Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Freelancer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ashabul Aikah dan Hutannya yang Rusak

27 April 2020   12:37 Diperbarui: 27 April 2020   12:40 3258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ashabul Aikah dan Hutannya yang Rusak
Pexels/Pixabay

Dan benar adanya. Azab yang diturunkan tak jauh dari pola perusakan alam. Cuaca buruk dan sebaran awan yang tak seimbang karena pemanasan ekstrem menghasilkan awan super kumulonimbus mammatus. Dalam ayat ini disebut dengan lafaz shayhah dan Rajfah. Bentuk nyata azab atau bencana alamnya berupa ekstrasi dari awan berupa guruh (thunder)/ petir.

Asbab ini sunatulloh kekuatan alam (sayhah dan rajfah). Tuhan tak akan murka jika tak disembah. Namun, alam akan murka jika ditelantarkan. Kekuatan alam ini sekaligus menghantarkan dua bencana besar yaitu gelombang lecutan arus listrik dan gelombang suara yang sangat memekakkan. Hingga keadaan katastropik ini disebut dalam ayat sebagai lafaz Jaatsimin (mati bergelimpangan).

Ketika ashabul aikah sombong dengan bentang alam subur nan hijau menyejukkan tanpa mau merawatnya, maka azab yang logis adalah kegersangan dan pemanasan suhu lingkungan.

Kekuatan gelombang bunyi diatas 154 dB hingga 190 dB yang bisa menghasilkan mortalitas (kematian) massal. Bukan hanya kendang telinga saja yang pecah namun jantung dan paru-paru bisa meledak. Hingga konsep keganasan awan "sayhah dan Rajfah" bisa dikembangkan menjadi senjata pemusna berbasis mega-desibel.

Hikmah dan pelajaran penting tentang azab bencana alam berbasis desibel mematikan ini semoga selalu mengingatkan kita pentingnya menjaga alam. Dengan itu lingkungan akan memberikan desibel-desibel yang ramah bagi manusia.

Hal menarik lainnya tentang desibel berkah atau desibel ramah seperti yang tersebut dalam kitab Azizi alal jamius shaghir : jika telinga salah seorang dari kalian berdengung (berbunyi nging), maka hendaklah dia mengingat aku (Rasulullah Saw) dan membaca sholawat kepadaku serta mengucapkan : dzakarollohu man dzakaroni bikhoir (Allah akan mengingat yang mengingatku dengan kebaikan).

Imam Nawawi Berkata : sesungguhnya telinga itu berdengung hanya ketika datang berita baik ke roh.

Bahwa Rasululloh Saw telah menyebutkan orang pemilik telinga yang berdengung (berbunyi nging) tersebut dengan kebaikan di Al Mala'al A'la (Majlis Tertinggi) di alam roh.

Jadi jika terjadi, maka itu tak sekedar sebuah tinnitus, atau gangguan eksternal desibel telinga. Namun, lebih dimaknai sebagai ibadah (berselawat dan berdoa).

Gramatikal

1. Walammaa (dan tatkala) merupakan harfun jar (kata sandang) yang diawali dengan wawu ibtidaiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun