Pantun Jenaka Ramadan
Pagi-pagi berjalan keliling desa.
Samar-samar terdengar ayam berkokok.
Aneka masakan terhidang siap berbuka.
Ternyata lupa magic com belum dicolok.
Membangun peradaban siap sedia,
Kerasnya alam tak membuat gentar.
Terbangun mendengar azan siap berbuka.
Apa daya masih azan ashar.
Ngabuburit memakai peci.
Berasa ustaz meski tidak sama persis.
Beli buah tidak boleh dicicipi.
Cabe berkilo-kilo tidak ada yang manis.
Ngabuburit beli takjil heci,
Jangan lupa beli kolak panas.
Bulan ramadan mulut pedas dikunci,
Harga cabe ikut terjun bebas.
Bulan ramadan tanpa terompet
Beribadah khusyuk dengan bahagia.
Saat puasa berniat diet,
Saat berbuka lupa segalanya.
Kupu-kupu terbang ceria,
Ditemani banyak belalang.
Puasa menjadikan kita peramal cuaca,
Badai kelaparan akan segera datang.
Suara beduk bagai genderang,
Menghibur hati melepas penat.
Menjelang berbuka mata berkunang-kunang,
Melihat ikat rambut dikira donat.
Menunggu berbuka, menanti suara meriam,
Meriam berdentum, senyum merekah.
Boleh saja bersedekah diam-diam,
Asal jangan diam-diam tidak bersedekah.
Bulan ramadan tinggalkan kebohongan,
Fokus selalu menjaga puasa.
Kenapa meringis, perut keroncongan?
Selamat berpuasa untuk yang baca.
Suara harimau terdengar mengaum,
Hati bergetar mendengar nya.
Yang baca sedang senyum-senyum,
Hati gembira sudah waktunya berbuka.
Azan magrib saatnya berbuka,
Menikmati takjil semangkok bubur.
Serius berpuasa mengumpulkan pahala,
Pantun jenaka untuk menghibur.
Jalan-jalan ke pasar baru.
Mampir ke mushola cari pahala.
Meski kalang kabut mengatur waktu,
Semoga puasa kita lancar sampai paripurna.