(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Memaknai Produktivitas Berkelas ala Cak Udin "Rombeng"
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr)
Meskipun sejak pagi hari sebagian langit Kota Banjarmasin sudah tertutup awan mendung, tapi suhu udara di seputaran tempat tinggal kami seperti tidak terpengaruh, tetap panas dan lembab hingga bikin gerah suasana pagi menjelang siang di awal-awal Ramadan ini. Saat itulah tiba-tiba aktifitas saya dikejutkan oleh kedatangan kawan lama saya, Cak Udin "Rombeng".
Saya biasa memanggilnya dengan sebutan "Cak" sebuah sapaan untuk kakak laki-laki khas Suroboyoan dan sekitarnya itu, juga atas rekomendasi beliau yang memang berdarah Jawa Timur, tepatnya asli Bangkalan, Madura dan kebetulan usia beliau juga lebih tua beberapa tahun dari saya. Jadi memang pas!
Baca Juga yuk! Berusaha Melazimkan Setiap Detik Waktu Kita Bernilai Ibadah
Nah, soal gelar rombeng yang menempel di belakang nama Cak Udin yang bisa diartikan sebagai barang bekas atau bisa juga barang rongsokan, itu juga beliau yang menyematkannya. Sepertinya biar mudah mengingat saja, karena usaha beliau memang pencari barang rombengan.
Saya mengenal Cak Udin "Rombeng" beberapa tahun silam, saat beliau sedang keliling mencari rombeng alias barang-barang bekas dan rongsokan, terutama besi-besi bekas di kampung-kampung dengan gerobak dorong, kebetulan saat itu saya mau pindahan dan ada lumayan banyak barang rombeng yang sengaja mau saya jual.
Baca Juga Yuk! Lho Mbah, Arah Kiblat Sholatnya Kok ke Arah Barat?
Sejak saat itulah kami berteman dan saya sering memberi informasi kalau ada orang yang jual barang bekas, terutama besi dan aneka logam,entah itu keluarga, teman, tetangga, juga kolega lainnya. Entah kenapa, meskipun banyak saja ketemu tukang rombeng yang muter-muter di kampung, saya merasa lebih sreg atau nyaman untuk bertransaksi dengan Cak udin "Rombeng" ya!
Atau jangan-jangan Cak udin "Rombeng" ini memakai ajian pemikat ya? He...he...he...! Waktu perihal ini saya tanyakan kepada beliau sambil bagayaan (bercanda;bahasa Banjar) diluar dugaan saya, ternyata Cak udin "Rombeng" malah mengiyakannya. Nah lo! Kok bisa sih.
Di pagi menjelang siang ini, kami memang janjian untuk bertransaksi lumayan banyak barang rongsokan dan juga barang bekas hasil declutering yang mulai saya terapkan, agar rumah kami kembali kepada fungsi awalnya.
Di sela-sela aktifitas kami menyimpuni (membereskan;bahasa Banjar) barang-barang yang siap untuk dipacking dan ditimbang kami juga sesekali mengisi waktu kai dengan obrolan-obrolan selayaknya kawan lama.
Terutama terkait aktifitasnya yang secara faktual menurut saya lumayan berat, membutuhkan tenaga lebih, apalagi ibadah puasa Ramadan kali ini cuacanya tetap panas terik seperti biasanya dan yang membuat saya penasaran adalah penampakan air muka Cak Udin yang terlihat selalu tenang, adem ayem nggak ada citra wajah-wajah kemrungsung selayaknya orang-orang yang beraktifitas di jalanan.
Tentu saja, saya juga menanyakan cara Cak Udin me-manage usahanya agar tetap produktif dan punya daya saing?
Ini yang saya suka dari Cak Udin. Kejujurannya! Sambil tertawa renyah, dengan polosnya, beliau mengatakan kalau tidak paham apa itu produktif, produktifitas dan istilah-istilah lainnya yang menurutnya asing. Tapi bersyukurnya, setelah saya jelaskan maksud pertanyaannya, akhirnya beliau memahami maksudnya hingga akhirnya membuka "rahasia dapurnya".
Menurut Cak Udin, model kerjanya sekarang sudah jauh lebih ringan daripada masa-masa awal usahanya dulu yang harus keliling mendorong gerobak dengan jalan kaki saja, bahkan sekedar handphone untuk SMS-an juga belum punya, sehingga daya jelajah usahanya juga sangat terbatas.
"Sekarang, saya bawa gerobak kemana-kemana tinggal tarik saja pakai motor, begitu juga dengan smarthphone yang sekarang sudah ada dalam genggaman, menjadikan daya jelajah saya jauh lebih luas dan kerjanya jauh lebih mudah, efektif, juga efisien dan tentunya saya sangat bersyukur untuk itu". Kata Cak Udin.
Menariknya, Cak Udin mengaku nggak punya cara atau strategi khusus seperti yang saya maksudkan untuk mengelola usaha rombengnya hingga semaju sekarang, setidaknya jika dibandingkan dengan masa awal usahanya dulu. Semua berjalan mengalir begitu saja mengikuti naluri dan beliau memang terlihat sangat menikmati dan mensyukuri semua tahapan prosesnya.
"Intinya, saya niatkan semua daya dan upaya saya mencari rejeki dengan keliling mencari rombeng ini untuk ibadah Pak lik! Bismillah, saya berangkat keluar rumah, orang di rumah semua ridho. Insha Allah begitu juga dengan Gusti Allah yang menjadi penghulu segala urusan, termasuk berbagi rejeki, pasti ridho juga! Amit-amit kalau terjadi apa-apa dengan saya di jalan, ya sayanya syahid!"
"Dengan begitu, saya yakin Gusti Allah pasti menuntun usaha saya. Alhamdulillah terbukti kan! Sekarang saya nggak perlu susah-susah keliling-keliling, karena setiap hari ada saja orang tilpun mau jual barang bekas ke saya, termasuk sampean Pak lik!
Beruntungnya kita ini usaha sendiri, Pak lik! Jadi sepenuhnya bisa ngatur sendiri jadwal kerja kita. Ini penting, terlebih kalau pas bulan puasa seperti sekarang. Kalau cuaca panas banget atau masih capek ya istirahat, pas waktunya salat ya salat dulu. Dengan begitu, bukan saya saja yang bahagia, tapi Menurut saya sih, sebenarnya mudah dan sesederhana itu! Dengan logat Maduranya yang tatp saja masih kental, Cak Udin berusaha menguraikan isi kepalanya.
Dari uraian menurut "Bahasa" Cak Udin di atas, sepertinya Cak Udin punya rumusan produktivitas sendiri dan itu cukup unik, berkelas lagi! Produktifitas itu tidak bisa didapat secara instan, tapi buah dari rangkaian proses dan jika produktifitas itu secara umum lebih dimaknai sebagai seberapa banyak nilai tambah ekonomi didapatkan, maka bagi Cak Udin itu saja belum cukup!
Karena produktivitas versi Cak Udin wajib mengukur seberapa banyak kebahagiaan yang bisa dia rasakan, luar biasanya kebahagiaan yang dimaksudkan ternyata bukan sekedar yang membawa manfaat di dunia saja, tetapi juga bernilai ibadah untuk kebahagiaan akhirat.
"Satu lagi Paklik! Kalau sampeyan tadi tanya saya pakai pemikat apa? Saya "blak kotang" alias terbuka saja sama sampeyan, kalau saya memang memakai pemikat yang sangat manjur untuk menjaga hubungan dengan pelanggan yang seharusnya sampeyan tahu dari awal, yaitu selalu jujur baik omongan maupun timbangan, nggak bohong, selalu tepat waktu. Intinya sih jangan sapai mengecewakan siapa pun!" (BDJ5325)
Semoga Bermanfaat
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY CHALLENGE
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!