(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Lebaran 3 In 1, Sempat Membingungkan tapi Memang Mendewasakan!
Menikmati Lebaran 3 In 1
Seingat saya, dari awal tahun 90-an sampai sekarang lebih dari lima kali sempat terjadi lebaran 3 in 1 atau ada lebih dari satu hari lebaran. Tapi dantara sekian banyak lebaran 3 in 1 yang pernah saya alami, ada dua yang paling berkesan dan sepertinya tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya, yaitu lebaran 3 in 1 tahun 1992, kalau tidak salah saat itu saya duduk di kelas paling senior di level SMP dan lebaran 3 in 1 tahun 2006.
Lebaran 3 in 1 tahun 1992
Seingat saya ini merupakan lebaran 3 in 1 pertama yang saya alami (sekali lagi, seingat saya ya!). Jujur lebaran tahun ini benar-benar membingungkan bagi saya saat itu! Selain guru agama saya di sekolah tidak pernah menjelaskan masalah ini, pun orang tua dan juga ustad-ustad pengajar ngaji di mushalla kampung tempat saya tinggal, sepertinya juga tidak berinisiatif memberi informasi terkait masalah ini alias memilih untuk diam.
Entah karena sama-sama tidak paham atau ngelmu ini memang terlalu sulit untuk dipahami anak-anak seusia saat itu?
Saat itu, lebaran pertama saya temukan secara tidak sengaja di kampung teman sebangku saya di sekolah yang memang berbeda kecamatan. Kebetulan, saat itu saya mau mengambil gitar saya yang dipinjamnya untuk belajar main gitar sejak diawal ramadan, karena hari ini gitarnya mau saya bawa juga berlebaran ke rumah nenek di Malang. Saat saya ke rumahnya, betapa kagetnya saya ketika melihat dirumah teman saya itu banyak tamu dan semuanya sedang menikmati hidangan. Padahal, hari itu menurut saya, masih wajib berpuasa.
Ketika saya tanya, mungkin karena tidak paham juga dengan duduk perkaranya, teman saya hanya mengatakan hari ini saya sudah lebaran, titik! Penjelasan singkat terkait hal ini akhirnya saya dapatkan dari bapak saya, menurut beliau di kampung teman saya ini memang sebagian besar pengikut tarekat tertentu yang sejak dulu memang mempunyai cara berbeda untuk menentukan awal puasa dan hari lebaran. Hah, kenapa saya baru tahu sekarang?
Lebaran kedua, saya sendiri bersama dengan keluarga dan sebagian warga kampung kami yang melakukannya. Seingat saya, waktu itu bapak saya juga tidak memberi penjelasan apa-apa, kecuali mengatakan hari ini Makkah dan Madinah juga berlebaran.
Untuk lebaran ketiga, saya temukan di Kota Malang, di kampung kakek dan nenek saya. Saat itu, ketika keluarga kami sampai di rumah kakek dan nenek selepas shalat Maghrib, kami masih mendengar takbir mengumandang di angkasa dan besoknya, kakek dan nenek mengajak saya shalat ied di masjid.
Jujur, saat itu saya benar-benar bingung dan tidak mengerti kenapa fenomena lebaran 3 in 1 bisa terjadi? Sayangnya lagi, entah kenapa saat itu tidak ada satupun yang berinisiatf memberi penjelasan dan penerangan!? Ada yang tahu jawabannya nggak ya?