(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Lebaran 3 In 1, Sempat Membingungkan tapi Memang Mendewasakan!
Lebaran 3 in 1 tahun 2006
Lebaran tahun ini begitu spesial karena hampir bersamaan dengan kelahiran anak kedua saya, Rabbani. Lebaran pertama saya temukan di keluarga saya sendiri di daerah timur laut kaki Gunung Lawu yang dasar pelaksanaanya seperti tahun-tahun sebelumnya yang mengacu pada wujudul hilal.
Sedangkan lebaran kedua yang saat itu sepertinya menjadi hari lebaran mayoritas masyarakat Indonesia, karena juga ditetapkan oleh menteri agama saat itu sebagai hari lebaran atau tepat tanggal 1 Syawal, saya temukan di masjid-masjid di sepanjang jalan yang saya lalui untuk menuju ke Bandara Juanda, mulai dari Kota Madiun sampai Kota Sidoarjo.
Saat itu, saya masih berkarya dan menetap di Sidoarjo dan kebetulan seminggu sebelum lebaran menyempatkan diri berlebaran bersama orang tua di daerah timur laut kaki Gunung Lawu dan H+1 lebaran saya rencanakan terbang ke Banjarmasin, kampung halaman isteri saya. Selain bersilaturahmi dengan keluarga besar, kebetulan isteri saya juga sedang menunggu hari kelahiran buah hati kami yang kedua.
Lebaran ketiga, bahkan sepertinya ada juga lebaran keempat, saya dapatkan dari berita di televisi dan koran saat saya sudah berada di Banjarmasin. Kabarnya ada beberapa tarekat di beberapa daerah seperti di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang baru berlebaran hari itu juga besoknya atau setelah sehari dan dua hari lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk lebaran 3 in 1 atau bisa juga disebut sebagai 4 in 1 kedua paling berkesan ini, sedikit banyak saya sudah relatif memahami duduk persoalannya, meskipun detail masalahnya tetap saja menjadi tanda tanya bagi orang awam seperti saya? Kenapa musti berbeda?
Hanya saja, karena sejak kecil saya dan keluarga sudah terbiasa berbeda, khususnya untuk memilih tanggal awal puasa dan hari lebaran, otomatis sejak kecil saya juga dididik untuk terbiasa berbeda sekaligus menghargai perbedaan. Karena perbedaan itu rahmat!
Semoga bermanfaat
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!