Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Lainnya

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mangut Ikan dari Kolam, Resep Warisan Bapak Saat Lebaran

7 April 2024   19:36 Diperbarui: 7 April 2024   19:59 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mangut Ikan dari Kolam, Resep Warisan Bapak Saat Lebaran
Mangut Ikan dari Kolam, Resep Warisan Bapak Saat Lebaran (dokpri)

Lebaran waktu Aku kecil, ada ritual yang sangat berkesan di setiap akhir puasa atau sehari menjelang lebaran.

Menguras Kolam. Iya, menguras kolam. Pada waktu aku kecil, saat hari terakhir ramadan selalu ada acara menguras kolam.

Kolam yang dibuat bapak ada sekitar 4 atau 5. Ada yang letaknya berderet dan berdekatan, ada yang jauh dari rumah sekitar 500 meter.

Selain mengajar, bapak suka bertani dan berternak. Ternak ikan dan bertanam di pekarangan dan tegalan. Itu aktivitas bapak selain mengajar. Sedang sawahnya digarap orang.

Kolam yang dikuras bergantian setiap tahun, atau satu kolam selalu dikuras setiap 4 atau 5 tahun sekali inilah yang paling berkesan bagi Aku dan saudara-saudaraku.

Setelah kolam dikuras sehingga airnya tinggal sedikit, sedang ikan-ikan besar seperti gurami sudah dipindah ke kolam sebelah dan ikan-ikan seperti mujair, tawes, dan lele liar yang juga masuk ke kolam dan berkembang biak sudah ditangkap, kami boleh ikut masuk kolam.

Kami selalu ikut terjun ke kolam menangkap ikan-ikan kecil seperti sepat yang datang sendiri melalui saluran air, karena pengairan kolam berasal dari sungai kecil yang mengalir di belakang rumah kami.

Tapi sebenarnya keasyikan kami yang lain tentunya bermain lumpur. Hehehe..

Entahlah. Dulu kami tidak takut ular atau binatang berbahaya, asyik saja bermain di kolam yang sedang dikuras.

Biasanya,hasil kolamnya banyak sekali. Entah kenapa dulu bapak tidak pernah menjual hasil kolamnya, tapi dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri dan dibagikan ke tetangga-tetangga dekat. Ada yang diantar ke saudara. Ada yang diantar Mbah dan Budhe.

Biasanya semua ikan itu digoreng. Maklum dulu belum punya kulkas, jadi untuk mengawetkan langsung digoreng.

Salah satu favorit kami semua adalah gurami.

Guraminya besar-besar, di atas 1 kg. Bahkan ada yang 2 sampai 3 kg. Biasanya gurami-gurami itu difillet. Dagingnya digoreng, sedang kepala dan daging yang masih menempel pada duri, di sop sampai 1 panci penuh. Panci besar.

Selain menikmati mangut fillet gurami yang dimakan bersama nasi, acara paling mengasyikkan adalah makan SOP kepala dan tulang gurami beramai-ramai. Wow..meong...meong...meong. Eh...berasa kucing.

Kucingnya langsung ngamuk digibahin, hihihi (dokpri)
Kucingnya langsung ngamuk digibahin, hihihi (dokpri)

Beramai-ramai menikmati berasa pesta, meski pesta kepala dan duri ikan.

Sop kepala gurami ini sangat mudah membuatnya.

Cukup didihkan air secukupnya, masukkan bawang putih dan bawang merah,garam, tomat, cabe rawit utuh. Masukkan kepala dan tulang gurami. Masak sampai matang. Tambahkan belimbing wuluh biar segar, dan kucuri jeruk nipis 

Sop kepala gurami (dokpri).
Sop kepala gurami (dokpri).

Kalau untuk mangut, jaman dulu agak ribet, karena harus memarut kelapa dulu untuk membuat santan. Bumbunya juga harus diuleg pakai cobek.

Untuk resepnya, sudah saya tulis di Kompasiana. Jadi saya screenshot kan saja, ya.

Berikut resep Mangut Gurami yang pernah saya tulis.

Resep mangut gurami(tangkapan layar artikel ku di Kompasiana (dokpri)
Resep mangut gurami(tangkapan layar artikel ku di Kompasiana (dokpri)
Resep mangut gurami(tangkapan layar artikel ku di Kompasiana (dokpri)
Resep mangut gurami(tangkapan layar artikel ku di Kompasiana (dokpri)

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

#ramadan bercerita 2024

#ramadan bercerita 2024 hari 28

#resep lebaran warisan keluarga 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun