kaekaha
kaekaha Wiraswasta

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Ritual Mudik Serasa Berpetualang di Jalur Tradisional dan Legendaris Hulu Sungai Barito

24 April 2022   21:48 Diperbarui: 25 April 2022   14:15 2211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual Mudik Serasa Berpetualang di Jalur Tradisional dan Legendaris Hulu Sungai Barito
Mudik Serasa Berpetualang | @kaekaha

Kehidupan di Sungai Barito 

Sungai Barito, salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Indonesia yang berhulu di Pegunungan Schwaner, deretan pegunungan yang membujur di sepanjang perbatasan alam antara Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah sejauh hampir 1000 kilometer dari hulu muaranya di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sejak ribuan tahun silam telah menjadi urat nadi bagi kehidupan masyarakat yang hidup di sepanjang bantaran sungai.

Tidak hanya menjadi sumber kehidupan dengan produk pangan hasil sungainya saja, tapi secara tradisional juga menjadi jalur penting transportasi bagi mobilisasi orang dan barang baik dari muara menuju ke arah hulu di pedalaman, maupaun sebaliknya. 

Memang, seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan darat yang semakin baik sampai ke pedalaman, secara berangsur jalur transportasi sungai ikut terkena dampaknya. 

Aktifitas Transportasi di Sungai Barito | @kaekaha
Aktifitas Transportasi di Sungai Barito | @kaekaha

Jika pada periode tahun 70-an sampai akhir 90-an, jalur transportasi  sungai dari Kota Banjarmasin menuju pedalaman seperti ke Kota Muara Teweh, Puruk Cahu, Buntok, Ampah dan kota-kota lain di hulu Sungai Barito di Kalimantan Tengah ramai dengan lalu lalang beragam jenis armada sungai dari yang besar dengan trayek jauh, seperti bus air, taksi air, longboat, speedboat sampai kelotok atau perahu-perahu yang lebih kecil dengan mesin tempel dengan trayek pendek. Sekarang transportasi air layaknya pepatah hidup segan mati tak mau!

Sebagai contoh adalah bus air, salah satu alat transportasi tradisional trans Kalimantan yang melayani rute panjang, Kota Banjarmasin-Kota Muara Teweh yang biasa ditempuh selama 48 jam atau sekitar dua hari perjalanan, saat ini hanya tersisa satu unit saja yang masih beroperasi, yaitu KM. 

Pancar Mas II, kapal kayu yang lumayan berusia tua dengaan desain unik yang masih sanggup mengangkut 200 penumpang dan juga barang-barang dalam sekali jalan.

Bus Air KM. Pancar Mas II | You Tube-Nugroho Febianto
Bus Air KM. Pancar Mas II | You Tube-Nugroho Febianto

Begitu juga dengan armada speedboat atau taksi air yang dulu sering melayani trayek Kota Banjarmasin-Kota Muara Teweh, berikut kota-kota lain yang masih sejalur di sepanjang bantaran Sungai Barito. 

Moda transportasi yang segmen pelanggannya kelas menengah ke atas ini, sekarang juga tidak setiap hari jalan mengambil trayek, karena sepi penumpang.

Penumpang transportasi air memang relatif masih "hidup" untuk jalur-jalur tertentu yang jaraknya relatif dekat, seperti antar kota dalam propinsi (AKDP) di Kalimantan Selatan atau antar kota di Kalimantan Tengah saja, tapi untuk jalur antar kota antar propinsi (AKAP), seperti Kota Banjarmasin-Kota Muara Teweh dekat trayek jarak jauh seperti Kota Banjarmasin-Kota Muara Teweh yang bisa akan ramai bila mendekati lebaran saja.

Taksi Air | You Tube-Nugroho Febianto
Taksi Air | You Tube-Nugroho Febianto

Mudik "Berpetualang" ke Hulu Sungai Barito

Di tengah semakin sedikitnya pilihan transportasi sungai di sepanjang jalur Sungai Barito, tetap saja ada sebagian masyarakat yang masih setia menjadikan alat transportasi legendaris yang telah puluhan tahun menjelajahi setiap jengkal sungai yang bermuara di laut Jawa ini sebagai pilihan utama perjalanan menuju kota-kota di hulu yang berjarak ratusan kilometer dengan berbagai alasan.

Ada beragam alasan masuk akal dan tidak masuk akal yang menjadikan mereka tetap setia dengan bus air, taksi air dan beragam moda transportasi air lainnya dan yang paling menarik perhatian adalah alasan menjaga tradisi dan juga sensasi "berpetualang" yang selalu hadir di setiap sekuel perjalanannya. 

Baca Juga: "Basambang Mambangkit Tampirai" Ngabuburit Asyik ala Urang Banjar

Maknanya, jika setiap mudik dari Kota Banjarmasin menuju Kota Muara Teweh naik bus air, maka Insha Allah eksistensi bus air akan terus terjaga dan yang paling menggoda, tentu sensasi berpetualangnya itu lho!

Penasaran nggak sih, gimana rasanya "berpetualang" sehari semalam naik taksi air dari Banjarmasin-Muara Teweh atau dua hari dua malam menjelajah Sungai Barito dengan bus air untuk rute yang sama?

Setidaknya ada tiga pelabuhan sungai yang bisa dituju untuk bisa mudik sekaligus "berpetualang" menuju berbagai kota di Hulu Sungai Barito yang ke semuanya masuk dalam wilayah Kalimantan Tengah, mulai dari Ampah, Buntok, Muara Teweh dan atau lanjut ke pucuknya di Kota Puruk Cahu ibu kota Kabupaten Murung Raya. 


Di pelabuhan Banjar Raya, kita bisa menemukan KM Pancar Mas II satu-satunya armda bus air yang setiap seminggu sekali masih berlayar menuju Muara Teweh PP alias pulang-pergi. Sedangkan di pelabuhan Siring Tendean atau pelabuhan Pasar Lima yang juga biasa menjadi tempat sandar kapal barang dari dan ke pedalaman Hulu Barito, kita bisa menemukan taksi air yang juga bisa membawa kita mudik ke berbagai kota di hulu Sungai Barito.

Jika menggunakan taksi air, selain penumpangnya sedikit dan hanya boleh membawa barang terbatas layaknya barang bagasi, menjadikan taksi air yang ukuran kapalnya jauh lebih kecil mempunyai waktu tempuh jauh lebih cepat dibanding dengan bus air dan tentunya tarif ongkosnya juga relatif lebih mahal.

Baca Juga:  Hablumminannas dan Tali-temali Tradisi Kesalehan Sosial Khas Pasar Terapung, Lok Baintan

Sedangkan untuk bus air yang relatif berukuran lebih besar, lebih cocok untuk mudik yang tidak terburu-buru, karena waktu tempuhnya jelas lebih lama. 

Uniknya, selain mengangkut penumpang manusia, armada kapal kayu ini juga menerima angkutan barang. Bahkan penumpang juga terlihat diizinkan membawa hewan unggas peliharaan seperti ayam dan teman-temannya.  

Khusus di sepanjang perjalanan dari Kota Banjarmasin menuju Muara Teweh dengan menggunakan bus air, para penumpang akan melihat dan merasakan secara langsung bagaimana budaya sungai khas Urang Banjar dan Kalimantan secara umum mewarnai beragam kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang hingga menjadi pattern kehidupan sosial masyarakatnya. 

Ini jelas akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi para pelancong dari luar Kalimantan yang ingin ikut merasakan keseruannya. Sedangkan bagi penumpang lokal, jelas inilah momen mereka untuk memutar kembali beragam kenangan tradisi mereka, sekaligus kembali merasakan aura kampung halaman secara riil yang sekian lama telah ditinggalkan. Inilah yang ngangenin! 


Beragam aktivitas "keluarga baru" di dalam kapal yang secara live akan menunjukkan detik-detik beberapa dialek bahasa Banjar akan bertemu, tradisi kuliner sehari-hari dari bahan pangan hasil sungai, termasuk cara mendapatkan dan mengolahnya, jelas akan mejadi pengalaman tak terlupakan

Juga aktivitas unik ibu-ibu yang lagi ngemong anak-anak balitanya. Ada anak-anak yang diasuh dengan cara diayun dengan ayunan tradisional dan yang paling unik adalah sebagain penumpang yang masih melakukan tradisi bapukung kepada anak balita yang rewel.

Sedangkan dari luar kapal, tidak hannya view ekosistem sungai khas Kalimantan saja yang akan memanjakan indra penglihatan kita, tapi juga bagaimana beragamnya entitas budaya di sepanjang bantaran Sungai Barito membangun peradaban dengan beragam kearifan lokalnya. 

Baca Juga:  Merindukan Kerlap-kerlip Lampu Rumah Lanting di Sungai Martapura, Banjarmasin

Salah satunya yang paling unik adalah keberadaan rumah lanting atau rumah terapung yang banyak terdapat di tepian sungai Barito sejak memasuki kawasan Kabupaten Barito Selatan, apalagi kalau malam hari! Duh cakep banget view-nya. 

Rumah lanting ini bisa dipindah-pindah baik dengan cara balarut atau sekedar mengikuti arus atau bisa juga ditarik dengan kelotok atau kapal jika arahnya melawan arus.

... dan yang tidak kalah menarik adalah bagaimana kuasanya pemodal besar menanamkan pengaruhnya untuk mengeruk berbagai kekayaan bumi Kalimantan yang sepertinya masih juga belum bisa membangun kesejahteraan masyarakat, setidaknya yang ada di sekitarnya.  

Tips Mudik Berpetualang di Sungai Barito

Untuk bisa menikmati mudik ala petualang dengan bus air atau taksi air di sepanjang jalur Sungai Barito, sebenarnya relatih sederhana dan tidak terlalu berbeda jauh dengan naik moda transportasi air pada umumnya. Intinya harus patuh dengan aturan dan peraturan berlaku.

Tidak hanya kepatuhan terhadap protokol kesehatan terkait pandemi covid-19 saja, tapi juga terkait keamanan dalam perjalanan sungai dengan menggunakan bus air maupun taksi air. Berikut rinciannya :

  1. Mengikuti protokol kesehatan
  2. Lazimkan berdoa 
  3. Bawa barang seperlunya
  4. Siapkan seperangkat kamera
  5. Perhatikan petunjuk keselamatan
  6. Pilih tempat ternyaman dan aman
  7. Istirahat cukup
  8. Menjaga silaturahmi antar penumpang

Semoga bermanfaat!

"Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1443 H, Yuk Menjemput Lailatu Qadar!"

Salam matan Kota 1000 Sungai,

Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun