Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.
Mengukir Senyum di Tengah Kesulitan: Sebuah Refleksi tentang Arti Bersyukur
Kehidupan terasa seperti sebuah roda yang terus berputar, kadang kita berada di puncak kebahagiaan, dan kadang kita terjatuh dalam kesulitan yang mendalam.
Namun, di tengah-tengah badai yang mendera, selalu ada secercah cahaya harapan yang dapat kita temukan, dan itulah saat yang tepat untuk mengukir senyum di wajah kita.
Kisah Inspiratif Bu Wiwi, asisten rumah tangga saya
Salah satu contoh nyata tentang kemampuan mengukir senyum di tengah kesulitan adalah kisah Bu Wiwi, seorang ibu rumah tangga dengan enam orang anak.
Beliau adalah asisten rumah tangga yang membantu mengasuh anak saya yang bungsu.
Meskipun hidup dalam keterbatasan yang cukup besar, Bu Wiwi selalu mampu bersyukur atas apa yang dimilikinya.
Dia menghadapi hidup dengan senyuman di wajahnya dan selalu siap membantu orang lain tanpa pamrih. Tidak pernah sekali pun dia mengeluh tentang kekurangan dan keterbatasannya.
Kisah Bu Wiwi adalah pelajaran berharga bagi saya. Ia mengingatkan saya bahwa kebahagiaan sejati tidaklah bergantung pada harta atau kekayaan materi. Sebaliknya, kebahagiaan sejati datang dari rasa syukur dan kesederhanaan hati.
Menemukan Kebahagiaan dalam Kesederhanaan
Dalam kesibukan hidup sehari-hari sebagai seorang ibu dan guru, seringkali saya melupakan untuk bersyukur atas hal-hal kecil dalam hidup.
Saya kadang terjebak dalam pusaran keluhan dan kekhawatiran yang kadang-kadang membuat saya lupa akan betapa berharganya nikmat yang kita miliki.