"Mbah Kupi" Pupuk Organik Cair Limbah Kulit Pisang dari Sisa Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bulan Ramadan

Pupuk organik cair limbah kulit pisang (Mbah Kupi)dari sisa makan bergizi gratis (MBG) di bulan ramadan.
Bulan Ramadan adalah momen istimewa yang tidak hanya dipenuhi dengan ibadah, tetapi juga kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
Salah satu program yang tetap berjalan selama bulan suci ini adalah Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menyediakan makanan sehat bagi anak-anak sekolah.
Dalam skema Ramadan, makanan diberikan dalam bentuk paket untuk dibawa pulang dan dikonsumsi saat berbuka puasa.
Menu MBG mencakup pisang, roti, susu, telur rebus, dan kurma---semua merupakan sumber nutrisi penting bagi pertumbuhan anak.
Namun, dari pelaksanaan program ini, muncul tantangan dalam pengelolaan limbah organik, terutama kulit pisang yang dihasilkan dalam jumlah besar.
Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini bisa menjadi sampah yang mencemari lingkungan.
Oleh karena itu, inovasi untuk mengolah kulit pisang menjadi Pupuk Organik Cair (Mbah Kupi) menjadi solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bermanfaat bagi pertanian dan penghijauan sekolah.
Mengapa Kulit Pisang?
Kulit pisang sering kali dianggap sebagai limbah yang tidak berguna, padahal mengandung berbagai nutrisi penting bagi tanaman, seperti:
- Kalium (K) -- Membantu pertumbuhan bunga dan buah pada tanaman.
- Fosfor (P) -- Mendukung perkembangan akar dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
- Kalsium (Ca) & Magnesium (Mg) -- Memperkuat dinding sel tanaman dan meningkatkan produksi klorofil untuk fotosintesis.
- Nitrogen (N) -- Membantu pertumbuhan daun dan batang tanaman.
Dengan kandungan tersebut, kulit pisang dapat diolah menjadi pupuk organik cair yang berkualitas tinggi dan mudah diserap oleh tanaman.
Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair (Mbah Kupi)
Proses pembuatan Mbah Kupi cukup sederhana dan dapat diterapkan di sekolah maupun di rumah.
Berikut langkah-langkahnya:
1. Pengumpulan Limbah Kulit Pisang
- Kulit pisang yang berasal dari MBG dikumpulkan dan dipisahkan dari sampah anorganik.
- Kulit yang masih bersih dan tidak tercampur dengan bahan kimia akan dipilih untuk diolah.
2. Pencacahan dan Fermentasi
- Kulit pisang dicacah kecil-kecil untuk mempercepat proses dekomposisi.
- Potongan kulit pisang dimasukkan ke dalam wadah tertutup, seperti ember atau jeriken bekas.
- Tambahkan air secukupnya agar proses fermentasi berjalan dengan baik.
- Untuk mempercepat penguraian, ditambahkan molase/gula merah sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.
- Starter fermentasi seperti EM4 atau ragi dapat ditambahkan untuk meningkatkan kandungan mikroba baik.
3. Proses Penyimpanan
- Wadah yang sudah berisi campuran tersebut ditutup rapat dan disimpan di tempat teduh.
- Campuran difermentasi selama 7--14 hari, dengan pengadukan setiap dua hari sekali untuk memastikan proses berlangsung merata.
4. Penyaringan dan Penggunaan
- Setelah fermentasi selesai, larutan disaring untuk memisahkan ampas dari cairan pupuk.
- Pupuk organik cair hasil fermentasi dapat langsung digunakan dengan cara diencerkan dengan air sebelum disiramkan ke tanaman.
Manfaat Pupuk Organik Cair (Mbah Kupi)
1. Mengurangi Limbah Organik
Dengan mengolah kulit pisang menjadi pupuk, kita dapat mengurangi sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), mengurangi risiko pencemaran lingkungan.
2. Meningkatkan Kesuburan Tanah
Pupuk cair ini memperbaiki struktur tanah dan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman lebih subur dan hasil panen lebih optimal.
3. Meningkatkan Kesadaran Lingkungan di Kalangan Siswa
Program ini dapat menjadi bagian dari edukasi lingkungan di sekolah, mengajarkan anak-anak pentingnya daur ulang dan pemanfaatan limbah organik.
4. Mendukung Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan
Hasil pupuk dapat digunakan di kebun sekolah atau di rumah siswa, membantu mengembangkan pertanian kecil berbasis organik.
Implementasi Program di Sekolah Selama Ramadan
Selama bulan Ramadan, mekanisme distribusi makanan MBG mengalami penyesuaian, di mana makanan diberikan dalam bentuk paket untuk dibawa pulang.
Dengan demikian, limbah kulit pisang dapat dikumpulkan oleh siswa dan dibawa kembali ke sekolah untuk diolah menjadi Mbah Kupi secara kolektif.
Kegiatan ini dapat diintegrasikan dalam program ekstrakurikuler atau proyek berbasis lingkungan, seperti:
- Pembuatan Kebun Sekolah -- Hasil pupuk digunakan untuk menanam sayuran dan tanaman hias di lingkungan sekolah.
- Pelatihan Daur Ulang -- Siswa diajarkan teknik dasar pengolahan limbah organik menjadi pupuk cair.
- Kompetisi Ramah Lingkungan -- Sekolah dapat mengadakan lomba inovasi berbasis lingkungan untuk meningkatkan partisipasi siswa.
Program Mbah Kupi merupakan solusi inovatif dalam mengelola limbah organik dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di bulan Ramadan.
Dengan mengolah kulit pisang menjadi pupuk organik cair, kita tidak hanya mengurangi sampah tetapi juga memberikan manfaat bagi pertanian dan penghijauan sekolah.
Selain manfaat ekologis, program ini juga memiliki nilai edukatif yang tinggi, mengajarkan siswa tentang pentingnya keberlanjutan dan pemanfaatan limbah secara kreatif.
Jika diterapkan secara luas, Mbah Kupi dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar bagi lingkungan dan masa depan generasi mendatang.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY CHALLENGE
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!