Moh Ikhwan Alkahfi
Moh Ikhwan Alkahfi Freelancer

Fresh Graduate Chemical Engineering, with interests on RnD and Sustainability from Engineering World!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Lebaran Nggak Mudik? Mari Rayakan dengan Unik!

18 April 2024   20:26 Diperbarui: 19 April 2024   05:09 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran Nggak Mudik? Mari Rayakan dengan Unik!
Gambar 1. Pemandangan pagi hari saat Hari Raya Idul Fitri 1445 H/dokpri

Lebaran tahun 2024 ini mungkin menjadi yang paling unik bagi saya. Dari tahun-tahun sebelumnya, saya selalu merayakannya di kampung halaman, entah itu di Palembang atau Jakarta.

Tetapi, tahun ini saya merayakannya di tempat yang jauh dari keduanya. Yaitu di Perawang, Riau. Dikarenakan saya belum bisa mendapatkan tiket untuk pulang di musim mudik tahun ini.

Sehingga, tentunya ini jadi pengalaman baru buat saya. Juga menjadi kesempatan untuk belajar budaya baru dan kebiasaan masyarakat setempat dalam merayakan Idul Fitri.

Buka Puasa Terakhir Ramadhan 2024

Gambar 2. Berbuka bersama jamaah masjid lainnya. Tebak saya yang mana ehehe?/dokpri
Gambar 2. Berbuka bersama jamaah masjid lainnya. Tebak saya yang mana ehehe?/dokpri

Sebagai anak rantau dan segala keterbatasannya, tentunya udah jadi kewajiban kita untuk mencari buka puasa bersama untuk menghemat pengeluaran memperluas silaturahmi kita.

Terutama buka bersama di masjid. Karena nggak hanya berbuka, kita bisa sembari mengobrol dan bertemu dengan orang-orang masjid juga. Mereka juga menerima dan menyambut kita dengan baik dengan sesekali diisi dengan candaan.

Satu masjid yang sering saya kunjungi ialah Masjid Mujahidin, yang berlokasi di dalam komplek perusahaan.

 Gambar 3. Gorengan yang biasa disajikan sebagai takjil/dokpri
 Gambar 3. Gorengan yang biasa disajikan sebagai takjil/dokpri

Masjid Mujahidin rutin mengadakan buka puasa bersama setiap harinya. Di hari-hari biasa, masjid menyediakan takjil berupa gorengan, kue tradisional, semangka, dan minuman.

Tetapi setiap hari Senin-Kamis, masjid juga menyediakan makanan berat berupa nasi bungkus.

Sebenarnya, kegiatan ini nggak hanya ada di bulan Ramadhan saja. Di bulan biasa pun, Masjid Mujahidin rutin mengadakan buka puasa bersama setiap hari Senin dan Kamis.

Gambar 4. Nasi bungkus enakk/dokpri
Gambar 4. Nasi bungkus enakk/dokpri

Jam 18:20 WIB, akhirnya memasuki waktu Maghrib untuk wilayah Siak dan sekitarnya. Akhirnya, marilah kita tutup bulan Ramadhan 1445 H dengan Alhamdulillah.

Tradisi Malam Takbiran

Menurut warga setempat, setiap malam takbiran selalu ada semacam konvoi. Bergerak mulai jam 7 sore, berute-kan dari Kantor Kecamatan Tualang, berkeliling ke dermaga KM 0 hingga kembali lagi ke titik awal.

Rencananya saya ingin sekali melihat langsung acara ini. Tetapi sayangnya, saat malam itu sedang berguyur hujan intensitas sedang yang cukup awet hingga malam hari.

Sehingga, saya belum bisa mengikuti acara tersebut. Dan asumsi saya saat itu, acara pun juga kemungkinan besar ditiadakan dikarenakan hujan.

Pagi Lebaran

Gambar 5. Suasana salat Idul Fitri 1445H di Masjid Mujahidin/dokpri
Gambar 5. Suasana salat Idul Fitri 1445H di Masjid Mujahidin/dokpri

Yay, akhirnya tanggal 10 April 2024 ditetapkan sebagai hari pertama 1 Syawal 1445 H. Sehingga pada hari itu, secara resmi kita telah berlebaran.

Pagi hari lebaran di Perawang, dari waktu subuh saja masih tetap diguyur hujan. Tetapi, intensitasnya lebih kecil dan bisa dibilang gerimis.

Gambar 6. Dari jauh kelihatan ada terpal yang ditarok di lapangan bola, yang awalnya disiapkan untuk salat Idul Fitri/dokpri
Gambar 6. Dari jauh kelihatan ada terpal yang ditarok di lapangan bola, yang awalnya disiapkan untuk salat Idul Fitri/dokpri

Lokasi solat Id yang awalnya direncanakan di lapangan bola, kini dialihkan ke dalam masjid. Dari pantauan terlihat beberapa lembar ambal yang sudah disiapkan di lapangan bola.

Walaupun pada akhirnya, hujan telah berhenti sekitar pukul 6 pagi ke atas.

Kondisi masjid pada pagi itu cukup ramai. Bahkan tidak sedikit dari Jemaah yang masih mengenakan seragam pabrik.

Yaa, ternyata tidak semua orang bisa menikmati hari lebaran dengan berkumpul seharian dengan keluarga. Ada beberapa yang masih bertugas pada hari itu. Tentunya, itu juga hal yang baik bukan. Karena menjalankan pekerjaan sebaik-baiknya juga merupakan Amanah yang harus dijalankan.

Ada dari mereka yang bekerja shift. Ada juga yang ditugaskan masuk lembur dikarenakan pekerjaan urgent yang harus dikerjakan saat itu juga.

Walau begitu, itu tidak menghalangi niat mereka untuk menjalankan salat Ied disela-sela pekerjaan mereka.

Tetapi Alhamdulillah, di hari lebaran pertama itu kebetulan saya sedang off-day sehingga bisa "menikmati" seharian lebaran dengan santai.

Kondisi Lingkungan

Gambar 7. Salah satu sudut jalanan yang tampak sangat renggang/dokpri
Gambar 7. Salah satu sudut jalanan yang tampak sangat renggang/dokpri

Tepat setelah salat Ied, saya menyempatkan diri untuk berkeliling kota sejenak. Saya hanya ingin melihat gimana sih kondisi jalanan kalo di hari lebaran.

Ternyata, kondisi jalanan cukup lenggang dengan hanya beberapa kendaraan saja. Kemungkinan mereka sedang dalam perjalanan mengunjungi keluarga mereka. Karena baju lebaran yang mereka pakai haha.

Gambar 7. Di dekat pasar, terlihat seorang pedagang yang masih menggelar dagangannya di pinggir jalan raya/dokpri
Gambar 7. Di dekat pasar, terlihat seorang pedagang yang masih menggelar dagangannya di pinggir jalan raya/dokpri

Di pasar, saya melihat bangunan utamanya sepi dan tidak ada orang sama sekali. Hanya saja, masih ada beberapa pedagang sayur yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Mungkin mereka nggak lebaran kali yaa.

Toko dan rumah makan pun sebagian besar tutup. Kecuali beberapa jenis toserba. Banyaknya rumah makan yang tutup pun sebenarnya menjadi ancaman kelaparan buat saya hehe.

Selama saya berkeliling, hampir semua rumah makan yang saya temui sedang tutup. Hingga pada akhirnya, saya menemukan suatu tempat makan pinggir jalan. Satu-satunya yang saya temui sudah buka.

Tempat makan ini menjual pecel lele, ayam goreng dan minuman, seperti bandrek, kopi, dan teh. Alhamdulillah, saya masih bisa sarapan nasi.

Setidaknya nggak sarapan mie instan-lah, karena saya belum makan ketupat di pagi lebaran ini.

Sarapan Nasi Ayam Goreng dan Kopi Telur

Gambar 8. Nasi dan ayam goreng/dokpri
Gambar 8. Nasi dan ayam goreng/dokpri

Di tempat makan yang buka itu, saya mencoba memesan nasi ayam goreng. Untuk minuman, saya cukup penasaran dengan yang satu ini. Yaa, namanya kopi telur.

Awalnya saya heran, bagaimanalah rasanya minuman ini. Soalnya, kopi kok dicampur telur. Mungkin masih agak aneh bagi saya. Nggak eneg nggak tuh?

Saat sedang menunggu, saya diam-diam mengamati proses pembuatannya. Terlihat, kopi bubuk ditambahi penyedap seperti susu dan gula. Setelah itu, dicampurkan dengan telur cair dan dikocok-kocok. Telur yang dipakai pun telur bebek.

Lalu, ditambahkan air panas hingga memenuhi gelas dan tak lupa juga diaduk-aduk. Mungkin bagi saya ini ialah proses pembuatan yang cukup unik ya. Telur bisa dijadikan bahan minuman.


Tak lama setelah itu, akhirnya kopi telur pun siap dihidangkan. Berikut ini penampakannya. Mirip dengan kopi pada umumnya.

Gambar 9. Teh telur yang gurihh/dokpri
Gambar 9. Teh telur yang gurihh/dokpri

Dan ternyata rasanya. Wehh, cukup mantap. Rasa kopi yang pahit pun sedikit tersamarkan dengan rasa gurih dari telur.

Tidak hanya itu, tambahan susu pun melengkapi rasa gurih dan lezat dari kopi ini. Hanya saja, penambahan gula membuat kopi ini terlewat manis.

Mungkin, bolehlah kalo cuman sesekali minum kopi ini kalau penasaran dengan rasanya. Dan jangan terlalu sering untuk dicobai haha.

Dan hangatnya kopi pun bisa mengimbangi cuaca dingin dan sejuk pada pagi itu akibat hujan gerimis di subuh hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun