifitas kebaikannya hanya terlihat semaraknya saat bulan Ramadhan saja setelahnya sudah jarang terlihat untuk menyemai kebaikan, padahal seharusnya jelajah spiritual senantiasa semaraknya tidak hanya terlihat hanya dibulan Ramadhan saja tetapi di sebelas bulan kedepan seharusnya spirit pelita Ramadhan cahanya harus tetap menyala sebagai pembuktian bahwa kita tidak termasuk hamba Ramadhan tetapi hamba Allah SWT yang senantiasa merunduk tawadhu' di titik keta'atan disepanjang masa.......
Demikian Wallhu A'lamu
Sabtu, 20 April 2024
Kreator: Inay thea Cileungsi-Bogor