Kimi, Hiburan Sahur yang Tak Biasa
Dulu ketika masih tinggal di kampung, musik patrol menjadi satu-satunya hiburan saat sahur. Maklum, zaman tahun 80-90 an baheula belum ada acara tivi yang tayang di waktu sahur apalagi siaran langsung. Musik patrol benar-benar dimainkan seperti bapak-bapak yang sedang patrol malam hari dengan memukul kentungan bambu menghasilkan sebuah irama. Bedanya, pada musik patrol sahur ditambahkan teriakan,"Sahuuuurrr ... Sahuuuuurrr!" Tujuannya untuk membangunkan warga agar segera makan sahur.
Musik patrol sahur biasanya dimainkan oleh anak-anak muda dengan berjalan kaki keliling kampung. Daya begadang mereka tinggi, sehingga semangat untuk menjalankan tugas mulia membangunkan orang-orang agar melaksanakan kegiatan sahur. Bisa jadi orang yang terbangun lalu melakukan salat tahajud atau membaca Alquran. Para ibu menyiapkan makanan. Anak-anak meskipun dengan terkantuk-kantuk tetap bisa sahur. Bukankah dalam sahur terdapat banyak pahala? Jika pemain musik patrol menjalankan dengan ikhlas, ia juga akan dapat pahala.
Musik patrol yang ada di kabupaten tempat tinggal nenek saya beda lagi. Alat musiknya selain kentungan bambu juga ada ember atau panci bekas. Atau mereka menggunakan apapun peralatan yang bisa menghasilkan sumber bunyi. Para pemainnya tidak berjalan kaki melainkan mengayuh becak. Pokoknya ramai dan seru sekali. Musik patrolnya pun enak didengar. Suasana sahur jadi hidup. Kenangan indahnya melekat sampai sekarang.
Setelah saya hijrah ke Jawa Barat, ada juga musik patrol akapela. Para pemainnya tidak jalan kaki melainkan dengan bantuan pengeras suara dari masjid. Jam 2 malam sudah mulai beroperasi. Suaranya keras sekali nyaris berisik karena teriak-teriak tak jelas. Padahal letak masjidnya jauh dari rumah saya. Bukannya menikmati, saya malah ingin tidur lagi. Kebayang deh yang rumahnya dekat masjid sumber suara.
Sebenarnya banyak hiburan sahur yang bisa dinikmati di era digital saat ini. Siaran langsung acara sahur dari banyak stasiun tivi, game online, nonton film, dan lain-lain. Namun, jika aneka hiburan sahur ini dituruti akan banyak waktu terbuang. Sehingga esensi dari mengisi sahur dengan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah tidak terpenuhi. Sayang, kan?
Saya dan keluarga sudah jarang menonton tivi sejak beberapa tahun ke belakang. Selain kurang tertarik dengan acaranya, juga karena teknologi gadget sudah menjadi penggantinya. Informasi apapun yang saya perlukan bisa didapat secara real time. Tinggal klik dengan jari-jemari dan memastikan ada sinyal. Namun, hiburan gadget juga menyita waktu jika tidak digunakan secara bijaksana.
Lalu, saya nggak punya hiburan sahur dong? Siapa bilang bestie. Saya tetap punya hiburan sahur koq. Bahkan hiburan sahur untuk seluruh anggota keluarga di rumah. Karena hiburan inilah kami sekeluarga jadi makin akrab, menumbuhkan benih kasih sayang sesama makhluk Tuhan, jadi ladang amal, dan pastinya hati kami riang karenanya. Siapa dia?
Namanya Kimi. Kucing jantan berwarna krem. Sejak lahir sudah dirawat oleh keluarga saya. Empat saudaranya sudah mati sejak kecil, karena terserang penyakit dan tidak bisa diselamatkan. Kimi yang sengaja dipisahkan dari saudara-saudaranya agar tidak tertular, berhasil bertahan hidup. Sehat bugar sampai sekarang, meskipun beberapa kali sempat dibawa ke dokter karena ogah makan, lemas, dan harus diinfus.
Awalnya saya tidak tertarik dengan 3 kucing piaraan di rumah saya. Bulunya, air kencingnya, dan kotorannya membuat saya jijik dan gampang emosi. Sementara suami dan anak-anak begitu telaten dengan tabiat-tabiat seekor kucing. Di sinilah sering terjadi konflik dengan mereka. Namun, Kimi begitu menarik empati saya sehingga saya lebih mudah jatuh cinta padanya. Pikir saya, kucing juga makhluk Tuhan yang berhak disayang-sayang. Saya mulai mau mengelus-elusnya. Sekarang sih sudah digendong-gendong.
Jam 3 atau 4 pagi, Kimi suka gedor-gedor pintu kamar dengan suaranya yang serak-serak becek seperti habis konser rock and roll. Hehehe. Benar, suaranya bukan meong-meong seperti kucing pada umumnya. Kalau saya atau suami masih tidur juga, dia akan naik ke kasur dan nempel manja ke suami. Sering Kimi hadir di antara saya dan suami, sampai saya sebut sebagai kucing pelakor. Mau cemburu koq sama kucing, ya! Wkwkwkwk.
Kimi adalah kucing rumah yang sejak kecil terbiasa makan makanan kucing instan. Kalau dia kabur seringnya pulang lagi, karena dia tidak makan makanan di luaran sehingga pasti kelaparan. Pernah saat saya mudik, Kimi dititipkan di pet hotel. Rupanya kabur sampai 6 hari. Tetangga-tetangga pemilik pet hotel menyediakan makanan instan di depan rumah mereka, sehingga Kimi tetap bisa makan. Namun, tetap saja Kimi kurus sekali saat ditemukan. Dekil dan kutuan pula. Alamat deh banyak pekerjaan rumah untuk membuat Kimi sehat lagi.
Kebayang kan berapa biaya hidup Kimi selama 1,5 tahun usia hidupnya? Namun, kata suamiku tidak mengapa banyak uang yang dikeluarkan untuk Kimi. Siapa tahu ini adalah jalan dia masuk surga. Iya juga, ya? Jika banyak jalan menuju Roma, maka banyak pula jalan menuju Jannah. Salah satunya dengan merawat kucing piaraan. Setuju, gaes?
Saat Kimi kabur dan belum ditemukan, suasana rumah penuh kecurigaan. Masing-masing saling menyalahkan sebagai penyebab kaburnya Kimi. Suasana sedih juga meliputi. Khawatir Kimi tidak kembali. Namun, saat Kimi sudah berada di tengah-tengah kami, suasana rumah berseri-seri lagi. Kimi oh Kimi ... Engkau memang hiburan sahur yang tak biasa.
***