Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Full Time Blogger

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Olahraga Sederhana Bikin Prima Selama Berpuasa

29 April 2021   21:32 Diperbarui: 29 April 2021   21:32 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga Sederhana Bikin Prima Selama Berpuasa
Rutin berolahraga menjadi salah satu kunci kebugaran raga. (Foto: dok. pri)

Sejak puasa hari ke-12, entah mengapa badan terasa kurang bugar. Jadi selama lima hari terakhir saya didera kelelahan berlebihan dengan rasa tak nyaman di sekujur badan. Setelah periksa ke dokter, ternyata kolesterol naik meskipun tidak banyak tapi sudah melewati ambang aman. Tak heran jika tengkuk terasa tegang dan punggung berat akibat keseringan begadang.

Setelah saya renungkan, penyebab terbesarnya ternyata ada dua: beban pikiran dan kurangnya gerak alias hipokinesia. Masalah kedua ini memang jadi PR berat yang harus saya taklukkan. Terdengar mudah memang berolah fisik, tapi praktiknya sering melibatkan gesekan dan konflik. Maksud saya perjuangan mengalahkan diri sendiri yang dibuai kemalasan lantaran semua serbanyaman. Barulah ketika anomali terjadi, saya kelimpungan untuk tergesa mencari solusi.

Kalau sudah begini, saya mesti bergerak untuk berbenah diri. Harus sadar bahwa badan punya hak untuk dipenuhi. Bukan hanya diforsir untuk tenggelam dalam obsesi tetapi butuh diperhatikan agar kesinambungan terjadi. Badan harus bugar agar pekerjaan lancar. Tubuh harus sehat guna mendukung setiap aksi yang hebat. Apa saja cara saya tetap sehat selama Ramadan di tengah-tengah pandemi?  

1 | Baca buku

Masalah pertama, yaitu beban pikiran, bisa dengan mudah saya atasi dengan mengistirahatkan pikiran. Biasanya saya membaca buku-buku yang belum tuntas di rak ruang tamu, atau membaca kembali fragmen-fragmen buku lama yang ingin saya ulang. Membaca buku terbukti ampuh menjadi jalan keluar atas ketegangan pikiran. Selain saya rileks, anak-anak bisa mendapat contoh bahwa membaca bisa menjadi sarana rekreasi murah meriah.

2 | Blogwalking

Blogwalking atau mengunjungi blog di dunia maya sering menawarkan hiburan tersendiri. Apalagi di tengah pandemi yang tak memungkinkan kami sekeluarga pergi, membaca tulisan teman-teman narablog sangatlah membantu. Bukan hanya hiburan, saya malah tak jarang saya mendapat perspektif lebih segar tentang sesuatu. Cara memandang masalah atau mendekati sebuah isu yang bisa saya tiru.

Blog traveling atau pelesiran masih menjadi vitamin mujarab saat pikiran suntuk yang berdampak pada tak enaknya badan. Belum lama ini, misalnya, saya menikmati perjalanan seorang sobat bloger yang melancong bersama suaminya ke sebuah masjid bersejarah di Iran. Pada saat yang sama, anak-anak di rumah yang sangat suka menggambar, tengah menyiapkan gambar terbaik mereka untuk diikutkan pada kompetisi menggambar yang pemenangnya akan diundang ke Kota Kerman, Iran. 


Ada ekstase unik saat saya membaca sepenggal kunjungan teman itu karena saya seperti memproyeksikan diri berada di sana suatu hari nanti, menyusulnya. Saya teringat suatu hari membaca tulisannya saat berkunjung ke Masjid Merah Panjunan Cirebon yang di kemudian hari ternyata berhasil saya kunjungi. Siapa tahu saya bisa mengekor kesuksesannya berkunjung ke Negeri Persia yang peradabannya tinggi itu?

3 | Olahraga sederhana

Langkah terakhir yang tak kalah utama adalah berolahraga ringan dalam pengertian memiliki gerakan-gerakan yang sederhana. Mudah dan murah dikerjakan sehingga tak ada lagi alasan untuk menundanya. Dua olah fisik yang saya rutinkan selama sepekan terakhir adalah berjalan nyeker di atas kerikil dan jogging santai di taman kota. 

Alun-alun yang baru saja dipugar menjadi pilihan favorit karena suasananya sejuk dan selepas Subuh belum banyak kerumunan. Selain jogging track yang memanjakan diri, aneka pohon di sana memang menyenangkati hati. Mulai dari pohon palem, akasia, hingga pohon kurma ada di sana. Semuanya subur dan menciptakan irama alam yang meriah. 

Saat saya tiba, biasanya hari masih sangat gelap (belum genap jam 5) ketika dua menara Masjid Agung memperdengarkan isi ceramah. Jadi selain menutrisi otak dan otak dengan olahraga, saya pun mendapat suntikan rohani yang sangat memperkaya hati. Walau tanpa saya catat, tapi saya yakinkan bisa mendewasakan diri dan setidaknya bisa saya olah menjadi materi blogging suatu saat nanti, hehe.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun